(51)
"Okaasan, aku melakukannya...."
Wanita itu hanya menatap putri kecilnya pasrah. Ia menghela nafas singkat melihat gadis di depannya seperti ingin mati. Jiwanya melayang entah kemana.
Pernikahannya baru saja selesai, tapi gadis ini baru juga menyesali keputusannya untuk menikah secepat ini.
Gadis itu memang tidak pernah bermimpi akan menikah saat dirinya masih berstatus sebagai mahasiswa.
Padahal ambisi kecilnya ia menikah setelah lulus Sarjanah S2, mendapat gelar dokter dan surat kedokterannya, memiliki rumah sakit sendiri pun dengan rumah.
Hanya itu. Tapi setelah menjadi istri sang Akashi muda, angan-angan sederhananya tetiba lenyap begitu saja.
Ibunda sang gadis ikut duduk di sebelahnya, lalu berkata untuk meyakinkan putrinya, "memang berat, tapi Okaasan yakin kalau kau pasti bisa, [St/n]."
"Dengan meborbankan impian Okaasan?" Suaranya sedikit bergetar.
"Okaasan sudah tidak mempermasalahkan itu, karena yang terpenting...." Ibundanya meraih kedua tangan gadisnya dan mencium punggungnya. "Kau bahagia."
"Bagaimana kalau tidak?"
Ibunya tersenyum lembut. "Pasti Seijuuro bisa. Okaasan yakin itu."
"Anata...." Ayah sang gadis menyentuh bahu istrinya.
Sesaat Ibunya melirik ke arah suaminya, tapi kembali lagi melihat ke arah [St/n] seraya berdiri diikuti putrinya.
[St/n] memberikan pelukan singkat sebelum akhirnya kedua orang tuanya keluar dari kamarnya—dan Akashi.
Gadis itu memutar tubuhnya ke belakang, menyembul-nyembulkan kepalanya kala memastikan Akashi muda masih belum selesai dengan urusannya di kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Gadis itu tersenyum lebar mengetahui tidak ada tanda-tanda pemuda itu akan menunjukkan batang hidungnya, lantas ia berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu seraya mengangkat kimononya yang panjang.
Namun langkah semangatnya seketika terhenti begitu mengetahui Shima-san sudah berada di depannya sambil tersenyum penuh arti.
Wanita itu lalu berkata, "jangan tinggalkan kamar sampai pagi, [St/n]-hime."
"Apa?! Seharian di sini dengan...."
"Iya, Tuan Putri." Shima-san menutup kata-katanya dengan tersenyum sumringah.
Wanita itu mengulurkan tangannya dan menarik gagang pintu di depannya, berniat menutupnya.
Namun [St/n] ikut menarik pintu itu. Shima-san yang tidak ingin Tuan Putri sekaligus suami dari putra majikannya itu pergi begitu saja, menarik lebih kuat pintu terkait.
Tarik menarik gagang pintu itu akhirnya dimenangkan Shima-san. [St/n] yang sesegeranya membuka kembali pintu itu, tidak bisa sama sekali. Ia tidak menyangka Shima-san sejahat itu sampai pintu ruangannya di kunci.
[St/n] melihat pasrah pintu yang terkunci di depannya. Lantas ia kembali memastikan kalau Akashi muda masih belum selesai dengan urusannya di sana.
Dia begitu khawatir dan kalut tentunya. Alasannya karena Akashi ini sangat berbahaya.
Entah apa yang akan dilakukan Tuan Mudanya, ia tidak bisa menebak itu.
👑
Waktu hampir menunjukkan jam malam. Sementara pasangan suami-istri baru ini masih tetap di dalam kamar mereka.
Sesuai tradisi keluarga Akashi. Pasangan baru tidak diperbolehkan keluar dari kamarnya selama seharian penuh setelah acara pernikahan mereka.
Karena alasan itu lah, kenapa kini Akashi dihadapkan dengan istrinya yang tengah tertidur lelap dengan masih menggunakan shiromuku kimono bagian dalamnya.
Deru nafasnya begitu teratur dan semakin diperhatikan, [St/n] sebetulnya memang memiliki tubuh yang kencang.
Bagian atas kimononya yang sedikit terbuka, membiarkan pemuda itu melihat leher putihnya. Pun dengan kakinya mulai dari setengah paha ke bawah yang terekspos begitu saja, putih dan mulus.
Pemuda bermanik heterochromia itu tersenyum tipis, lalu mendekatkan ujung bibirnya tepat di telinga istrinya. Ia berbisik, "Kau ingin melakukannya sekarang?"
[St/n] seketika terbangun dan langsung memukul wajah tampan Akashi dengan bantal pada tangannya.
Akashi meringis-ringis kecil seraya berusaha menahan tangan istrinya itu. [St/n] sudah terduduk di atas kasur dengan sebelah tangannya yang di tahan Akashi.
Gadis cantik itu menatap gusar Akashi yang menatapnya intens. "Apa yang kau lihat?" tanya gadis itu sarkas sambil menarik bagian atas kimononya yang sedikit terbuka dengan tangannya yang terbebas. "Kau sudah selesai?"
Akashi menghela nafas singkat dan tersenyum miring lalu melepaskan tangan istrinya. "Sudah. Sekarang, kaulah yang seharusnya mandi," jawab pemuda itu.
[St/n] malah bergerak mundur. Ucapan Akashi barusan seolah mengundangnya untuk berperang.
Akashi tersenyum miring lantas menaiki kasur yang sama dengan sang istri dan menggodanya dengan berkata, "kau mau mandi atau tidak?"
Akashi semakin mengikis jaraknya dengan [St/n], refleks gadis itu pun mundur selangkah.
Tapi pemuda itu terus menggodanya, "mandi atau tidak?"
"Sei, aku peringatkan kau—!"
"Kau akan mandi? Atau, kau ingin aku...."
Jarak kasur [St/n] yang sudah habis, membuat gadis itu refleks terjengkang ke belakang seraya membawa Akashi.
Mereka pun jatuh dengan posisi [St/n] yang tepat berada di atas suaminya itu. Untuk waktu yang cukup lama, mereka saling melempar pandangan.
Akashi terpesona dengan wajah sang istri yang semakin dilihat dari dekat, semakin memancarkan daya tariknya. Pun semakin dirinya ingin melakukan hal ini dan itu dengan istrinya.
Namun pukulan kecil yang [St/n] berikan karena mulai risih, membuat pemuda itu tersadar. "Baiklah! Aku akan mandi," ucap gadis itu. Ia mendorong dada bidang Akashi. "Kau bangun dulu! Cepatlah!"
Akashi langsung bangun dan terduduk di atas lantai ruangannya, sementara [St/n] buru-buru melenggang pergi ke kamar mandi.
Gadis itu berteriak, "jangan mengintipku!"
"Aku tidak akan mengintipmu, Chiwa!" balas Akashi berteriak pula.
Namun tanpa sepengetahuan [St/n], Akashi tersenyum-senyum sendiri seraya mengusap lembut tubuhnya yang bersentuhan dengan istrinya.
Sentuhannya memang begitu singkat, tapi begitu berbekas pada dirinya.
Malamnya, pengantin baru ini akhirnya tertidur lelap tanpa melakukan apa pun. Benar-benar tanpa melakukan apa pun.
Kecuali Akashi tentunya.
Pemuda itu semalaman suntuk memandangi wajah pulas istrinya. Dibawah cahaya rembulan dengan menggunakan piyama yang sama dengan milik pemuda itu, [St/n] sungguh semakin memancarkan daya tariknya.
Makannya kenapa pemuda itu tidak ingin tertidur dan memilih terus menatap istrinya.
Karena dia tahu, kalau ia memejamkan matanya, dia tidak akan bisa melihat sosok wanita cantik ini lagi.
Akashi menyentuh lembut pipi chubby istrinya.
"Aku akan melakukan apa pun demi menjaga senyuman ini...."
👑
Beberapa wanita mempersiapkan tradisi bagi pengantin baru. Bak berbentuk lingkaran yang sudah terisi air, mereka taburi dengan kelopak bunga berwarna merah pekat dan menuangkan wangi-wangian yang menenangkan.
Akashi muda memasuki tempat tradisi itu dengan membalut tubuh atletisnya dengan bath robe putih.
Maid yang sudah selesai dengan urusan mereka, lantas menunduk hormat dan keluar.
Sekeluarnya maid itu, Akashi melepaskan bath robe pada tubuhnya lalu merendamkan dirinya dalam bak yang penuh dengan bunga itu.
Tak lama [St/n] memasuki tempat yang sama dengan Akashi. Begitu netranya mendapati diri pemuda merah itu di depannya, buru-buru gadis itu membuang wajahnya dan menutup matanya.
"Shima-san...."
"Anda harus melakukannya, Tuan Putri. Tradisi ini sudah sedari dulu dilakukan."
"Tapi, boleh 'kan kalau aku tidak melepas ini?" tanya gadis itu memastikan seraya memegang bath robe miliknya.
"Jangan banyak persyaratan begitu, [St/n]. Sebaiknya cepat kau selesaikan, aku masih ada urusan yang lebih penting," ujar Akashi dingin.
Ingin rasanya saat itu juga [St/n] menuangkan parfum yang ada dalam botol genggamannya.
Parfum yang ia buat setengah niat dengan memikirkan Akashi tepat sehari sebelum pernikahannya.
Juga parfum yang kelak akan digunakan pemuda itu seumur hidupnya.
"Kalian bisa keluar," titah Akashi muda pada maid di belakang [St/n].
Seandainya ini bukan tradisi keluarga dan sudah dilakuakn dari generasi ke generasi, gadis itu pasti sudah menolaknya sedari tadi.
Akashi dan [St/n] saling bertatapan. Tidak ada yang berbicara sampai Akashi menginterupsi, "cepat kau selesaikan ini, [St/n]."
"Baiklah! Tapi... tutup matamu."
Akashi menurut saja. Pemuda itu menutup matanya, sementara perlahan [St/n] melepaskan bath robe yang membalut dirinya.
Tak lama ia mulai memasukkan kedua kakinya ke dalam bak yang sama dengan Akashi dan membuat jarak sejauh mungkin dari pemuda itu.
Namun percuma, bak itu terlalu kecil. Bahkan diameternya tidak sampai tiga meter.
Begitu Akashi mengetahui gadisnya sudah memasuki bak, ia membuka mata dan mendekati istrinya.
Namun cepat-cepat [St/n] menghentikan gerakan pemuda itu dengan tangannya dan berkata, "berhenti! Jangan mendekat!"
Akashi berhenti tiba-tiba. Ia tersenyum miring dan menjelaskan, "kaulah yang harus melakukan ini. Dimana kita harus memulainya? Dari depan atau belakang?"
[St/n] menatap pemuda itu tidak percaya. Gadis itu pun menyiprat-nyipratkan air ke arah Akashi seolah mengusirnya.
"Pergi! Sana menjauh!"
Akashi tertawa kecil dan menahan gerakan kedua tangan [St/n]. "Maksudku kau harus membaluriku dengan parfum itu." Akashi memperjelas. Ia kembali bertanya, "jadi kau ingin memulainya dari depan atau belakang dulu?"
[St/n] seketika mati kutu. Kenapa dia bisa berpikiran yang tidak-tidak tentang pemuda ini?
Seandainya Akashi tidak sejahil dipikirannya—walaupun [St/n] akui kalau dirinya juga jahil—dia tidak akan berpikiran eros seperti ini!
"Cepat lakukan."
"Baiklah!" gadis itu pasrah. "Kau menyingkir dulu!"
Akashi mundur dan [St/n] mengambil botol parfum merah yang terletak tepat di pinggir bak.
Gasis itu mebuka tutupnya dan menuangkan isinya lalu mengembalikannya.
[St/n] menggosok kedua telapak tangannya, begitu selesai ia seketika ragu. Tentunya ragu untuk langsung menyentuh dada bidang pemuda itu dan membalurinya dengan aroma parfum yang dibuatnya.
Akashi yang melihat itu langsung menarik tangan [St/n] dan menyentuhkannya ke dada atletisnya.
Sesaat ia begitu terenyak, tapi ia berusaha menahan kegugupannya dan wajahnya yang sudah mulai memanas dengan membuang nafasnya lewat mulut.
Akhirnya, tangannya pun bergerak, menelusuri leher putih pemuda itu dan berangsur tepat sampai di depan dadanya.
Semakin diperhatikan, Akashi semakin memikatnya. Ia mengakui Akashi memang tampan, tapi pancaran kharisma sekarang begitu berbeda dari biasanya.
Akashi yang sesaat memejamkan matanya, kini menatap lurus gadisnya itu. Entah bagaimana menjelskannya, tapi tatapan pemuda itu begitu intens melihat ke arahnya.
Tangan [St/n] yang tadinya sempat terhenti pada dada bidang Akashi sedikit bergerak dan menoleh ke arah sesuatu yang muncul di bawah air.
[St/n] tersenyum kaku begitu tertangkap basah oleh Akashi kalau dirinya sebetulnya masih menggunakan gaun pendek yang menutupi bagian dada sampai pahanya.
Gadis itu menurunkan tangan Akashi yang keluar dari air seraya menunjukkan bagian bawah gaunnya.
"Siapa juga yang berani melepasnya," ucapnya sambil membuang wajahnya, tidak berani menatap pemuda itu.
Akashi menghela nafas pendek. "Apa kau ingin aku satu-satunya yang melepasnya?"
"Jangan katakan padaku untuk benar-benar melepasnya!"
Akashi tersenyum miring dan semakin mendekat, [St/n] semakin menahan tubuh pemuda itu agar menjauh.
Bahkan gadis itu sampai menahan tubuh Akashi dengan kakinya! Untungnya pemuda itu sudah tidak heran lagi, tapi baginya ini malah menjadi kesempatan emas untuknya.
Akashi menyentuh kaki [St/n] sambil menatap gadisnya dengan salah satu sudut bibirnya yang naik sebelah.
Mata [St/n] membulat sempurna. "Kau—! Jangan berani-beraninya—"
Ucapannya menghilang begitu tetiba Akashi menarik kaki [St/n] dan membuat gadis itu mendekat ke arahnya. Bahkan tubuh mereka saling bersentuhan!
"Sebaiknya kau diam, atau aku akan melakukan hal yang lebih buruk dari yang kau pikirkan."
Mulut gadis itu terbuka. Ia memukul dada Akashi, mencipratinya dengan air dan melakukan semua hal yang bisa dilakukannya saat itu juga agar bisa segera beranjak dari tempatnya saat ini.
Menjauhi suaminya, sang Kaisar Merah, yang tampaknya begitu berbahaya....
... dalam beberapa hal.
👑
"Ne, Akashicchi kau senggang?" Akashi menoleh ke arah kawan berambut pirangnya. "Bisa hadir keacara ulang tahunnya Kurokocchi, tidak-ssu?
"Kau ikulah, [St/n]."
Gadis itu hanya menoleh ke arah Takao, kemudian menoleh ke arah Akashi di depannya.
"Baiklah," jawab pemuda bermanik crimson itu. "Pukul berapa?"
Selesai membicarakan jadwal kegiatan malam ini dan kebetulan pula Akashi memang sedang bebas dari tugas ayahnya kala baru saja pernikahannya berakhir, semuanya kembali pada kegiatannya masing-masing.
Namun begitu jam kuliahnya berakhir, [St/n] tidak bisa langsung kembali karena tetiba saja Akashi mendapat panggilan dari yayasan. Jadilah gadis itu menunggu sang suami kembali.
Sudah hampir setengah jam dia menunggu, tapi pemuda itu belum juga kembali dan dia mulai jengah.
Sialnya lagi, ponsel yang kini berada digenggaman [St/n], adalah milik suaminya. Ya, Akashi lupa mengambil ponselnya sendiri dari istrinya sebelum dia pergi.
[St/n] hanya mengetuk-ngetuk layar hitam itu. Selang beberapa saat, ponsel itu mengeluarkan suara notifikasi line.
Mata [St/n] berputar ke arah ponsel sang suami, lantas matanya mendapati rentetan bilah pesan pada lockscreennya.
Sebuah pesan... dari Momoi Satsuki.
[St/n] sebetulnya tidak bermaksud membaca pesan itu, tapi karena kebetulan muncul jadi tidak salah bukan untuk membacanya?
Hanya kalimat sederhana seperti....
[Kau datang 'kan? Ke acara ulang tahunnya Tetsu-kun....]
Lalu muncul lagi....
[Aku akan datang. Semoga aku bisa melihatmu....]
Gadis sadis itu mengernyitkan dahinya. Ia heran, kenapa wanita ini masih mengejar Akashi yang kini statusnya sudah sebagai suami resminya?
Bukankah Akashi saat itu berkata sudah mengakhiri hubungannya dengan wanita itu?
Lantas, kenapa wanita itu masih menghubunginya?
Chapter 51 selesai!! Jadi sebenernya inspirasi dari chapter ini itu dari... drama Thailand 😃 ada yang nonton gak drama Princess Hours? Versi Thailand ato Koreanya.... sama aja lah 😂 cuman acu ubah sedikit, menyesuaikan... gitulah 😄
Heaaa! Akhirnya saia kembek XD maap keun Mikajeh yang sering menelantarkan cerita :'3 saia lagi keseruam maen game gegara banyak event X'D oke, abaikan ini~!
Mungkin bagian ini agak ganjil, ya? Kapan Akashi cerita soal Momoi terus udah mutusin hubungannya? Itu bakal kejawab di chapter berikutnya~! 🤗
Next chapter review! 😊 kalo udah nonton dramanya pasti tau yeu 😅 tapi tetep bakal acu ubah lagi, kok 😀
Jangan lupa vote dan krisarnya, yeu :333
Terimakasih
xoxo,
Kajeh-san-san
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro