Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(4)

♠♠♠

Dalam sebuah kelas, bangku yang berada di tengah kelas. Tertidur seorang gadis bersurai [h/c]. Kelopak matanya sama sekali belum terbuka sampai...

"WAAA!"

Sang gadis berteriak tiba-tiba dan terbangun—kala sepupu jahilnya meletakkan sekaleng [fv/d] kesukaannya di pipi sang gadis tiba-tiba. Alhasil membuatnya seketika terkejut begitu terbangun.

"Seperti biasa kau tidur lagi... memangnya apa yang kau lakukan semalaman?"

"Entahlah... hoam!" gadis itu megucek pelan matanya yang hampir mengeluarkan air mata—kala dirinya menguap. "Ada ap—whoa!"

Takao menarik sepupunya langsung yang masih duduk. [St/n] melihatnya sedikit nanar yang berjalan di depannya dan sang gadis itu pun ingat. Yaa... istirahat kali ini [St/n] akan bertemu langsung dengan teman-teman dari tim basket sepupunya ini.

Kriiit!

Pintu atap terbuka. Menampakkan pemandangan sekolahnya yang luas. Di bawah sana banyak anak yang masih berlalu lalang, duduk di atas taman, saling bercengkrama. Bahkan lapangan baseball di isi oleh beberapa anak yang asik bermain.

[St/n] melipat kedua tangannya di depan dada. Menatap sepupu di depannya mengisyaratkan memberikan alasan dia membawanya ke atap yang sepi tanpa seorang pun di sini.

"Harusnya Aomine ada di sini... nah itu dia!"

Takao menunjuk seseorang yang belum menampakkan wajahnya. Surainya yang berwarna blue navy, seragamnya sedikit nampak berantakan. Juga jelas terlihat dia baru saja terbangun dari tidurnya dan sekarang sedang terduduk sambil melemaskan otot-otot di tubuhnya.

"Lho... [St/n]chin?"

Dengan cepat [St/n] menoleh ke sumber suara. Seseorang yang tidak dikenalnya memanggil nama depan sang gadis aneh. Dia menambahkan embel-embel 'chin' di akhir namanya.

"Ahh... dia Atsushi Murasakibara. Center dari Kiseki no Sedai."

[St/n] hanya ber-'oh' ria lalu kembali menatap Murasakibara. Sementara Murasakibara mengangkat sebelah tangannya sambil mengunyah cemilan yang dia bawa pada sebelah tangannya yang lain.

[St/n] cukup terkejut—kala Murasakibara tetiba memanggil namanya, padahal sang gadis sama sekali belum memperkenalkan namanya. Tapi dengan cepat [St/n] simpulkan kalau sepupunya yang merepotkan ini sudah menceritakan beberapa hal seperti bagaimana dirinya, parasnya atau yang lainnya pada teman-teman di tim basketnya.

Hup!

[St/n] kembali menoleh cepat. Yup! Aomine baru saja melompat dari tempatnya tidur ke bawah, tepat di hadapan gadis belia yang mencarinya. Pertemuan untuk kedua kalinya dengan Aomine setelah di Gym kemarin. Aomine menatap gadis di depannya datar.

"Kenapa kau ke sini?" tanya Aomine malas.

Gadis itu mengendus, menatap pria bersurai navy itu kembali. "Bukankah kau minta hadiahmu kemarin, Mr. Blue Moron?"

👑

Kuroko dan Kagami sudah di depan pintu ruangan Gymnasium, terdengar decitan sepatu yang bergesekan dengan lantai Gym juga bola yang di pantulkan. Tak lama Kuroko dan Kagami memasuki ruangan, mendapati teman mereka : Kise, Midorima, juga sang kapten.

"Tetsuya, kemana Daiki dan Atsushi?" tanya sang kapten datar.

"Tetsuya?" batin Kuroko.

Dengan cepat Kuroko dapat menyimpulkannya. Akashi yang sekarang adalah Akashi yang itu, yaa... pria bersurai baby blue itu sangat yakin kalau Akashi melakukan switch dengan dirinya yang itu.

"Anoo... Akashi-kun, sepertinya mereka membolos latihan lagi," jawab Kuroko.

"Lagi?!" Akashi menatap dingin Kuroko dan Kagami. Seketika Kagami menelan saliva-nya kasar, "Takao juga tidak ada... apa kau tahu kemana dia, Shintaro?"

Midorima menggelengkan kepalanya, memberikan jawaban jika dia tidak tahu apapun soal keberadaan Takao. Akashi menghela nafasnya berat, tidak mengatakan apapun lagi dan pergi keluar dari Gymnasium mencari ketiga orang bodoh yang berani membolos latihannya. Lagi.

Juga di belakangnya Kagami, Kuroko, Midorima, dan Kise mengekori Akashi. Mereka seketika ber-sweatdrop mengingat Akashi sudah switch dengan dirinya yang itu.

"Semoga kami-sama menyelamatkan san baka itu dari shinigami bergunting ini!" pikir mereka bersamaan.

👑

"HAAAH?! Itu tidak mungkin... dan juga kenapa kau yang menjawabnya, Takao?!"

[St/n] berteriak dengan memasang wajah menyebalkan. Yup! sesaat setelah dirinya bertanya atas hadiah kemenangan Aomine karena berhasil mengalahkannya, justru malah Takao yang menjawabnya. Sontak membuat darah [St/n] melonjak tinggi karena amarah.

Bagaimana tidak? Takao ingin [St/n] terus menemani Aomine bermain basket jika Aomine memintanya, tentu itu hal mustahil yang di lakukan dirinya—kala pasti Aomine akan memintanya di sela-sela waktu sibuknya belajar atau mengerjakan beberapa tugas dari guru.

Tidak salah lagi, prediksi dan kesimpulan super milik [St/n] selalu tepat.

[St/n] kembali menatap Takao sambil tersenyum mengisyaratkan sesuatu. Takao yang mengerti meneguk saliva-nya kasar.

"Apa kau tahu, Takao? orang tuamu memintaku untuk mengajarimu lebih tegas lagi," [St/n] menyeringai, membuat bulu kuduk Takao seketika bergidik takut, "termasuk dengan menggunakan berbagai cara jika kau membangkang"

Glek! Takao ber-sweatdrop seketika.

"Aku juga mempelajari teknik baru agar kau tidak pernah kabur dari pelajaranku," ucap [St/n] dengan nada yang terkesan menyeramkan sambil mengeluarkan tali merah yang terlihat cukup kuat untuk mengikat seseorang, "apa kau ingin mencobanya, Ta~ka~o~?"

"Sejak kapan kau membawa tali itu, [St/n]?!" batin Takao.

"Eh?! Maji?!" sahut Aomine sambil tersenyum konyol. Dia mulai mengerti dengan situasi di sekitarnya sekarang.

Grap! Aomine dan Murasakibara menggenggam bahu Takao bersamaan.

"sepertinya menarik, aku juga ingin melihatnya~" ucap Murasakibara.

"CHOTTOOOO!!!" teriak Takao.

[St/n] kembali menyunggingkan seringainya, lalu menatap sepupu bodohnya ini kasihan. Melihat Takao bagaikan seekor tikus yang sudah di bebaskan kembali memasuki kandang macan, seperti itulah.

Taar! [St/n] menarik tali merahnya itu berlawanan, hingga menghasilkan bunyi yang cukup nyaring.

"Yaaa... maaf saja yaa~"

"[St/n], kau tersenyum menyeramkan begitu lagi!" teriak lagi Takao.

Takao yang sudah di lepaskan oleh Aomine dan Murasakibara mengambil posisi bersiap untuk kabur, namun pandangan [St/n] yang tajam itu dapat dengan mudah menangkap gerakan Takao yang selalu bergerak tiba-tiba.

Aomine sedang tersenyum sambil terkekeh melihat sifat [St/n] yang sebenarnya, sedangkan Murasakibara memandang dua orang di depannya datar sambil memakan cemilan yang sedari tadi belum habis sama sekali.

"Aku pergi dulu!"

Tap!

Tap!

Tap!

Takao langsung berlari tiba-tiba. Namun dengan cepat [St/n] melempar tali merahnya untuk menghentikan langkah Takao.

"sudah kukatakan ini untuk menangkapmu!"

kriiit!

Brak!

Taar!

Tetiba pintu atap terbuka begitu saja, membuat Takao menabrak seseorang yang baru saja ingin keluar dari pintu di depannya. Sementara tali merah [St/n] seketika berhenti pada genggaman tangan seseorang yang muncul dari balik pintu atap kampusnya.

"Itta!" Takao mulai mendongakkan kepalanya, menatap orang yang baru saja dia tabrak. Nampak dia sedikit terkejut melihat orang yang di tabraknya itu menatapnya penuh intimidasi, "A-ka-shi?!"

Sesaat setelah Akashi menatap Takao dan Takao langsung berdiri. sang Crimson Prince itu menatap [St/n] yang masih mengeluarkan aura hitam di sekitar tubuhnya, tatapan tajam yang gadis itu berikan. Membuat Akashi kembali menatap sang gadis penuh intimidasi.

"Oii kimi... bisakah kau melepaskannya?" tanya [St/n] dingin dan mulai berjalan kecil menghadap sang Kaisar Merah di depannya tanpa rasa gentar sama sekali. Bahkan kata-kata yang dilontarkan tanpa pikir panjang itu membuat Akashi menyeringai pada gadis di depannya.

"Heeeh... berani sekali kau memerintahku. Kau pikir kau siapa?" ucap Akashi tak kalah dinginnya dari [St/n].

Semua orang yang ada di atap seketika berkumpul di belakang [St/n], mencoba untuk menjauh dari dua insan yang memiliki aura yang saling berkontradiksi satu sama lain ini. Bahkan melihat senyuman dari [St/n] dan Akashi sendiri sudah membuat mereka ingin beranjak pergi, namun bagaimana caranya? mereka berdiri tepat di depan pintu atap, tak ada seorang pun yang berani melewatinya. Jikalau bisa, mungkin saja orang itu akan terkena lemparan gunting kramat milik Akashi atau jeratan tali merah milik [St/n].

"Semoga perang dunia tiga ini segera berakhir!" batin mereka bertujuh.

Swishh!

Ting!

Clepp!

Tiba-tiba sebuah gunting di lempar ke arah [St/n], namun dengan sigap sang gadis sadistic menangkisnya dengan art knife yang dia bawa. Alhasil gunting merah itu menancap di samping kakinya.

[St/n] kembali memberikan senyuman dingin andalannya. Dia membungkuk kemudian menarik gunting yang tertancap itu dan kembali menatap Akashi sang emperor di depannya.

"Heeh... jadi ada orang aneh lainnya yang juga suka membawa benda berbahaya di sekolah ini," sahut [St/n].

Swishh!

Akashi menangkap gunting miliknya yang [St/n] lempar kembali padanya dengan sangat baik. Tali merah milik [St/n] yang masih dalam genggaman Akashi itu di tarik tiba-tiba, membuat [St/n] tertarik kedepan dan terjatuh tepat di dada bidang milik kapten dari tim basket di kampusnya.

[St/n] tidak terkejut sama sekali melainkan menatapnya lekat. Namun tak lama kemudian manik [e/c]nya membulat sempurna, dia ingat dengan pria yang saat ini berada di depannya. Yup! dia berpapasan dengan pria ini kemarin.

Tapi yang membuatnya terkejut bukan hal itu, melainkan...

matanya.

[St/n] sangat ingat kalau saat itu manik milik pria bersurai red pinkish di depannya ini memiliki warna merah, namun entah kenapa saat ini dia melihat jika matanya menjadi heterocromia berwarna merah–emas seperti itu.

"Sejak kapan matanya—apa saat itu aku salah lihat?" batin sang gadis bertanya-tanya.

"Oi! Jangan berani menatap mataku!"

[St/n] yang sadar langsung mengalihkan pandangannya sambil sedikit mengendus, kemudian dia menyunggingkan sebelah senyumannya dan kembali menatap sang emperor di depannya. Dia berjalan mundur beberapa langkah kemudian kembali menarik tali kesayangannya itu.

"Memangnya kau pikir kau siapa? kau harusnya tahu dengan baik kalau tidak menatap lawan bicaramu itu tidak sopan!"

Glek! serempak ketujuh orang yang masih memperhatikan kedua insan yang masih mengeluarkan aura gelap ini meneguk saliva-nya kasar.

Akashi mulai kembali berjalan mendekati [St/n], tatapan dingin dengan penuh intimidasi dia berikan. Sesampainya tepat di hadapan [St/n], Akashi menarik dagu gadis sadistic di depannya. Memuat manik heterocromia milik Akashi sekali lagi bertatapan dengan manik [e/c] milik gadis di depannya. Gadis itu bahkan hanya menatap Akashi santai, tidak merasakan perasaan takut sedikitpun.

"Kau mau tahu siapa aku?" Akashi menyeringai. Masih menatap [St/n] penuh dengan aura mengintimidasi, "kalau begitu akan kubuat kau melayaniku, Chiwa."

(Chiwa : Nama anjing yang ceria, imut, dan menggemaskan :v siip! reader di kata acil a.k.a anjing kecil XD /dikeroyok massa/)

[St/n] menepis tangan Akashi kasar. kemudian kembali menatap lekat dengan sedikit memberikan kesan tidak suka padanya. Dia kembali mengenduskan nafasnya dan tersenyum remeh pada Akashi.

"Silahkan lakukan sesukamu," ucap [St/n] lantang. Sang gadis pergi berlalu begitu saja meninggalkan sang emperor yang berdiri mematung tidak percaya, jikalau ada seseorang yang berani berkata seperti itu padanya. Terlebih lagi dia itu seorang gadis yang sepantaran dengannya, "namaku [F/n], pastikan kau memanggil namaku bukan asal menyebutnya... dan juga Takao, jangan harap ini berakhir sampai di sini."

👑

Bel pulang sekolah berbunyi. [St/n] menelusuri koridor luar sekolah. Dia berjalan santai, sambil memandang pemandangan di sekitarnya. Kedua tangannya di masukkan ke dalam saku jaketnya dan mulutnya sibuk mengunyah permen karet yang dia sukai.

Seketika langkahnya terhenti dan mendapati seorang pria bersurai red pinkish yang berdiri entah memandang apa tadinya. Tangan kirinya di masukkan ke dalam saku celananya dan tangannya yang lain di membawa tasnya.

Pria itu berjalan, mendekati [St/n]. Sang gadis pun menatap seorang yang di sebut di sekolahnya sebagai Crimson Prince itu bingung.

"Ada apa lagi?" tanya sang gadis, ketus.

"Aku tak menyangka kalau seorang gadis kecil ini menjadi orang pertama yang berani menantangku seperti itu."

"lalu ke—Hmmp!"

Tetiba Akashi menutup mulut sang gadis dengan ujung jari telunjuk tangan kirinya. Membuat [St/n] sontak menghentikan kata-katanya dan kembali menatap pria di depannya bingung.

"Kau terlalu banyak bicara... Chiwa."

Akashi melepaskan sentuhannya dari gadis di depannya, dia memlempar jarinya yang menyentuh bibir sang gadis seakan-akan seperti merasa jijik atau entah lah apa itu. Akashi berbalik, pergi begitu saja meninggalkan [St/n] yang masih diam mematung sambil kembali memasukkan tangan kirinya kedalam saku celananya.

[St/n] yang berhasil di buat marah hanya tersenyum remeh di belakang pria itu. Yang membuat amarahnya kembali melonjak bukan hanya karena dia kembali di panggil 'Chiwa' tapi juga sifat dinginnya yang menyebalkan itu.

"Humph! Kau pikir bisa mengintimidasiku seperti itu?!" seru [St/n].

Akashi yang mendengar perkataan gadis itu barusan, memutar tubuhnya menatap sang gadis datar.

"Aku tidak mengintimidasimu, kalau tidak percaya. Maka cobalah!"

[St/n] kembali di buat terkekeh, tidak percaya dengan kata-katanya yang barusan. 'tidak mengintimidasi'? yang benar saja! Bahkan tatapannya dia yang seperti itu bisa di anggap mengintimidasi diri siapa saja, bukan?!

[St/n] menyisir poni rambutnya dengan gerakan dari depan kebelakang. Namun beberapa helaian kecil kembali lagi pada posisinya. Gadis itu tak memikirkan apapun lagi selain bertanya-tanya soal keberadaan sepupunya yang sama sekali belum dia jumpai sesaat setelah [St/n] keluar dari kelasnya.

Disisi lain, yang sebenarnya. Takao bersembunyi di belakang batang pohon besar sambil tertwa-tawa kecil menatap ponselnya yang berhasil menangkap foto sepupu kecilnya yang sedang saling berhadapan dengan Akashi. Ditambah lagi, pose Akashi sangat tepat saat sedang menutup mulut [St/n] dengan ujung jarinya.

"Aku harus segera melaporkannya... mungkin kesan pertama yang kubuat menjadi buruk, tapi tidak apalah."

👑

Seseorang berjas hitam rapi menelusuri jalan sambil menatap GPS pada ponselnya. Yup! Jelas pria berpakaian serba hitam itu sedang mencari tempat tinggal dimana calon tunangan tuan mudanya ini. Tentu hal ini berdasar atas perintah dari tuan mudanya sendiri, Seijuro Akashi.

Dia berjalan dengan sangat berhati-hati. Jelas dia memperhatikan sekitar tempat dimana dia berada sekarang. Beberapa langkah kedepan, sampailah dia berada di titik GPS pada ponselnya.

Dia memandang mansion dengan ukuran yang tidak terlalu besar, nampak gerbang besar berwarna gold metallic berdiri di depannya. Dia kembali menatap GPS pada ponselnya, meyakinkan dia sudah berada di tempat yang tepat.

Setelah dia meyakinkan dirinya jika benar, dia menekan tombol pada ponselnya hingga terdengar bunyi sambungan telepon yang terhubung dengan tuan mudanya di sana.

"Tuan muda?... saya menemukannya."

Disisi lain, Akashi yang sudah mendapat alamat tempat tinggal calon tunangannya langsung mematikan ponselnya dan kembali memasukkannya ke dalam saku celananya. Pikirannya tampak sedikit runyam, entah ada apa dengan dirinya.

Manik crimson-nya menatap langit yang sudah hampir berwarna keemasan, entah apa yang dia terawang jauh kesana. Dia menghela nafasnya pelan lalu memejamkan maniknya hingga tertutup lembut di balik kelopak matanya.

"Mungkin aku akan melihatnya... Hari Sabtu nanti," sahut Akashi.

"Apa kau yakin?" tanya bokushi tiba-tiba.

"Tentu saja, lalu bagaimana denganmu? soal [F/n] yang kumaksud?" tanya balik Oreshi, sedikit meledek.

"Dia? Tentu saja mudah. Dia hanya seekor anjing liar yang harus di beri pelajaran dari awal, 'kan?"

"Terserah kau saja, kuharap kau tidak terlalu berlebihan."

"Kenapa? kau tertarik padanya? "

"Entahlah, hanya saja...," ucap Oreshi. Namun senyuman tipis terlukis di bibirnya itu. Dia berjalan membelakangi Bokushi yang terduduk, "bagaimana jika dia membuatmu terjatuh?"

Oreshi kembali mengisi tubuh Seijuro Akashi dan tak lama kemudian terdengar pintu yang bergeser, seorang maid memasuki tempatnya berada.

Maid itu menatap tuan mudanya lalu membungkuk. "Tuan muda, makan malam sudah siap."

Akashi tersenyum. "Aku akan segera kesana."







































Yosh! Chapter 4 selesai~ '-')/ Terimakasih sudah membacanya :3 silahkan tinggalkan jejak kritik, saran, maupun pencerahan yang berharga :3

Sebagai catatan '-' Chapter ini K-san dapet dari kolaborasi bersama teman K-san :3 yup! kuhaku17 >//< Dia itu kawan seperjuangan VVeaboo bersamaku di esemveh :'3 but, sekarang kita sudah pisah :') /jadi curcol/ *abaikan*

Juga sebagai catatan '-' FF ini bersumber dari beberapa kejadian 'freak' temen-temen Kajeh yang punya pengalaman koplak bersama gebetan-nya or doi-nya, jika ada kesamaan dalam cerita. Saya mohon maaf :'3

Nah '-' di chapter selanjutnya si emperor bergunting masih belom tau siapa tunangannya X//D but, si Bokushi sudah mulai tertarik~

Terimakasih _(:3 J    )_

Neko Kurosaki

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro