Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(34)

♠♠♠

Ujian musim panas sudah berakhir dan [St/n] bersama dengan tunangan dan teman-teman pelanginya kembali bersantai di mansionnya yang luas. Ujian baginya memang tidak merepotkan. Namun, yang melelahkan baginya adalah ia masih sibuk menggantikan posisi ayahnya di perusahaan. Turun langsung mengatur manajemen bisnis.

"Takao," panggil [St/n] sembari melemparkan laporan yang ia bawa ke atas meja. Gadis ini berkacak sebelah pinggang. Tampak wajahnya tidak tersenyum, sementara Takao asyik dengan ponselnya-duduk di atas sofa panjang sembari menaikkan kedua kakinya.

Takao menoleh, ia bingung. [St/n] mendengus kesal kala Takao tidak mengerti. "Proposal ini belum selesai dan masih harus banyak perbaikan. Kau buatlah lagi," jelasnya.

"[St/n], itu merepotkan. Memangnya mataku tidak sakit terus menerus berhadapan dengan layar laptop?" keluh Takao.

[St/n] menghela nafasnya. "Kalau begitu, kenapa kau mau membantuku kalau pekerjaanmu saja hanya setengah-setengah begini? Aku memberikan yang termudah untukmu karena aku tahu kau mengerti hal ini," tuntas sepupunya itu.

Takao memposisikan dirinya duduk di atas sofa sambil bersandar. Ia tersenyum manis. Sayangnya itu tidak mempan pada [St/n]. Tidak lagi.

[St/n] memijit batang hidungnya. Sebenarnya ia tidak ingin memberikan pekerjaan ini pada Takao. Ya, walaupun hanya memegang manajemen bagian mainan anak-anak-tentang kartu. Entah itu kartu tarot atau remi. Tentunya kartu itu tidak biasa, memiliki keistimewaan sendiri. Singkatnya, kartu curang.

Contohnya : kartu remi. Sekilas, tak ada yang aneh dengan dek yang di produksi oleh perusahaan mainan [L/n] Group. Tapi, beberapa dek kartu-adalah dek khusus yang di design khusus oleh [St/n]. Ada beberapa kartu yang membuatnya berbeda dari dek biasa.

Salah satunya design pertama yang dibuat langsung oleh [St/n]. Pada keadaan suhu tertentu, sebuah tanda khusus akan muncul dari balik kartunya.

Bukan hanya itu, salah satu kartu andalannya adalah kartu dengan inframerah. [St/n] sering kali menggunakan kartu ini saat bermain dengan menyisipkan kamera inframerah pada kacamatanya. Hasil proyeksi yang didapat dari tangkapan kamera itu langsung dikirim gambarannya pada salah satu lensa kacamata miliknya.

Bagaimana ia mendapat teknologi pada kacamatanya seperti ini, tentunya dengan dukungan dari [L/n] Electronics untuk pengadaan barang pemerintah yang amat rahasia.

Kemudian kartu tarot. Ia mendesign dengan memberikan tanda pada kartu, tentunya tanda itu pun bisa dilepas.

Bukan hanya kartu, bahkan design pada dadu pun ia buat sedemikian agar pemegang dadu bisa mengatur angka pada dadu itu sesukanya. Ya, awal ia berpikir membuat dadu seperti ini adalah ketika ia mulai memainkan game Line Let's Get Rich. Yap! Dengan pendant khusus atau dadu spesial yang didapat, player bisa mengatur dadu sesuai keinginannya. Dice control, singkatnya.

"Kalau begitu... Takao." [St/n] menyeringai, ia memberikan senyuman bak iblis itu. Wajahnya seakan-akan melihat Takao sebagai cacing yang menggeliat, menjijikkan. "Kau tahu kalau ada hal yang sangaaaaaat penting bergantung pada ini," ucapnya tersenyum.

Takao terkejut. Ia menautkan kedua alisnya kemudian bertanya, "hal penting? Apa?"

"Kartu kreditmu," tungkas [St/n], gadis sadistic ini pun langsung bernalik menuju ruang pribadinya.

Takao melongo bodoh, ia berpikir-pikir sejenak. Dirinya sadar dan langsung mengejar sepupunya itu. "Baiklah, baiklah, aku akan membuatnya dari awal... ne... [St/n]," ucapnya.

Tentu [St/n] bisa melakukan itu. Hanya menyita atau bahkan memblokir kartu kredit milik Takao sebagai gaji bulanan dia, itu hal yang mudah.

[St/n]! Kau ini benar-benar iblis kecil!

👑

Di malam berikutnya.

Kisedai bersama Kagami kembali pada kegiatannya seperti biasa. Hanya bersantai-santai di ruang utama sambil memainkan X Box pada layar 60 inch itu. Toh, ujian musim panas mereka sudah usai, hanya tinggal menikmati waktu dua minggu kedepan saja sebelum kembali masuk.

Dan tentunya wisata liburan musim panas yang sudah mereka siapkan dengan matang ini. Pastunya harus berhasil dan terlaksana dengan sukses.

Namun, berbeda dengan [St/n]. Gadis ini sama sekali tidak terlihat di ruangan tempat para pria pelangi ini berkumpul.

"Aku pergi sebentar, ke ruanganku," izin Akashi sopan.

Kisedai serempak mengikuti arah punggung Akashi menghilang. Begitu benar-benar menghilang, mereka saling melirik satu-sama lain kemudian tersenyum kecil. Terlebih Takao, ya, dia tidak tersenyum melainkan menyeringai jahil.

Akashi berjalan terus melewati koridor yang diterangi cahaya lampu, lantai koridor dilapisi karpet merah yang halus dan lembut bahkan bisa mendeteksi gerakan sekecil apapun yang datanya langsung masuk ke ruang pengintaian.

Pria bermanik crimson ini berdiri-tepat didepan tembok besar-kemudian menyentuh salah satu sisi tembok dan menyembulah sebuah keyboard angka. Setelah password ia konfirmasi, ia memasukkan kunci kemudian kembali terbukalah pintu menuju basement kerja [St/n].

Untungnya Nanase adalah wanita yang baik, ia rela meminjamkan kuncinya dan memberikan password pintu pertama. Tapi tidak yang kedua.

Sekali lagi ia melangkahkan kakinya semakin turun ke bawah-menuju basement, tempat ia mencari tunangannya itu-tak lama ia sampai di depan pintu yang sama, masih seperti waktu terakhir kali ia lihat.

"Meow!" Akashi menundukkan kepalanya, kemudian mendapati Si Hitam datang dan menatapnya lamat. Tak lama Si Hitam berdiri tegap di depan pintu, menunggu pintu terbuka. Namun, belum benar-benar lama ia menunggu pintu terbuka, Si Putih muncul-keluar dari basement, lebih tepatnya. Tentunya melalui pintu hewan yang ternyata ada tepat di bawah Akashi harus mengidentifikasi sidik jari atau eye scans.

Akashi mengangkat Si Putih. Berpikir sejenak, kala apakah ia bisa masuk tanpa harus izin dengan [St/n]? Alasan ia tidak meminta agar [St/n] membukakan pintu adalah karena ia yakin gadis itu tidak akan membukakannya kala ia juga tahu apa yang kelak Akashi bicarakan nantinya.

Si Putih menatap Akashi dengan mata besarnya itu. Mungkin ini pikiran yang sangat terdengar gila, namun apa telapak kaki kucing bisa digunakan untuk finger print? Ya, tidak salah ia mencoba menggunakan kaki kecil Si Putih.

Mengingat teknologi yang dikembangkan perusahaan [L/n] Electronics, mungkin saja itu terjadi. Jadi tidak salah ia mencobanya, paling tidak.

Dan-

-BOOYEAH! Pintu terbuka! Akashi yang sedikit terkejut pikiran gilanya ini ternyata berhasil, langsung melepaskan Si Putih. Membiarkan kucing itu berlari kembali ke dalam bersama Si Hitam menuju tuannya.

Sementara tak jauh mata memandang, [St/n] masih terlihat sama. Yang berbeda adalah apa yang ia bicarakan.

"Yeah! I knew it. Oh, don't forget to bring me that top secret document, Agent Seven."

[...Hey! [St/n]. Don't you think this jobs are too dangerous?...]

"That questions again!? I know you're worried. But, it's O.K. I get it!"

[...seriously?...]

[St/n] mengerutkan keningnya. "Yeah, don't think about it. I can handle it. And... how about your twin brother?"

[...He's still same. You know very well, [St/n]. If he's handsome, then I more handsome...]

Pria pada layar itu terkekeh.

[St/n] tertawa keras. "So... both you and your twin brother is fine, right?" tanya kembali.

Pria yang dipanggil Agen Seven itu mengangguk-angguk sembari tertawa. Ia menarik nafas panjang kemudian.

[...Oh, is he your fiance, [St/n]?...]

Alis [St/n] berkedut, bingung. "Wh-what? Who? What are you talkin' about? Is that you mean-"

"Yeah, that's me, [St/n]. I come for you." Mendengar suara itu, [St/n] memutar kursinya cepat. Matanya sempat terbelalak melihat keberadaan Akashi, berpikir bagaimana dia bisa masuk. Namun, ah, sudahlah. Memikirkan hal itu membuatnya pusing. Akashi benar-benar mempunyai cara tersendiri untuk melakukan apapun. Jenius, lebih tepatnya.

"Sei," ucap [St/n] lembut. Gadis ini tersenyum kemudian terkekeh pelan. "Jadi... ada apa?"

"Nope! I just see that you're... busy, right?" ucap Akashi sambil menoleh melihat layar komputer [St/n], gadis itu pun mengikuti.

"Oh, not yet." [St/n] memutar kursinya sembilan puluh derajat kesamping, ia melanjutkan, "oke, this is Agent Seven, my cyber. And... Agent Seven, he's my fiance. Akashi Seijuro."

Oh, Akashi mengerti sekarang. Asal gadis ini mendapatkan rahasia penting perusahaan lain adalah ada kemungkinan dari hacker ini.

[...then, O.K. I think I just disturb you two, right? I will call you again for business, sweety. See you...]

Layar komputer menghintam, kemudian kembali menggambarkan layar desktop semula. [St/n] kembali menghadap Akashi sempurna. Ia sedikit mendongakkan kepalanya kemudian bertanya, "jadi ada apa?" Dengan wajah polos.

"Apa kau benar-benar tidak bisa datang?" Oke! Pertanyaan yang sama pula. Sebenarnya kenapa belakangan ini banyak orang menanyakan hal yang sama, huh? Memangnya tidak ada topik lain?

"Sei, tolong mengertilah, oke? Aku-aku bukannya tidak bisa, aku hanya tidak ingin, itu saja," jelasnya kesekian kalinya. Akashi menghela, sudah pasti seperti ini. Ia bergumam, "Maaf, aku benar-benar ...." Sembari memalingkan pandangannya

Akashi menghela nafas pelan kemudian tersenyum lembut. [St/n] pun kembali menoleh pada Akashi, ia sedikit bingung melihat Akashi tersenyum. Memikirkan ada apa dengan Akashi sebenarnya.

Tak lama Akashi perlahan memajukan tubuhnya kemudian sedikit memiringkan kepalanya. Ia kembali mengecup singkat bibir mungil [St/n]. Untuk kesekian kalinya Akashi menciumnya, dan untuk kesekian kalinya pula [St/n] merasa dibuat terkejut karena perlakuannya.

"Hari itu, aku ingin jalan denganmu berdua saja. Bagaimana? Kau tidak ikut acara itu, aku juga," jelas Akashi tersenyum. Ia meletakkan sebelah tangannya pada sandaran [St/n] di belakang tubuh sang gadis. Ia melanjutkan, "juga sebagai hukumanmu, tentu saja. Aku tidak suka seorang pria selain diriku memanggilmu begitu."

Mendengarnya, manik [e/c] [St/n] berninar-binar. Ia langsung berdiri di atas kursinya dan memeluk Akashi senang. Ia tersenyum lebar. Jelas gadis sadistic ini mengabaikan kalimat terusan yang Akashi lontarkan.

"Arigatou, Sei! Aku senang," ucap [St/n]. Ia melepaskan pelukannya kemudian menatap Akashi. Masih tersenyum lebar dan melanjutkan, "ada tempat yang ingin kutunjukkan padamu."

👑

Pagi hari yang tenang seperti biasa. Sunyi senyap keadaan mansion ini-Kisedai bersama Kagami dan Takao pun sampai mengira tidak ada lagi kehidupan dalam mansion megah ini.

"[St/n]... tidak ikut?" Kagami bertanya datar. Takao yang mendengarnya hanya melirikkan ekor matanya sesaat kemudian kembali melihat simpul tali sepatu yang ia kenakan-ia tengah ikatkan taki itu.

"Oh, dia jarang berolahraga pagi seperti saat ini. Apalagi saat liburan," jawabnya tanpa menoleh.

"Kalau begitu ayo kita ajak dia-ssu!" Kise berujar semangat. "Tidak baik juga seorang lady sepagi ini masih tidur-ssu."

Akashi baru sampai terakhir, keluar melalui pintu utama mansion milik tunangannya. Ditengah percakapan kecil itu, Kisedai kompak menolehkan pandangannya pada Akashi.

Akashi menatap mereka datar. Seolah mengerti maksud tatapan itu, ia berujar, "aku akan membujuknya."

Kisedai kompak tersenyum penuh kemenangan-terkekeh-kekeh kecil, namun Akashi diam saja. Pria itu pun berbalik kembali, menuju ruang pribadi milik [St/n]-membujuk gadis itu untuk ikut olahraga pagi dengannya.

"Oi! Apa tidak apa meninggalkan dia sendiri?" Kagami mulai berpikiran aneh.

"Ayolah Kagamicchi, lagipula Akashicchi itu tunangannya tenang saja-ssu!" jawab Kise santai, ia tersenyum kemudian.

"Bukan itu maksudku. Bagaimana, ya?"

"Anu, Kagami-kun jangan-jangan kau berpikir nantinya Akashi-kun akan melakukan sesuatu di pagi ini dengan [St/n]?" ujar Kuroko datar, dengan wajah datarnya pula.

Hening.

Eh!?

👑

Akashi pun sampai tepat di pintu besar tepat ruang pribadi gadisnya itu. Ia mengetuk pintunya tiga kali, namun tangannya berhenti di udara begitu menyadari pintunya tidak dikunci.

Ia mendorong pintu itu perlahan. Tampak ruangan yang gelap, sangat malah. Memangnya dia tidak pernah mengunci ruangannya, ya? Akashi membatin.

Ia mulai melangkahkan kakinya mendekati kasur single bed-tempat [St/n] tidur dengan tenang di atasnya dengan nyaman. Sebelumnya, ia menyalahkan lampu ruangan itu yang tombolnya tepat ada di samping pintu. Kemudian lanjut melangkah.

Tepat tak jauh dihadapannya-diatas kasur dengan seprei berpola simetris—gadis cantik tertidur dengan tenang. Deru nafasnya terlihat teratur dengan rongga dadanya yang naik-turun perlahan. Manik [e/c] tertutup dengan kelembutan kelopaknya.

Beberapa helai rambutnya berjatuhan di depan wajahnya yang manis. Namun, Akashi merapihkan helaian yang mengganggunya tuk memandangi wajahnya itu.

Perlahan [St/n] membuka maniknya. Pandangannya di pagi ini yang pertama kali ia lihat adalah manik crimson milik tunangannya. Wajahnya tersenyum padanya. [St/n] tidak terkejut, sudah biasa. Toh, Takao malah lebih parah saat mengganggu atau membangunkannya yang tengah tidur.

Entah pria yang menjadi sepupunya itu akan berteriak-teriak, menggoncangkan tubuhnya, atau bahkan yang terburuk adalah menyipratkan air tepat di wajahnya.

"The sun is up, the sky is blue, it's beautiful and so are you. Good morning, beautiful," sapaan pagi dari Akashi.

[St/n] mengukir seulas senyuman kemudian terkekeh kecil, ia menarik selimut berwarna [f/c] yang polanya sama dengan seprei kasur miliknya-menutupi senyumannya dan maniknya kembali tertutup.

"Ada apa? Bukankah kau bilang hari ini jogging?" tanyanya.

"Iya, dan aku ingin mengajakmu."

[St/n] mendengus sebal. Harus berapa kali lagi ia mengatakan kala dirinya malas untuk ikut? Ia memutar tubuhnya—membelakangi Akashi dan menutup sekuruh ujung kepala sampai kakinya dengan selimut.

"Iyada!" balasnya singkat.

Akashi mencoba menarik selimut gadisnya. Namun, apa daya. Gadis ini tetap keras kepala. Ia menahan sekimut itu, sebagian kecil selimutnya ia tahan dengan tubuh mungilnya dan kedua tangannya.

Akashi tersenyum, ia mengambil bantal yang tak jauh tepat berada di atas susunan bantal panjang [St/n]. Dengan konyolnya, Akashi melempar bantal itu dan tepat mengenai kepala [St/n] yang tertutupi selimut.

"Apa-ap-"

Chu~!

[St/n] yang geram kala dirinya dilempar dengan bantal dan mengenai kepalanya-ia keluar langsung dari tempatnya berlindung dan berniat berteriak.

Namun, dirinya terperanjat begitu Akashi tiba-tiba saja mengecup dahinya—membuat rona pipi di wajahnya terlukis sempurna.

Begitu Akashi melepaskan kecupan singkatnya itu, dengan sigap [St/n] menutupnya dengan punggung tangan kanannya. Ia terkejut, sungguh. Bahkan sampai tidak bisa berkata-kata.

"Akhirnya bangun juga," ucap Akashi sembari senyum penuh kemenangan. "Aku akan menunggumu di depan pintu?"

[St/n] memberikan wajah sebal khas miliknya, kemudian kembali bersembunyi dan membalas, "iyada! Zettai ia!"

Akashi menghelakan nafasnya dan menaiki kasur [St/n], menarik paksa tangannya dan membuatnya bisa melihat langsung wajah tunangannya yang mesam itu-yang sempat kembali ia tutupi.

Sebelah tangan Akashi menahan tangannya disamping kepalanya, tangannya yang lain pun ia letakkan pula disalah satu sisinya.

Akashi menyeringai, berhasil membuat [St/n] bergidik, ngerih. Apa!? Kenapa ia tersenyum seperti it!? Dan posisi ini-! [St/n] membatin.

Akashi mendekatkan wajahnya perlahan, sebelum ia lebih mendekatkannya lagi, [St/n] spontan berucap, "baiklah aku akan ikut! Tunggu diluar!" Dengan cepat.

Akashi terperanjat dan langsung terduduk kembali di atas kasur tunangannya itu. [St/n] pun beranjak bangun dari tempatnya tertidur menuju kamar mandinya.

Akashi tertawa kemudian menolehkan pandangannya tepat di depan pintu yang tak jauh di sana, Kisedai bersama Kagami dan Takao tengah berdiri—Takao tertawa karena melihat sepupunya yang kelabakan kabur bak anak kecil, sementara yabg lainnya bernafas lega kala Akashi tidak melakukan 'hal' seperti ekspetasi mereka.

Padahal aku tidak bermaksud melakukan itu. Ya, walaupun bibirnya itu memang berhasil menggodaku.

👑

Akashi termangu menunggu sambil bersandar tepat di depan pintu ruangan pribadi tunangannya. Tangannya ia lipat di depan dada-tumpuan kakinya ia ubah beberapa kali dan pandangannya hanya melihat lantai berkarpet itu saja.

Pintu terbuka. Begitu Akashi mendongakkan keplanya ia tersenyum simpul. Sementara gadis itu-menurut pandangannya-

-terlihat menawan walaupun berpakaian sangat sederhana hanya untuk berlari pagi.












Wadadaw! Ciao! Bagaimana? Yeay chapter 34 owari :3 next chapter 35 😁 udah sampe sini, ya? Gimana menurut kalyan?

Next chapter review! Reader-tachi bakal jogging bareng :3 abis itu ada meeting bareng ma Akasei~ dan woe! Banyak sekaleh godaan kawan~ gimana ya jelasinnya? Tar deh liat, oh, satu lagi! Akasei bakal ngeliat kerjaan gelap Reader-tachi 😣 Akashi bakal ikut bantu kok :3 kenapa? Soalnya gini, gan '-' baca aja nanti, ya 😂😂🔫 wkwkwk

Eits! Book ini gk terbengkalai, 'kan? Epek liburan bawaannya males mele kuy 😂

Tinggalkan vote, komen dan sarannya di kolom komentar yew :3 buat semangatin Mikajeh 😂😂🔫 wkwkwk

Terima Kasih



Neko Kurosaki

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro