(52)
"Kau tidak perlu menceritakannya jika memang tidak ingin," sela [St/n].
Akashi menggelengkan kepalanya perlahan. Kemudian ia turunkan tangan sang gadis, dan menggenggamnya erat.
"Aku akan menceritakannya," balasnya.
[St/n] menatap Akashi sambil sedikit membuka mulutnya.
"Dia... Satsuki Momoi. Kekasihku."
Degupan jantung [St/n] yang sesaat berpacu begitu cepat, perlahan melambat dan rasanya seperti tertikam sesuatu di belakangnya.
Ia terkejut dan sedikit terpukul. Akashi? Memiliki seorang kekasih? Pemuda absolut yang kadang begitu dingin dan tidak terlihat memiliki ketertarikan pada seorang wanita di mata [St/n], memiliki seorang kekasih?
"Dia mantan managerku di Teiko," lanjutnya. "Kau tahu?"
Gadis itu diam tak menjawab. Lantas berpikir cepat. Ia mengingat-ingat wajah Momoi Satsuki pada fotonya dengan Akashi.
Ingatannya melayang pada masa SMP-nya di Teiko yang singkat itu. Pernah ada seorang gadis dengan rambut gulali yang tak sengaja ia tabrak kala berlari-lari di tengah koridor.
Hanya itu.
"Jadi... dia?" [St/n] memastikan dan langsung dibalas dengan anggukan tunangannya itu.
"Aku mulai menjalin hubungan dengannya sesaat setelah kita bertemu di London."
"Sudah setahun, ya?"
Hening. Desiran lembut angin malam dirasa dingin. Tapi rasa itu tak terasa kala percakapan ini begitu serius dan sangat... sensitif.
Akashi menerawang, menatap langit. "Tapi semuanya sudah berakhir."
[St/n] lantas berdiri dan membersihkan kotoran yang sedikit menempel pada dressnya itu. "Tentu saja ini belum berakhir, Sei," ujarnya kemudian.
Akashi ikut bangun dan menatap lurus gadis di depannya yang memberikan senyuman lebarnya. "Ini belum terlambat, 'kan? Aku akan mengatakannya pada Otousama untuk membatalkan ini dan berbicara baik-baik dengannya."
"[St/n], itu tidak perlu lagi...."
"Kau mencintainya, 'kan? Dan, dia juga mencintaimu. Lalu apa yang salah?"
"Mungkin kau benar kalau aku mencintainya, tapi itu hanya masa lalu dan aku sudah ingat semuanya...." Akashi berjalan mendekat dan memeluk tubuh mungil tunangannya. "Aku ingat dengan janjiku padamu."
"Janji?"
"Janji kalau suatu saat aku menikahimu dan menunjukkan seluruh dunia padamu."
[St/n] sesaat tidak bisa berkata apa-apa. Gadis itu sendiri bahkan baru saja mengingatnya sesaat setelah pemuda itu mengatakannya.
Rasanya begitu mengenang....
"Okaasan, aku ingin menikahi [St/n]!"
Akashi kecil mengatakan itu dengan lantang selesai ia memainkan pianonya, sementara gadis di sampingnya memainkan sebuah biola.
Akashi Shiori yang mendengar kalimat itu dari putranya, sedikit dibuatnya terkejut. Namun, wanita itu tidak berkata apa pun.
[St/n] saat itu hanya mengerjap-ngerjapkan matanya, bingung. "Tapi kita 'kan masih kecil...," ujarnya polos.
Akashi menggeleng dan turun dari kursinya. Jagoan kecil itu menggenggam kedua bahu gadis di depannya dan berkata, "suatu saat, kalau kita bertemu lagi, aku akan menikahimu dan menunjukkan seluruh dunia padamu."
"Saat aku tidak ada, aku selalu berada di tempat yang hangat," ucap pemuda itu begitu melepaskan pelukannya. "Dan kenangan tentang janji itu, sangat hangat."
Gadis itu tetap diam. Ia melihatnya, sorot mata dan pancaran yang ia lihat di mata Akashi, berbeda.
Sorot mata tanpa tekanan dan beban. Seakan ia terbebas dari sesuatu.
"Saat berita pertunangan kita tersebar, saat itu juga hubunganku dengan Satsuki berakhir."
[St/n] mengernyitkan dahinya dan tersenyum kaku. "Tidakkah itu terlalu kejam?"
Akashi hanya mendengus. "Mungkin aku memang kejam. Tapi, aku pasti akan mengatakan semuanya pada Satsuki dan meminta maaf padanya."
👑
"Menunjukkan seluruh dunia padaku, ya?" Tanpa sadar [St/n] bergumam sendiri.
"[St/n]-hime, sudah waktunya bersiap dan Anda masih belum memilih?" tanya Shima-san. "Tuan Muda sudah menunggu Anda di ruang utama."
"Kalau tak salah, seminggu setelahnya, aku pergi ke Tokyo...."
"Tuan Putri!"
"Ya!?"
Shima-san menghela singkat dan menggeleng-gelengkan kepalanya frustasi. Sepertinya jiwa gadis ini memang sedari tadi tidak ada di dalam.
Lihat saja! Dia mengabaikan Shima-san dan berbicara sendiri.
[St/n] tertawa kecil kemudian memutar kepalanya kembali. Gadis itu bingung. Ya, dia bingung hanya dengan melihat deretan cocktail dress dalam walk-in closet miliknya.
Namun akhirnya, gadis itu memilih dress yang sudah sedari tadi begitu menarik perhatiannya.
Sesaat ia mematut dirinya di depan cermin sebelum akhirnya melenggang ke arah ruang ganti.
Dilain sisi, Akashi baru saja mengakhiri sambungan teleponnya setelah hampir selama tiga puluh menit ponsel itu terus bersarang di dekat telinganya.
"Mobil sudah siap, Tuan Muda," ujar butler yang menjadi asistennya langsung.
Akashi mengangguk sebagai jawaban dan laki-laki dengan tuksedo hitam itu segera keluar.
Suara deritan pintu berhasil membuat fokus Akashi langsung berpaling. Matanya disuguhkan sosok yang begitu cantik dengan balutan dress yang sederhana.
Ditunjang dari tubuhnya yang langsing dan kencang, [St/n] begitu cantik dengan cocktail dress one-shoulder baby pink yang digunakannya.
Potongannya amat sederhana, tapi di mata Akashi, gadis itu....
"Terlihat lebih anggun dari biasanya."
[St/n] tersenyum dan tertawa kecil. "Benarkah?" balasnya. "Terimakasih."
"Bisa kita berangkat sekarang?"
"Ya."
[St/n] mengulurkan tangannya dan langsung disambut oleh Akashi dan diamitnya ke lengan pemuda itu.
👑
Suasan cafè ini tampak tidak biasa. Segala macam lampu hias, pernak pernik dan kemeriahan pesta mengisi seluruh ruangan. Pun dengan suara musik yang mengalun lembut.
Kue dan jenis makanan dari racikan resep terbaru pun memenuhi meja panjang di tengah pesta.
"Aku kira kau tidak jadi datang Akashi," ujar Midorima begitu mendapati sosok bersurai red pinkish di hadapannya.
Akashi memberikan seulas senyuman kecil. "Kupikir juga begitu," jawabnya. "Mana yang lain?"
"Di sana-nanodayo." Midorima menunjuk ke arah barisan pemuda yang menuju ke arahnya.
"Konbanwa Akashi-kun, [St/n]-san," ujar Kuroko formal seperti biasa.
"Otanjoubi omedetou, Kuroko-kun."
"Otanjoubi, Kuroko."
"Arigatou," balas Kuroko. Laki-laki bersurai baby blue itu mengulurkan segelas minuman pada Akashi. "Terimakasih juga sudah datang."
Akashi menerima gelas itu dan melemparkan senyuman tipisnya.
"Untukmu, [St/n]." Giliran Takao memberikan segelas yang sama dengan Akashi.
"Tidak ada racunnya, 'kan?" goda gadis sadis itu.
"Kau pikir, aku segila apa sampai memberikanmu racun?"
"Eh? Tapi dulu kau pernah memberikanku minuman kedaluwarsa, lho, Takao."
Takao bersweatdrop. Ia terkejut karena sepupunya yang satu ini masih mengingat kejadian waktu itu.
"Sudahlah! Lupakan itu," final Takao. "Acara sudah hampir dimulai. Dan kalian berdua mendapat bagian memberikan sambutan kecil sebagai perwakilan kita."
👑
Usai dengan sambutan kecil dari pasangan Akashi, acara kini berlangaung dengan santai.
Tamu undangan yang datang bebas ingin melakukan apa pun. Entah itu bernyanyi, bermain musik, makan, dan segala jenis kegiatan yang mereka suka.
Tentunya, tanpa membuat masalah yang berarti.
Akashi dan [St/n] pun begitu sibuk dengan segala macam ucapan terimakasih atas pernikahan mereka.
Keduanya heran, padahal pernikahan mereka sudah berlalu hampir seminggu yang lalu, tapi ucapan-ucapan sejenis itu masih saja berterbangan di depan mereka.
Untuk sesaat, [St/n] harus menyingkir dari krumunan pria dan wanita dalam balutan jas dan dress mewah di hadapannya karena merasakan sebuah vibrasi halus dari tote bag miliknya.
Gadis itu mengambil ponselnya dan benar saja, Ibunda sang gadis menghubunginya.
[St/n] menyentuh bahu Akashi dan berkata dengan intonasi pelan, "aku ke belakang dulu."
Akashi yang mengerti langsung mengangguk dan memberikan izinnya pada sang gadis.
[St/n] ke luar, menuju beranda. Sambil menatap malam kota Tokyo, ia menjawab, "moshi-moshi, Okaasan?"
Tanpa gadis itu ketahui, Takao bersandar pada pintu jendela menuju beranda seraya memegang segelas cocktail.
"Ya, aku sudah bertemu dengannya, kok," jawab gadis itu pada wanita di sebrang sana.
[Kau sudah makan dengan benar? Jangan lupa meminum obatmu, ya?] Nada wanita itu terdengar khawatir.
[St/n] tersenyum tipis. "Okaasan...." gadis itu menarik nafas panjang dan melanjutkan, "terimakasih karena sudah mengkhawatirkanku, tapi...."
Ibunya diam tak menjawab, lantas [St/n] melanjutkan, "Okaasan tidak perlu melakukan ini lagi. Lagi pula aku sudah menikah, 'kan?"
[....] terdengar suara Ibunya yang berdehem pelan. [Kau benar. Maaf karena masih kebiasaan seperti ini.]
"Tidak masalah, kok. Aku justru senang," suara gadis itu sedikit bergetar. "Terimakasih untuk semuanya, Okaasan."
[Seijuuro sudah tahu?] Tanya wanita itu akhirnya.
[St/n] diam sesaat. "Sudah." Gadis itu berbohong.
[Baguslah. Kalau begitu, Okaasan tutup dulu. Jaga dirimu baik-baik, [St/n]. Ja.]
Begitu nada sambungan terputus, [St/n] menurunkan ponselnya. Ditatapnya lekat ponsel itu dan digenggamnya kuat.
Matanya memanas. Rasanya air matanya sebentar lagi akan terjatuh. Mulai dari sekarang, Ibunya tidak akan menelpon seperti itu lagi.
Menanyakan keadaannya, meminta sang gadis untuk makan dan rutin meminum obatnya.
Seandainya ia sulit untuk dihubungi, Takao lah jalan ke dua sebagai sosok yang bisa diandalkan.
Inilah hal tersulit yang dilakukannya: berpisah dengan kedua orang tuanya. Makannya dia sedikit menolak pernikahan yang berlalu cepat ini.
[St/n] mengusap pelupuk matanya yang sedikit basah dengan sapu tangannya. Selesainya, ia menarik nafas panjang, mengeluarkannya lewat mulut dan berusaha tersenyum sebaik mungkin.
Takao melihat itu hanya mendengus dan tersenyum miring. Pemuda itu memutar kepalanya dan menatap Akashi dengan rombongan orang di sekitarnya yang mulai menjauhinya.
Namun tak lama, sosok seorang wanita dalam balutan cocktail dress navy blue mengkilap—menandakan pakaian itu berbahan sutra—datang dan langsung mengecup pipi Akashi.
Wanita berambut gulali itu lantas menggenggam tangan besar Akashi dan tersenyum manis.
Mata Takao membulat sempurna. Cepat-cepat laki-laki itu memutar kembali lehernya dan mendapati sepupunya yang berjalan kembali.
Sebelum [St/n] benar-benar melihat kejadian itu, Takao tetiba memutar tubuhnya dan berhadapan langsung dengan gadis itu.
[St/n] yang jelas terkejut dengan kedatangan Takao yang tiba-tiba, bertanya, "Takao? Sejak kapan kau—menguping, ya?!"
Takao berdehem singkat dan tersenyum kaku. "Ya... itu... begitulah."
"Sejak kapan?"
Dilain sisi, anggota Kiseki no Sedai yang melihat kejadian barusan, hanya menatap tidak percaya.
Sosok berambut gulali dengan balutan cocktail dress navy blue itu jelas sangat mereka kenal.
Itu... Momoi Satsuki.
Yang membuat mereka terkejut adalah kedatangan Momoi ke Jepang. Pasalnya setahu mereka, wanita itu masih bersekolah di London.
Dan ke dua, apa yang baru saja dia lakukan pada Akashi begitu membuat mereka heran.
Ada hubungan apa sebenarnya antara Akashi dan mantan manager mereka di Teiko?
"Kau melihatnya, 'kan, Kuroko?" tanya Midorima.
"Momochin baru saja mencium Akachin, 'kan?" walaupun terdengar tidak peduli, tapi intonasi yang dibuat Murasakibara pun terdengar kalau dia sekilas begitu terkejut.
"Aku melihatnya," jawab Kuroko. "Di mana [St/n]-san?"
👑
Takao berusaha melirik ke belakang tanpa membuat [St/n] curiga sebisa mungkin.
"Eh? Sejak kapan, ya?" Dia lama menjawab seolah berpikir-pikir. "Sudah... dari tadi. Iya, dari tadi."
Sekali lagi Takao berusaha melirik ke belakang. Tapi gadis yang bersama Akashi masih menggenggam tangan pemuda itu dan entah apa yang mereka bicarakan.
"Oh...."
[St/n] tetiba bergerak menyamping, tapi Takao kembali menghentikan gerakannya dengan cepat.
"Ada apa lagi, Takao?" Gadis itu mulai gusar.
👑
"Itu-ssu! Dengan Takaocchi!"
"Sialan kau, Akashi!" Kagami mulai geram.
Laki-laki itu lantas berjalan gusar menuju Akashi, tapi langkahnya dihentikan oleh Aomine.
Ia memutar lehernya cepat ke arah laki-laki tan itu. "Apa masalahmu, Aomine?!"
"Dia teman masa kecilku, aku yang akan mengurusnya."
Kagami berdecih. Dia segera membalik tubuhnya sempura dan membiarkan Aomine mengurus wanita yang di sana.
"Daripada itu, sebaiknya kita khawatirkan [St/n]-san terlebih dulu," ujar Kuroko.
"Ayo! Cepat-ssu!"
Kisedai pun melangkah cepat ke arah beranda, bertepatan dengan [St/n] yang kembali menyela Takao.
"[St/n]cchi! Ano...."
"Bisa kita minta sedikit bantuanmu?" timpal Kuroko.
"Eh? Ada apa?"
Kisedai saling lirik. Mereka bingung ingin mengulur waktu Aomine bagaimana.
Murasakibara melirik dan memberikan isyarat kepada Midorima. Lantas Midorima segera melirik ke belakang dan melihat Aomine justru bertengkar dengan Momoi yang menggamit lengan Akashi.
Entah apa pun yang dikatakan Aomine, ia berharap itu bukan alasan bodoh seperti mengatakan kalau "istrinya ada di sini" atau "Akashi itu sudah menikah".
Untungnya Akashi juga terlihat menolak sentuhan Momoi walaupun secara halus. Midorima mensyukuri itu.
"Itu soal...."
"Akachin tadi mencarimu."
Refleks semuanya menoleh ke arah Murasakibara. Wajah mereka terukir jelas kalau berkata, "apa yang baru saja kau katakan, Murasakibara (cchi|-kun)?!"
"Tapi aku bilang kalau kau ada di beranda dengan Takachin. Jadi tidak perlu khawatir."
Jangan teruskan itu, Murasakibaracchi!
Jangan katakan apa pun lagi, Murasakibara-kun.
Hentikan itu-nanodayo.
"Kalau begitu, aku harus segera menemuinya," gadis itu kembali menyela. Kini dia menyela Kisedai.
"Tunggu (ssu!|nanodayo!)"
[St/n] menaikkan sebelah alisnya, bingung. Tadi Takao, sekarang Kisedai. Sebenarnya ada apa dengan mereka?
"Kalau memang Sei tadi mencariku, aku harus segera kembali," [St/n] membalas dengan intonasi sedikit tegas. Lantas ia menyela. "Permisi."
Kisedai dan Takao terpaksa membuka jalan, membiarkan gadis itu melewati mereka begitu saja. Namun mereka berharap Aomine sudah membawa pergi Momoi sebelum ia bertemu dengan [St/n].
Tapi Dewi Fortuna tidak berpihak pada mereka. Momoi masih di sana, tepat berdiri berhadapan dengan Aomine dengan saling melempar pandangan kesal.
Kisedai dengan Takao dan Kagami datang menyusul tepat di belakang [St/n]. Begitu gadis itu melihat sosok Momoi Satsuki secara langsung, dia hanya menundukkan sedikit kepalanya lantas memberikan senyuman kecil.
Akashi meraih tangan [St/n] dan menyatukan jemari miliknya dengan milik gadisnya.
Pemuda itu tersenyum pada istrinya dan kembali melihat ke arah Momoi, kemudian Akashi muda berkata....
"Ini istriku. Akashi [St/n]."
Chapter 52 owari! AHAY! AKHIRNYA READER MENANG DI SINI! 1-0 😂😂👌 Eh, BTW Mikajeh telat update yeu? Maap keun yak 😶 acu lagi sibuk persiapan CUP sekolahque :'3
Next chapter review! Gengs~ kalyan bakal dicecar sama mertua dan nenek kalyan for do samting(?) 🙂 udah itu aja 👌
Vomentnya jangan lupa yak 😍 tengkis~ OH IYAK! TENGKYU JUGA BUAT MA BELOVED POLLOWER YANG UDAH NGIKUTIN AKUN K-san-san 😘😘😘 Happy 300 polower gengs~ 😗
xoxo,
Kajeh-san-san
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro