(27)
♠♠♠
Siang yang panas seperti biasa, hari yang seperti biasa. Dan, suasana yang seperti biasa pula. [St/n], gadis sadistic itu masih seperti biasa pula, sibuk. Entah mengurusi perusahaannya, tugas-tugas kampusnya, maupun tugasnya menjadi manajer klub basket. Namun kali ini, berbeda.
Gadis sadistic ini, [St/n], tengah melangkahkan jenjang kaki kecilnya menuju Gym diikuti Takao. Surai [h/c] panjangnya ia kuncir pony tail. Tangannya sibuk membawa papan dengan selebaran data latihan dan peningkatan anggota tim inti.
"[St/n], apa yang akan kau lakukan? Menerima tantangan latih tanding itu?" tanya Takao yang berjalan di belakang sang gadis.
Langkah [St/n] terhenti, menoleh pada Takao yang tepat berada di belakangnya. Lengkap mengenakan pakaian latihan klub basket dengan membawa bola berwarna orange itu.
[St/n] kembali menolehkan pandangannya ke depan kemudian menjawab, "entahlah." Dengan santai. Ia kembali berjalan.
Tak lama, gadis ini bersama sepupunya sampai di depan pintu Gym. Perlahan tangannya terangkat, meletakkan telapak tangannya tepat pada knop pintu, kemudian menariknya perlahan. Dengan wajah datarnya, ia membuka pintu—
Bug!
—namun entah kenapa dirinya malah disambut hantaman bola yang melaju ke arahnya, tapi tidak tepat mengenainya melainkan mengenai Takao. Yup! Prediksinya tepat, gadis ini menghindari hantaman bola dengan timing yang pas.
"Itte! Siapa yang melempar bola ini!?"
"Oh, gomen Takao-kun, aku kelepasan," balas Kuroko datar.
"Nice pas, Kuroko." timpal Midorima sembari membenarkan kacamata berbingkai hitam miliknya.
[St/n] kembali melangkahkan kakinya semakin kedalam Gymnasium, menghampiri beberapa anggota tim inti yang tengah meminum minuman isotonik yang beberapa menit lalu gadis ini bawa kemudian ia pergi lagi memberikan laporan latihan mingguan klub basket pada pembinanya.
Sebelum [St/n] duduk dekat bench yang posisinya tak jauh pula dari kumpulan anggota tim inti, Aomine menyapa, "[St/n], kudengar tim dari Universitas Kyoto mengadakan latih tanding, apa kau menerimanya?" sembari mengusap pipinya yang basah karena keringat.
[St/n] menaikkan kedua bahunya. "Entahlah, itu keputusan kalian. Jika kalian ingin melawan mereka, aku akan mendukungnya," jelasnya kemudian.
"Kalau begitu kita menerimanya saja-ssu! Pasti akan menyenangkan, aku tidak sabar lagu-ssu!" seru Kise bersemangat. "Dan akan kupastikan mengalahkan point Aominecchi nanti."
"Hah, memangnya kau bisa? Bahkan one-on-one denganku saja kau masih kalah," balas Aomine santai.
Kise menggerutu kecil. "Pokoknya aku akan berusaha mengalahkan Aominecchi-ssu," balasnya kembali.
"Hmn, Minechin dan Kisechin bersemangatlah," sahut Murasakibara santai.
"Kau juga, Murasakibara. Pastikan nanti kau bermain dengan benar," balas Midorima masih sembari membenarkan posisi kacamatanya itu.
"Tidak seriusnya aku bermain juga pasti aku tidak akan mengalah dengan mudah. Kau tahu itu dengan baik juga 'kan, Midochin."
"Tentu saja aku tahu itu-nanodayo. Walaupun begitu paling tidak aku juga berusaha dan percaya dengan keberuntunganku ini-nanodayo."
"Benar juga, aku yakin pasti kita akan menang dengan kerjasama tim ini." kali ini Kuroko menimpali.
Murasakibara ber-'he' ria panjang. "Kau masih saja seperti itu, Kurochin," ucapnya kemudian.
"Dia memang selalu begitu, 'kan?" balas Aomine. "Oh, Tetsu. Pastikan kau mengoper bola padaku nanti, ya."
"Ha'i, serahkan padaku."
Tanpa [St/n] sadari. Percakapan kecil anggota Kisedai membuatnya tersenyum, bahkan terkekeh pelan. Akashi yang melihat tunangan di sampingnya pun ikut memberikan kurva tipis dengan pandangannya yang jelas terlihat tulus dan turut senang pula.
"Kurokocchi! Jangan lupa kau mengoper padaku-ssu yo."
"A-ah, ha'i. Akan kulakukan."
"Ra-rasanya kau seperti menolak itu-ssu."
[St/n] dan Akashi mendadak tertawa, entah kenapa wajah Kise itu seperti anjing yang terlihat sedih. Bahkan sangat menyedihkan, sejujurnya.
"Kau sudah tahu jawaban mereka, 'kan?" Akashi menolehkan pandangannya pada [St/n], sembari tersenyum. [St/n] mengangguk singkat kemudian Akashi kembali melihat rekan setimnya. "Tim ini pasti menang, itu saja."
"Sepertinya aku hanya akan menonton di bangku penonton setelah melihat semangat mereka, [St/n]," sela Takao dalam percakapan kecil anggota Kiseki no Sedai.
[St/n] terkekeh. "Benar juga," ucapnya kemudian melanjutkan, "tapi kau tetap akan bermain lho, Kagami-kun."
"Jika kau yang berkata seperti itu."
[St/n] kembali mengembangkan senyumannya.
👑
7 hari sudah berlalu, waktu latih tanding pun dimulai. Tentunya di dalam Gymnasium Universitas Tokyo, Jepang. Entah sebenarnya apa yang dibawa dari Kyoto menuju Tokyo—membuat ramai suasana Gym. Tentu dengan didominasi oleh wanita.
[St/n] menghela nafas untuk kesekian kalinya. Ia saat ini tengah duduk di atas bench sembari menundukkan wajahnya lesu, malas. Sejujurnya.
Bagaimana tidak? Sekira dirinya tim inti dari Universitas Kyoto hanya akan membawa pemain inti dengan pelatih dan manajernya saja, tapi faktanya tidak. Hampir mungkin 20 orang gadis ikut menonton pertandingan latih tanding ini. Suasana ramai, tentunya membuat gadis sadistic ini menjadi pengap sekalipun ruangan Gym sebenarnya luas.
Gymnasium langsung dipenuhi suara bising suporter gadis bahkan ada yang berteriak—mungkin karena Kise, bahkan pria bersurai blonde ini sempat-sempatnya melambaikan tangan pada mereka.
"Kyaaa! Kise-kuuun!"
Kise tertawa renyah. "A-haha, arigatou," ucapnya kemudian.
[St/n] menatap Kise malas. Kembali mengenduskan nafas untuk kesekian kalinya. "Mungkin tidak terlalu menjadi masalah untukku jika mereka membawa gadis-gadis itu, tetapi kenapa mahasiswa kampus kita juga ikut!?" teriak [St/n] kemudian. Dirinya sadar kala penonton juga beberapa dari kampusnya hadir.
"Kau tidak apa, [St/n]? Wajahmu pucat," sahut Akashi, khawatir.
"Tidak, aku hanya tidak biasa dengan suasana seramai ini. Menyesakkan."
"Kau tidak perlu terlalu memaksakan dirimu, [St/n]-san. Kau sudah melakukan yang terbaik," sahut Kuroko polos.
"Sisanya serahkan pada kami-ssu!" timpal Kise.
"Kami pasti akan menang-nanodayo."
[St/n] tersenyum getir. Benar juga, selama ini dia sudah berusaha (paling tidak) yang terbaik untuk timnya. Kepala sang gadis didongakkan, mendapati Murasakibara yang menyodorkan snack untuk dirinya. [St/n] menerimanya dengan senang hati.
"[St/n]chin, ganbate," ucapnya kemudian.
"Ah, aku tidak menyangka."
Sebuah suara menyapa. Suara yang bahkan tidak pernah [St/n] dengar sama sekali. Namun gadis ini hanya menoleh saja pada pemilik suara itu, entah ia berbicara pada siapa.
"Rumor kalau manajer klub basket Universitas Tokyo itu gadis cantik, memang benar," ucap pria bertubuh tinggi–atletis itu sembari tersenyum menawan.
Namun tidak berpengaruh pada [St/n].
"Arigatou. Aku anggap itu pujian," balas [St/n] datar.
"Oh, aku tertarik padamu. Kau mau menjadi wakil manajer klub kami?"
[St/n] bersidekap. Jujur saja, dirinya sedikit terkejut begitu pria ini meminta itu secara langsung. Dengan mudah gadis ini simpulkan, ia tidak tahu apapun siapakah dirinya.
[St/n] yang sempat ingin pergi dari posisinya, berbalik kemudian saling berhadapan dengan pria tinggi ini. Sementara anggota Kisedai dan Kagami terlebih Akashi sudah memincingkan pandangannya tidak suka.
"Akan kuurus semua keperluanmu di sana, termasuk kepindahanmu. Kautahu? Ayahku pengusaha dengan pendapatan setahun hampir 50 milyar yen. Hal itu mudah saja."
Kali ini pansangan pria tinggi ini seakan-akan meremehkan. Namun [St/n] tidak risih. Dia hanya membatin, bahkan pendapatan ayahnya tidak sampai 0.1% [L/n] Group, sambil ber-'he' ria panjang.
[St/n] tidak menggubris. Namun ia tetap menyahuti. "Oh, kau pasti putra dari Perusahaan Akasaki Motors, Akasaki Hiroshi-san, ne?"
"Ah, ternyata kau tahu. Jadi bagaimana?" tanyanya kembali.
Sebelum gadis ini sempat menjawab, ia melirikkan ekor matanya—mendapati anggota Kisedai termasuk Kagami semakin memincingkan pandangannya, geram. [St/n] tersenyum.
"Tidak masalah." netra anggota Kiseki no Sedai plus Kagami terbelalak, tidak menyangka dengan jawaban sang gadis. Dia menerimanya? Tawaran itu? Ah, gadis ini benar-benar sudah gila!
"O-oi! Apa yang kau pikirkan!?" teriak Takao ikut terkejut. [St/n] pun menoleh kebelakang, tepat pada sepupunya itu dengan wajah polos.
"Tidak ada, aku hanya berpikir ini kesempatan bagus. Kau tahu Takao? Sekolah kedokteran disana itu terbilang terbaik di Jepang, jadi aku tidak akan menyianyiakan ini," balas [St/n] bersemangat.
"A-apa-apaan!? Sadarlah apa yang kau lakukan!" [St/n] terkekeh pelan dengan perkataan Takao kemudian tersenyum dan membalikkan tubuh mungilnya lagi.
"Apa yang kau inginkan darinya?"
Sebelum [St/n] sempat kembali berbicara. Akashi sudah lebih dulu mengambil start. Jelas pria ini tidak suka, tampak marah.
"Sudah kukatakan bukan? Jelas dia itu cantik, menjadi manajer disini, siapa yang tidak tertarik?" ucap pria tinggi ini sembari tersenyum entah apa.
Akashi sudah bersiap dengan tinjunya, mengepalkan tangannya erat. Namun sebelum ia benar-benar melayangkan kepalan tangannya itu, sebuah tangan hangat menggenggamnya, memberikan rasa tenang pada dirinya.
Akashi menoleh, mendapati tunangannya sudah siap dengan rambut yang dikuncir dengan kacamata berbingkai lebar miliknya. [St/n] dengan masih menggenggam tangan Akashi, [St/n] menggelengkan kepalanya—mengisyaratkan agar Akashi tidak melakukannya.
"Aku akan menerimanya…." Kisedai dan Kagami menundukkan kepalanya, tidak terima dengan keputusan manajer mereka. "Akan tetapi…."
[St/n] menggantungkan kalimatnya kemudian menyeringai.
"Jika kau bisa mengalahkan tim terbaikku ini."
Kisedai dan Kagami kembali menaikkan kepalanya, bersamaan netra mereka terfokus pada [St/n]—melihat gadis sadistic ini tersenyum.
Pria tinggi ini tertawa geli. "Kau serius? Jika timmu kalah, kau pindah dan mereka juga menerima rasa malu akan kekalahan mereka."
"Ah, tidak perlu kaupikirkan itu. Aku sudah tahu risikonya."
Pria tinggi itu setengah berbalik, masih tersenyum. "Kalau begitu, ganbate." Ia kembali pada tempatmya kemudian.
"Aku tidak menyangka kau akan mengatakan itu, [St/n]." Akashi kembali membuka suara.
[St/n] tersenyum kemudian. "Paling tidak kau mengerti kalau aku percaya dengan tim ini. Kalian pasti menang. Itu saja, 'kan?"
Kisedai menatap [St/n]. Begitu juga sebaliknya. "Tidak seperti ini juga, [St/n]cchi!" seru Kise. "Tapi, ie… aku akan berusaha yang terbaik-ssu. Pasti."
"Semuanya keluarkan seluruh kemampuan terbaik kalian. Menangkan pertandingan, itu saja."
"OSU!!!" serempak Kisedai berteriak bersamaan, kemudian segera berlari ke tengah lapangan kecuali Akashi. Ia masih berdiri tepat di samping sang gadis.
"[St/n]." Panggil Akashi.
Sebelum Akashi sempat 'menyerang' dirinya—[St/n] sudah siap dengan meletakkan jari telunjuknya tepat di depan bibir tipis Akashi, menghentikan gerakan sang empu. Dia tersenyum kemudian, sementara Akashi terkejut.
"Hadiahmu. Saat kau menang nanti," ucap [St/n] sembari meletakkan telunjuknya dan menutup sebelah manik [e/c]nya. Tentunya tidak lupa dengan senyuman ceria khas darinya.
Akashi menghela nafasnya. Namun tak lama setelah helaan nafas itu, [St/n] lebih dulu menyambar lembut pipinya dengan kecupan singkat kemudian mengucapkan, "untuk penyemangatnya, itu saja dulu." Dengan polos.
Akashi menyentuh lembut pucuk kepala tunangannya itu, kemudian berlari kecil menuju tengah Gym.
"Apa yang kau rencanakan, [St/n]?" Takao kembali membuka suaranya, bertanya.
"Tentu saja…."
Mengukur kemampuan maksimal mereka.
👑
Ditengah lapangan Gymnasium yang luas, kesepuluh pemain yang sudah siap saling bersalam-salaman. Wasit melangkah maju kemudian menjelaskan peraturan permainan secara singkat. Tak lama, wasit meniup peluit panjang—tanda permainan dimulai—sambil melempar bola ke atas.
Bola yang melambung tinggi itu berhasil diambil alih Murasakibara dengan mengambil keuntungan dari tubuh tingginya yang melebihi kelima pemain lawan.
Bola berhasil dioper pada rekan setimnya, dipegang saat ini oleh Akashi kemudian dengan gesit, ia langsung mengoper bola ke arah Aomine. Aomine menyambutnya dengan baik, dengan kecepatan luar biasanya—dan dalam area triple point, Aomine melakukan alley oop.
Quarter pertama dikuasi tim Kisedai.
Selama quarter pertama, Akashi tidak melakukan gerakan yang penting. Dia terlihat dijaga oleh pria yang tingginya bahkan melewati dirinya.
Pria itu ber-'he' panjang kemudian mengucapkan, "nomor 4, 'kah? Ternyata kaptennya sependek ini." dengan tatapan remeh.
Akashi bergeming diam, ia tetap tenang sembari mendrible bola dengan sebelah tangannya kemudian dengan cepat ia melakukan fake dan kembali mengoper bola.
Kise menangkap bola dengan baik. "Nice pass, Akashicchi." Kise berbalik dan langsung berlari. "Sekarang giliranku."
Dengan menggunakan gerakan yang sama seperti Aomine, Kise mencetak tiga point. Permainan terus dilanjutkan selama 10 menit. Dan tentu saja, quarter pertama dikuasai tim Kisedai dengan skor 39–25.
👑
Selama waktu istirahat, Kisedai dan Kagami duduk di bench sembari memberikan laporan mereka selama pertandingan, sementara telinga [St/n] menyimak, netranya memandang jauh di sana tim lawan.
"[St/n] ada apa?" tanya Akashi.
"Ie, aku hanya merakasan perasaan buruk saja."
Pluit kembali terdengar, quarter kedua dimulai. Sebelum tim Kisedai kembali ketengah Gym dengan sorak-sorai penonton dari bangkunya, [St/n] angkat bicara.
"Murasakibara-kun, jangan terlalu sering bergerak mengejar bola, buat penjagaan menjadi double tim."
Serempak Kisedai berteriak bingung. Kenapa sampai harus double tim? Bukankah ini sedikit aneh?
"Tapi, [St/n]cchi siapa—"
"Dan Akashi, berhati-hatilah," sela [St/n]
"[St/n]-san, sebenarnya ada apa?"
[St/n] mengenduskan nafasnya, berusaha tenang. Namun dari sorot matanya yang semakin menajam dan alis yang bertautan seperti itu, jelas akan ada sesuatu tak terduga terjadi.
Ia takut isi pikirannya saat ini benar-benar terjadi.
"Aku akan menjelaskannya dengan singkat, kalian dengarkan baik-baik."
👑
Permainan kembali dilanjutkan. Bola kembali di lemparkan dan melambung tinggi. Kali ini bola telak kuasai tim lawan dari Universitas Kyoto. Dengan gerakan yabg cukup lincah, salah seorang pemain (mungkin ace dari tim mereka) menerobos pertahanan anggota Kisedai. Namun entah muncul dari mana, Aomine sudah siap dengan dirinya di depan ring. Merebut bola dan bergerak sendiri, lalu berhasil kembali mencetak point dengan dunk free style miliknya. Sesuai dengan prediksi [St/n].
Quarter kedua kembali dikuasai Kisedai.
Tim lawan mundur, kembali mengambil posisi masing-masing begitu juga dengan Kisedai. Terkejut dengan penguasan pada quarter kedua, tim lawan yang terkenal dengan pertahanannya, mulai menerapkan defense ketat. Akhirnya yang dikhawatirkan [St/n] muncul juga.
Penonton bersorak khawatir. Baru saja permainan beberapa menit dimulai, Akashi sudah terserembap, jatuh. Peluit wasit segera dibunyikan, Akashi dibantu Midorima berdiri. Permainan kembali dimulai.
"Dengarkan aku!" [St/n] kembali mengulang kelimatnya. "Ini akan menjadi permainan yang mematikan, jujur saja aku tidak tahu akan melakukan apa."
Kisedai menatap penuh ke arah [St/n]. Menyimak apa yang hendak gadis sadistic ini sampaikan, tidak membiarkan satu kata pun terlewat begitu saja.
"Aku sudah mengumpulkan banyak informasi seputar pertandingan latih tanding mereka sebelumnya, salah seorang pemain selalu mendapatkan luka lebam entah itu pada tangan atau kakinya."
"Tapi bagaimana itu bisa terjadi-ssu ka? Apa mereka bisa melihat titik buta wasit-ssu ka?" tanya Kise khawatir.
"Itu point pertamanya. Point keduanya adalah…." kalimatnya terhenti sesaat. "Mereka membuat seakan-akan itu bukan sengaja."
Kisedai dan Kagami terlonjak kaget. Memang itu mungkin saja dilakukan, namun apabila terus menerus dilakukan, wasit yang tersadar langsung akan memberikan mereka foul. Namun masalahnya adalah, apa salah seorang Kisedai harus bertahan sampai saat itu? Sampai wasit menganggap itu foul? Tidak, dan [St/n] juga tidak ingin membuat pemainnya mengalami hal itu.
"Target mereka?" Akashi membuka suara, bertanya serius.
"Ada kemungkinan…."
Dia yang dijadikan koordinat utamanya.
Untuk kesekian kalinya Akashi terjatuh. Strategi defense lawan berhasil membuat kualahan Kisedai karena kontak fisik. Bahkan Murasakibara pun tidak bisa mengerahkan seluruh kemampuannya, karena jika Murasakibara melawan, justru dialah yang pasti akan langsung kena foul dan melukai lawan. Terlebih lagi Akashi, pria bermanik crimson inilah yang jadikan targetnya.
[St/n] sejujurnya khawatir dengan keadaan ini, namun dirinya tidak tahu juga apa yang harus ia lakukan. Sudah 5 menit quarter dua berjalan, sementara Akashi sudah dipastikan hampir tidak bisa bergerak lagi. Bukan hanya karena dirinya lah yang ditargetkan, namun juga sampai penjagaan double tim.
"Jadi bagaimana ini [St/n]cchi?" Kise kali ini bertanya lebih serius.
"Kalian ingat latihan waktu itu… saat melawan Mukan no Gosho?"
Kisedai memberikan tatapan bingung kemudian menatap lamat-lamat [St/n], menuntut penjelasan singkat, padat, dan mudah dipahami.
"Alasanku memberikan latihan itu bukan hanya untuk kerjasama tim, tapi kalau hal seperti ini terjadi, gerakan kalian tidak akan terbaca akan mengoper pada siapa. Koordinat pun akan diabaikan, tidak monoton selalu mengoper padanya."
"Itu artinya?" Kagami kembali bertanya, meminta penjelasan lagi.
[St/n] menghelakan nafas sembari menautkan kedua alisnya. Perempatan didahinya pun muncul. "Kau ini benar-benar Bakagami, ne! Seperti halnya kau yang sering melihat Kuroko, jadi terbiasa dengan keberadaannya. Sudah cukup itu saja!"
"OSU!!!"
Sama halnya seperti Tetsu, 'kah? Aomine membatin sembari berlari di tengah Gym.
Pikiran simple [St/n]cchi benar, aku juga semakin terbiasa dengan keberadaan Kurokocchi, sambung Kise.
"Tapi, [St/n]-san. Apa Akashi-kun bisa bertahan?" Kuroko bertanya polos. Seharusnya tanpa perlu bertanya Kuroko sudah tahu jawabannya. Jelas Akashi tidak bisa bertahan lebih dari ini, namun bagaimana menghentikannya? Akashi sangat keras kepala.
Bola keluar. Peluit panjang kembali terdengar. Quarter kedua selesai. Skor berakhir dengan keunggulan Kisedai 72-50.
Kisedai segera kembali duduk pada bench yang disiapkan khusus untuk mereka, disana [St/n] juga sudah menyiapkan handuk dan air minum masing-masing untuk mereka.
"Seijuro-kun, selanjutnya kau kugantikan."
Chapter 27 owari! Yeay! '-' jadi gini, gan .-. Saiah tuh bingung gimana bikin ini :'3 but tetep berusaha, jadi tolong setolong-tolongnya orang minta tolong :'v berikan krisarnya :'3 lagi butuh beud XD tapi gak maksa sih :v
Oh, ya '-' jadi gini, gan :3 mungkin saia bakal double update soalnya anggep aja salam perpisahan dari saia (LHO!?) gak kok '-' gak hiatus 😝 lagi pengen aja double update 😋 hadiah karena ini cerita panjang [aja] (panjang banget mah apaan gitu, 'kan .-. Oke! Abaikan!)
Next Chapter Review '3' Wah Akashi diganti wkwkwk :v kenapa, ya? Oh chapter selanjutnya masuk quarter 3 sama 4 😝 houl! Rea berantem ma Akashi (lagi) masa :'3 Kisedai tetep menang kok :v selo :3
Tolong berikan vomentnya kawaaaaand~ berharga lho :v berharga.
Terima Kasih _(:3 J )_
Neko Kurosaki
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro