
(8)
♠♠♠
Suasana Kota Tokyo memang selalu ramai. Orang-orang dengan berbagai pekerjaan, cara berpakaian saling melangkahkan kakinya menuju tempat tujuan mereka masing-masing.
Tak terkecuali [St/n] dan juga Takao. Mereka sibuk berkeliling kecil sambil melihat-lihat toko pakaian dengan brand bermacam-macam yang terlihat cukup mewah. Namun, tentunya [St/n] tidak akan memilih baju yang mahal. Toh, itu hanya pakaian dan hanya akan dia pakai sekali. Mungkin.
Sudah hampir empat jam berlalu, sekarang waktu menunjukkan pukul 12 siang. Yup! Waktunya makan siang. Tak lama kemudian, sampailah dua insan itu di Ginza dan memasuki sebuah toko daging-Nakahora Bokuju.
"Kau pesan apa? Kali ini aku yang akan membayarnya," sahut Takao.
"Tumben sekali," balas [St/n] sedikit menolehkan kepalanya dan menatap Takao curiga. "Kalau begitu... saya pesan yang ini," lanjut [St/n] sambil menunjuk pesanannya pada buku menu.
"Untuk Anda tuan?" Tanya maid itu pada Takao.
"Matcha float saja."
Maid itu kembali membacakan pesanan [St/n] dan Takao, memastikannya. Selepasnya, dia berlalu, menyiapkan pesanan itu.
Hening.
Suasana seketika menjadi hening di antara [St/n] dan sepupunya yang mengaku tampan itu. Memang bukan kebiasaan [St/n] membuka percakapan yang pastinya menurut dia tidak penting. Toh, jadinya dia lebih memilih sibuk memainkan game pada tablet-nya ketimbang memulai pembicaraan dengan sepupunya itu.
Takao mulai tampak risih-kala dirinya di anggap seperti boneka, karena dia tidak di hiraukan sepupunya yang sadis itu. Takao menghela nafas pelan, kemudian menoleh malas ke depan. Tepat di hadapan [St/n].
Gadis sadistic yang mengerti helaan nafas itu, melirikkan matanya sesaat kemudian kembali fokus pada game yang sedang dia mainkan.
"Apa kau tidak mau bertanya apapun?" Akhirnya Takao, mulai membuka mulutnya.
"Apa?"
"Tentu saja soal calon tunanganmu itu, [F/n]-chan," balas Takao sambil menekankan panggilan namanya itu.
[St/n] menghela nafas, lalu menghentakkan tablet-nya itu sedikit keras di atas meja. "Satu-satunya yang ingin kutanyakan adalah 'Siapa. Nama. Calon. Tunanganku?' Tapi pasti kau tidak akan menjawabnya. Yaa... aku tahu itu."
Takao menyandarkan dirinya sambil menyisirkan surai hitam lurusnya kebelakang, namun beberapa helai kembali lagi pada posisinya. Menutupi sedikit dahinya.
Dia memalingkan pandangannya-kala perkataan sepupu sadistic-nya itu menjadi senjata bagi dirinya.
Takao sangat mengerti. Walaupun sepupunya tampak jarang berbicara dan tidak peduli. Namun, saat gadis itu membuka mulutnya dan mengeluarkan suaranya. Akan selalu menjadi senjata makan tuan bagi lawan bicaranya.
Kata-kata sepupunya itu selalu terdengar jujur apa adanya, tidak pernah menyembunyikan apa yang di pikirkannya, dan tentu saja kata-katanya selalu tersirat kritik dan saran yang menyakitkan atau sindiran yang bahkan bisa membuat orang yang mendengarnya merasa panas seketika.
"Aku akan memberitahunya. Jika, orang tuamu mengizinkannya," ucap Takao. "Baiklah, baiklah, pertanyaan lain. Aku akan menjawabnya," lanjut Takao dengan nada bersenang-senang.
[St/n] kembali menghela nafas kemudian sedikit tersenyum miring. "Baiklah. Kenapa kau bilang kalau dia bisa mengisi harapanku?"
"Ahh... itu," balas Takao. Pria itu mengalih-alihkan pandangannya pada jendela di sebelahnya. Menatapi beberapa orang yang berlalu lalang di luar sana. "Karena kau mengenalnya dengan baik juga... kau sudah berjanji padanya," lanjutnya.
Gadis sadistic itu kembali mengenduskan nafasnya kasar. [St/n] mengalihkan pandangannya pada tablet di tangannya, kemudian dia kembali melanjutkan aktivitasnya. Toh, walaupun Takao sudah memberikan salah satu qlue. Namun sepertinya gadis ini tidak paham sama sekali.
Waktu semakin berlalu, setelah hampir 5 menit menunggu akhirnya minuman pun datang. Maid yang bertugas membawakan dua minuman ; rasa mocha float dan matcha float.
[St/n] meletakkan tablet pada genggamannya itu tak jauh dari segelas minumannya. Setelah dia sedikit mengaduk minumannya menggunakan sedotan di tangannya sambil dia mengalih-alihkan pandangannya, gadis itu meminumnya.
Takao yang melihatnya hanya menghelakan nafasnya pelan kembali, sambil menatap sepupunya itu sambil tersenyum.
[St/n] yang melihatnya merasa jijik. Walaupun jujur saja, senyuman yang merekah pada wajah konyolnya Takao itu memang membuatnya mendapatkan poin plus untuk kategori pria tampan dengan senyuman manis. Tapi tetap saja bagi gadis sadistic itu dapat dia dengan mudah menganggapnya kalau Takao ada maunya.
"Apa?" Tanya gadis itu dingin.
"Mungkin ini terakhir kalinya aku dekat denganmu. Jadi apa tak apa kalau aku mengganggapnya sebagai kencan?" Ucap Takao sedikit menggoda.
[St/n] tersenyum miring kemudian dia tertawa geli. "Baiklah-baiklah, tidak masalah. Memangnya kenapa, brother?"
"Astaga, kau masih memanggilku begitu, sister."
Walaupun [St/n] dan Takao itu jelas sepupuan. Tapi tak jarang orang di sekeliling mereka bahkan kedua orang tua [St/n] sendiri menganggap mereka bersaudara. Toh, setiap kali Takao dan [St/n] bertemu, pasti mereka akan bertengkar. Ditambah lagi sifat [St/n] yang amarahnya mudah di pancing dengan kata-kata yang menyebutkan jikalau dirinya di salahkan, padahal gadis itu tidak salah. Atau saat Takao memerintahkan dirinya, pasti gadis itu akan membalasnya dengan nada yang terkesan dingin, datar, bahkan tak jarang menjadi nada tinggi. Yang tak jarang pula membuat Takao seketika marah sementara sepupunya itu menjadi bad mood.
10 menit berlalu. Selama itu mereka hanya berbincang-bincang kecil sambil tertawa atau bercerita tentang masa kecil mereka yang konyol. Tentunya itu membuat suasana lebih menyenangkan antara Takao juga [St/n].
Disisi lain-diluar restoran itu. Pria bersurai red pinkish menatap ke dalam restoran daging di sebrangnya. Pria itu berdiri sesaat setelah keluar dari toko pakaian dengan brand ternama--menunggu supirnya yang akan menjemputnya.
Akashi menatap calon tunangannya selagi makan siang bersama sambil bercanda ria-diluar-dengan orang yang tentunya ia sangat kenal sebagai salah seorang siswa di sekolahnya.
Pria bermanik crimson itu memincingkan pandangannya tajam, berharap pria itu melihatnya untuk mengisyaratkan sesuatu. Namun Takao tidak menyadari kehadiran dirinya dan tetap terfokus pada gadis yang Akashi tidak ketahui apa status di antara Takao juga [St/n]. Dengan pasti.
"Dia sama saja dengan wanita lain, jadi... apa karena itu?"
Oreshi terdiam sesaat, menundukkan dirinya. Toh, dia juga tidak bisa marah pada calon tunangannya itu jika gadis itu dekat dengan pria lain sementara gadis itu tidak tahu-kala dirinya akan resmi di tunangan besok dengan Seijuro Akashi.
Dan juga...
"Apa... apa kau akan tetap menerimanya?" Tanya Bokushi, memancing perasaan Oreshi.
"Damare!" Teriak Oreshi. Dia terdiam kembali. Tidak membalas dengan apapun.
Bokushi yang terduduk di belakang Oreshi, bangkit. Sosok itu menyeringai. Manik heterocromia miliknya mengeluarkan kilatan cahaya. Pandangan intimidasi itu-mengeluarkan kilatan cahaya. Mengartika suatu hal.
"Aku akan mengajari Chiwa dari awal."
Sosok Bokushi mengisi tubuh Seijuro Akashi, menggantikan sosok tegas dan terlihat ramah milik Oreshi. Sesaat Akashi kembali terlihat memiliki tujuan yang entah apa itu. Tentunya yang jelas, pastinya dia akan melakukan sesuatu pada seorang [F/n].
"Tuan muda Akashi-sama. Mobil Anda sudah siap."
Pria bermanik heterocromia itu melirikkan pandangannya. Ekor matanya mendapati sesosok pria berjas rapi sambil membungkuk padanya. Akashi mengangguk, memberikan respon pada butler pribadinya.
Tak lama kemudian Akashi muda kembali menatap gadis di sebrang jalannya sambil menyeringai. Namun kemudian, butler pribadinya itu membukakan pintu mobil berwarna black pearl untuknya. Tentu Akashi langsung masuk namun manik dwiwarnanya itu masih jauh menatap gadis yang berada dalam pandangannya.
Pintu mobil kembali tertutup, lalu segera berlalu pergi. Tujuan Akashi saat ini adalah ketempat yang sudah dia prediksikannya dengan pasti.
[St/n] tiba-tiba menolehkan kepalanya. Memandang tak jauh toko di depan pandangannya. Gadis itu menoleh-noleh-ke kanan dan kirinya-mencari sosok yang dia rasa sedang memperhatikan dirinya.
"Ada apa [St/n]?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya. Lalu kembali fokus pada pisau dan garpu pada kedua tangannya.
👑
[St/n] dan Takao berkeliling Ginza. Mencari toko pakaian yang memiliki fashion yang sesuai dengan [St/n]. Takao bahkan hampir pusing tujuh keliling, mengingat sepupu manisnya ini adalah orang yang pemilih dalam berpakaian. Itu lah alasan kenapa dia selalu meminta pakaian berlengan panjang, kemeja, atau apapun yang berwarna hitam. Tapi jikalau dia memiliki pakaian yang bukan gayanya, jelas pakaian itu adalah pilihan ibunya sendiri. Yup! Ibunya selalu memaksa agar dia menjadi gadis yang sedikit memiliki kharisma dalam bergaya bukan hanya dari kepribadiannya yang apa adanya.
[St/n] sudah hampir sejam berkeliling dengan Takao. Mulai dari melihat pakaian di Toko GU, Gap Flagship Ginza, Forever 21, H&M, Abercrombie & Fitch, dan terakhir di Uniqlo.
Uniqlo Ginza, toko fashion terbesar dan sudah sangat mendunia. Brand busana kasual dengan ciri potongan smart & simple yang outlet-nya sudah tersebar di mana-mana dan juga pilihan terakhir bagi [St/n] sendiri. Gadis itu dan sepupunya sampai di lantai tiga. Tempat yang terlalu luas ditambah lagi satu lantai ini berisi semua fashion wanita yang terkenal.
"Permisi. Nona [L/n]?"
[St/n] menghentikan langkahnya, kemudian berbalik. Mendapati sepasang pria dan wanita berjas hitam rapi yang memanggilnya dengan nama belakangnya.
"Ya?"
"Bisa Anda ikut kami? Kami sudah menyiapkan pakaian untuk Anda," ucap wanita berjas itu.
[St/n] dan Takao saling melirik. Jelas mereka saling meminta penjelasan. Namun bagaimana? [St/n] maupun Takao hanya saling memberikan wajah bingung atau pun gelengan kepala tidak tahu. Kemudian kembali menoleh bersamaan pada pria dan wanita di depannya.
👑
Yup! Tentu saja! Gadis sadistic itu membulatkan manik [e/c]nya lebar-kala mengingat toko pakaian yang mereka masuki adalah brand yang terkenal, tentu harga setiap potong pakaiannya yang terlihat biasa bisa mencapai puluhan ribu yen.
"Silahkan mencoba pakaian Anda, nona. Semuanya sudah di siapkan di dalam," ujar wanita itu sambil menunjuk ke arah tirai hitam.
Untuk sesaat [St/n] memang tampak bingung. Dia melirik-lirik sekitarnya, melihat-lihat bahkan sesekali menyentuh pakaian yang tergantung di sampingnya. Namun kala dirinya melihat harga yang tertera pada pakaiannya, ia langsung menarik nafasnya panjang dan melepaskan sentuhannya itu.
"Pssst! [St/n]! Apa orang tuamu yang melakukan ini semua?" Tanya Takao sambil berbisik-bisik.
"Kau pikir saja... kalau itu kerjaan mereka, untuk apa mereka memberiku uang?" Balas gadis itu tanpa melirik sedikit pun pada Takao sambil melepaskan tas kecil di punggungnya dan memberikannya pada sepupunya itu.
"Oi oi oi... apa kau-"
"Setidaknya aku akan mencobanya dulu."
Takao pun menerima tasnya, sementara [St/n] melangkahkan kakinya ke dalam tirai hitam di depannya. Gadis itu menatap wanita berjas di depannya sambil tersenyum, wanita itu pun membalas tersenyum sambil membukakan tirai hitam di sampingnya.
10 menit berlalu. Takao menyandarkan punggungnya di samping tirai hitam tempat sepupunya sedang mengganti pakaiannya untuk di coba. Pria bersurai hitam itu mengganti tumpuan di kakinya. Bahakan sesekali dia berdecih pelan-kala sepupunya yang sadis itu masih belum keluar juga. Raut wajahnya tampak cemas, takut apa yang terjadi dengan sepupunya di dalam.
Sringg!
Tirai bergeser tiba-tiba. Takao pun spontan menolehkan pandangannya pada gadis yang mengenakan dress merah di atas lututnya sambil mengenakan high heals yang senada dengan dress-nya. Rambutnya yang di sanggul asal menyisahkan beberapa helaian kecil di belakang lehernya.
"Bagaimana menurutmu, Takao?" Tanya gadis itu.
"Cocok saja. Memangnya kenapa?"
"Rasanya bentuk tubuhku jadi sangat terlihat. Jujur saja, aku tidak terlalu menyukainya."
[St/n] memutar-mutar tubuh kecilnya. Sementara Takao melihat sepupunya dari bawah sampai atas, mengkoreksi bagian yang menurutnya kurang pas.
Dia melihat kaki jenjang gadis itu yang masih putih dan mulus tanpa lecet sedikit pun menggunakan high heals merah yang tak terlalu tinggi. Pinggulnya yang ramping dan pas di tubuhnya yang kecil.
"Apa? Kenapa? Itu memang cocok untukmu," sahut Takao.
[St/n] menghelakan nafasnya sambil menatap sepupunya malas. Takao sepertinya lupa jika sepupunya ini tidak suka mengenakan pakaian yang terlalu press dengan tubuhnya. Akibatnya membuat lekuk tubuhnya menjadi jelas terlihat.
"Baiklah-baiklah. Itu memang terlalu pas di tubuhmu. Tapi setidaknya kau sudah mendapatkannya, bukan? Dan juga itu lebih baik dari pada kau berpakaian seperti anak kecil."
[St/n] membuka mulutnya kemudian langsung menutupnya kembali. Dia memaling-malingkan pandangannya namun kembali lagi menoleh pada Takao.
"Bagaimana kau tahu?!" Tanyanya sedikit ketus.
"Memangnya kau pikir aku tidak pernah memperhatikanmu? Atau kau ingin melihat fotonya?"
[St/n] menghela mengenduskan nafasnya. "Oke! Oke! Aku akan menggunakan pakaian ini. Tapi kau. jangan. menyebarkan. fotoku! Setuju?" Balas [St/n] sambil mengulurkan tangannya untuk di jabat.
Takao tersenyum penuh arti. Kemudian dia menerima jabatan tangan [St/n], memberikan jawaban setuju pula. Gadis itu kembali mengganti pakaiannya setelah itu wanita berjas tadi mengambil dress yang ia pilih kemudian mengemasnya dalam shoping bag. [St/n] dan Takao pun segera pergi ke kasir, berniat membayar dress merah yang gadis sadistic itu beli. Namun dia maupun Takao terkejut-kala mengetahui seseorang telah membayarkan pakaiannya yang ternyata memiliki harga yang bahkan melebihi uang yang ia bawa.
Ting!
"Silahkan datang kembali."
Takao dan [St/n] berdiri-mematung-di depan toko pakaian yang baru saja mereka kunjungi. Mereka berdua sama-sama memikirkan orang 'baik hati' yang membelikan pakaiannya itu. Seketika mereka menghelakan nafasnya bersamaan.
[St/n] melirik curiga ke arah Takao. "Apa kau tahu sesuatu, Takao?" Tanya gadis itu.
Takao menyisirkan rambutnya dengan gerakan dari depan ke belakang, gestur yang selalu ia lakukan. Namun tangannya berhenti seketika di atas kepalanya, pria sedikit mem-pout-kan bibirnya.
Takao tahu siapa yang memberikan ini semua. Bukan hanya baju, bahkan jam tangan, gelang emas, sepatu dan pakaian dengan brand terkenal. Tentu siapa lagi kalau bukan...
"Calon tunanganmu yang memberikannya."
[St/n] menoleh cepat. "Hah?! Astaga, aku bahkan tidak tahu siapa dia. Tapi baga-"
"Dia sepertinya sudah mengetahui dirimu. Ahh... mungkin saat itu," sela Takao sambil mengancungkan jari telunjuknya sambil memberikan wajah percaya diri sambil tersenyum-senyum bangga dengan kepastiannya itu, "yaa aku yakin itu. Sebaiknya kita cepat kembali."
Takao berjalan begitu saja. Sambil tersenyum konyol dan bersenandung ria meninggalkan sepupunya. Sementara [St/n] berdiri mematung sambil menggigit ujung ibu jarinya bingung. Jujur saja, gadis itu memang senang. Toh, siapa yang tidak senang diberikan gratis?
Tapi yang membuat gadis itu terlihat tidak suka. Karena dirinya bahkan tidak tahu pasti siapa calon tunangannya ini, apa alasan pria itu memberikannya? Bukankah ini berlebihan?
Bahkan gadis itu sempat berpikir dengan total belanjaannya saat ini, mungkin akan lebih baik calon tunangannya itu memberikannya alat-alat menggambar ketimbang dia memberikan semua ini yang jelas hanya akan dia pakai sekali. Tapi kesan pertama yang di buat calon tunangannya ini adalah kalau dia orang yang seenaknya dan tidak pernah memikirkan orang lain secara pasti. Entah kenapa dia malah berpikiran negatif.
Yaa... tapi itu hanya isi pikirannya sesaat. Entah apa yang terjadi setelahnya jikalau dia sudah mengenal calon tunangannya itu-sudah di resmikan-kemudian mereka menikah. Apa gadis itu akan memiliki pikiran yang sama? Atau apa karena calon tunangannya ini pandangannya akan berubah?
Entahlah... siapa yang tahu? Yang jelas hal itulah yang suatu saat akan sangat berpengaruh pada dirinya...
... nanti.
Chapter 8 selesai~ :""" Akashi mulai jadi sades X'D udeh intinya persiapkan diri kalian reader bertemu dengan A-ka-shi kun :v huehuehue
Chapter selanjutnya '3' peresmian pertunangan Akashi dengan reader tercintah~~~~ betewe reader sepertinya bakal berantem lagi ma Akaseh yang ini :""" moga aja yang Akashi yang itu balik lagi yak beb :'3
Silahkan vote dan komennya '3' krisar dan free request alur cerita bisa di kolom komentar :3
Terimakasih _( :3 J )_
Neko Kurosaki
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro