
(26)
♠♠♠
Suara mendesing dari pendingin ruangan tetiba mati, perlahan tirai besar berwarna [f/c] itu bergeser. Seorang gadis manis dengan rambut yang entah seperti apa itu terduduk di atas kasur single bed miliknya—dengan ditutupi selimut yang cukup tebal bergambar pola-pola simetris.
Gadis ini, [St/n], melirikkan ekor matanya—netranya mendapati waktu pada jam analog di samping tempat tidurnya, pukul 06.00—memang bukan jam bangunnya, namun kesudahbiasaan dirinya membuatnya terbangun begitu saja.
[St/n] menguapkan mulutnya lebar-lebar, sembari menginjakkan kakinya pada lantai ruangannya. Bergegas untuk menuju kampus.
👑
Dalam ruang makan yang hanya diisi oleh suara berita melalui televisi berukuran 60 inch—menampakkan perawakan seorang wanita pada layar berumur sekitar 25 tahunan berkuncir setengah dengan surai panjang berwarna coklatnya, pembawa acara berita pagi ini.
[...Selamat pagi, sekarang kami berada di depan rumah tunangan putra tunggal keluarga Akashi. Mari kita lihat...]
Gambar pada layar televisi berganti, menjadi penampakan luar sebuah mansion luas dengan gerbang gold metalicnya. Penjaga gerbang berusaha keras mendesak para reporter TV agar tidak ribut, namun hal itu terabaikan.
Sementara di ruang makan dengan 6 kursi itu, hanya terisi saat ini 3 orang di sana. Santai dengan sarapannya masing-masing. [Ft/n], ayah sang gadis—[St/n], memakan sarapannya dengan tenang, sementara ibundanya, [Mt/n], melihat layar TV cemas. Dirinya berpikir bagaimana ia akan menjelaskan masalah ini pada putri kecilnya. Lalu Takao? Dia juga tidak bisa melakukan apapun.
"Bagaimana ini, anata?" tanya ibunya dengan nada bergetar, ragu. "Apa sebaiknya kita mengizinkan mereka masuk untuk menginterview putri kita?"
"Kau seperti tidak tahu anak itu, jelas pasti [St/n] akan menolak. Ditambahlagi dengan kerumumanan seperti itu," balas sang ayah.
"Lalu mengusir mereka? Itu lebih tidak mungkin, bukan?"
Ayah sang gadis memijit batang hidungnya, bingung. "Aku tidak mengerti dengan pola pikir Masaomi, walaupun sudah menjadi sahabatnya hampir lebih dari 7 tahun."
Takao menambahkan. "Kudengar ini juga permintaan putranya itu."
"Sebenarnya apa yang terjadi di sekolah, Takao-kun? Apa hubungan mereka benar-benar... baik-baik saja?" tanya kembali ibunda [St/n], masih cemas.
Takao bersidekap. Ah, bagaimana menjelaskannya, ya? Baik-baik saja, kah? Mungkin, belakangan ini. Tapi beberapa waktu lalu? Takao yang kebingungan hanya mengangguk ragu.
"Ohayou, otousan, okasan, Takao," sapa sang gadis, lesuh. Malas, sebenarnya.
Tiga orang yang disapa sang gadis menarik nafas dalam, kemudian melirik-lirik apapun di sekitarnya. Bingung. Yang dibicarakan akhirnya datang juga.
[...berdasarkan pengumuman resmi dari Akashi Corp yang menyatakan bahwa putranya akan segera menikah dalam waktu dekat, itu benar...]
"Guhuk! Guhuk!" [St/n] yang baru saja akan meneguk minumannya seketika tersedak, terkejut akan baru saja apa yang gadis ini dengar.
Dia menyeka air minum yang sempat bebasahi bibirnya dengan tissue kemudian menatap layar televisi berukuran 60 inch di sampingnya itu. Tak lama, ia menatap ketiga orang dihadapannya : sang ayah, ibunda , dan sepupunya yang saling mengalihkan pandangannya, tidak ingin menjelaskan apaun. Kemudian sang gadis kembali menatap layar TV.
[...telah resmi dikonfirmasikan tunangannya adalah seorang putri tunggal Perusahaan [L/n] Group. Dahulu, [L/n] Group merupakan group yang paling bergengsi di Jepang, khususnya Kota Tokyo. Dimulai oleh [Ft/n] yang menetap di negara ini...]
Layar TV berganti, menampilkan kenampakan perusahaan pusat dan cabang dari perusahaan [L/n] Group.
[...15 tahun yang lalu, [L/n] Group semakin berkembang, perusahaan yang ingin bergabung pun semakin meningkat. Terus berjalan dengan memusatkan pada bisnis finansial, obat-obatan, dan penerbitan buku kemudian membuat dan menjual mainan. Bisnis mereka selalu meningkat dan meluas...]
Layar TV kembali berganti, menjadi grafik tiga dimensi yang menggambarkan progress dari [L/n] Group selama 10 tahun.
[...namun pada saat itu, [L/n] Group mengalami masalah, tuduhan pengendapan dana perusahaan milyaran yen membuat group runtuh seketika setelah 10 tahun kemudian. Kabar putri keluarga [L/n] juga tidak pernah diberitakan publik...]
[St/n] membulatkan manik [e/c]nya sempurna. Terkejut dengan kejadian runtut mengenai perusahaannya. Dan yang membuatnya lebih terkejut adalah keadaan perusahaannya disebarluaskan mulai dari awal perusahaan ayahnya sukses sampai saat itu.
[...setelah 6 bulan hal itu terjadi, kabar bahwa semua yang terjadi dalam perusahaan terbongkar, fakta yang sebenarnya tersebar seketika. Namun, sangat sulit untuk mengembalikan keadaan perusahaan yang sudah menyentuh titik nol dikembalikan kesedia kala...]
[St/n] mengalihkan pandangannya pada susu coklat hangat digenggamannga. Kemudian meminumnya santai, layaknya orang yang tidak mempunyai masalah.
[...dua tahun berlalu, [L/n] Group kembali bangkit. Semua bisnis kembali terambil alih dan dalam tiga tahun terakhir, bisnisnya terus meningkat dan bertambah luas, bahkan melebihi saat itu—mengambil alih posisi kedua perusahaan terbesar di Jepang...]
Suara dentingan antar gelas susu dengan alasnya saling bersentuhan—mengisi keadaan hening ditengah ruangan. [St/n] meletakkan gelas susu coklat hangat miliknya kemudian kembali menatap televisi.
[...Nah, inilah fakta [L/n] Group yang tidak pernah dibeberkan. Rahasia meningkatnya dan semakin luasnya group yang bergengsi ini. Dengan manajemen gadis muda ini, bisnis milik [L/n] Group menjadi lebih pesat...]
[St/n] menatap layar TV-nya terkejut. "Ba-bagaimana mereka mendapatkan foto itu!?"
Ya, hanya hal sepele : foto dirinya. Gadis ini mengenakan pakaian formal. Baju putih dengan renda pita putih bawaan dari kemejanya, dibalut rompi hitam. Kemudian mengenakan rok sepanjang atas dengkul kakinya dan jas hitam sepanjang setengah pahanya. Mengenakan kaus kaki putih dan sepatu pantofel berheals tinggi berwarna hitam. Rambutnya dikepang melingkari kepalanya bak mahkota ditambah hiasan bunga besar di sisi kiri kepalanya.
Gadis itu tersenyum manis, menampilkan susunan gigi putih yang rapih. Tangannya terlipat di depan dada. Pemandangan dibaliknya jelas sebuah tembok kaca besar dengan cahaya matahari pagi menyusup masuk kedalam ruangan putih—tempatnya ia berada saat foto itu diambil.
Ia ingat! [St/n] ingat. Itu foto dirinya saat berpura-pura menjadi sekretaris ayahnya, yang sebenarnya dirinyalah ikut mengatur jalannya manajemen perusahaan.
[...pertunangan ini terjadi atas perjanjian yang ternyata diam-diam kedua perusahaan sudah ditandatangani sejak lama, bahkan sebelum Perusahaan [L/n] Group jatuh saat itu...]
Layar kembali lagi. Menampilkan wanita yang secara live langsung menshoot di depan mansion keluarga [L/n]. [St/n] kembali terkejut, memikirkan bagaimana caranya ia akan menuju kampus bilamana gerbang mansionnya saja sudah ramai ditunggu reporter TV.
"Takao." [St/n] menyeringai. Kemudian menolehkan pandangannya pada Takao. Takao bergidik. "Aku ingin kau melakukan sesuatu."
Takao mengerjap-ngerjapkan maniknya beberapa kali, kemudian dia menarik nafas panjang. Maniknya terbuka lebar dengan mulut menganga, terkejut.
👑
Pintu gerbang dengan warna gold metalic terbuka, dari luar sana sudah berdiri hampir belasan reporter TV—menunggu keluarnya sang gadis, [St/n].
Begitu pintu gerbang terbuka, seorang dari dalam mansion keluar sembari menutupi seluruh bagian kepalanya dengan jaket—berjalan gontai akibat desakan reporter yang terus mengajukan pertanyaan yang terdengar sama.
"[L/n]-san, apa benar kalau kau ini tunangan resmi Seijuro Akashi-san?"
"Sejak kapan perjanjian itu ditandatangani?"
"Kudengar kalian satu kampus, apa itu benar?"
Ya, begitulah yang bisa didengar. Pertanyaan yang menurutnya hampir sama. Ya, sama. Sama-sama merepotkan dan sulit untuk dijawab.
Seketia tubuhnya tertarik kedepan, sebelum ia sadar kala dirinya sudah ditarik keluar dari kerumumanan orang ini. Ia bernafas lega, berpikir kalau masalah ini sudah usai. Namun faktanya bukan hanya sampai sini saja.
"Aku yang akan menyetir mobilnya, Kuroko dan kau, segeralah masuk!" titah Mayuzumi terburu-buru.
Kuroko pun masuk, duduk tepat di samping tempat duduk kemudi. Sementara dia, Takao. Segera masuk kedalam mobil, menutupnya kemudian membuka jaket yang sempat menutupi kepalanya sampai wajah—membuatnya sulit bernafas. Selepasnya dari itu, ia menarik nafas dalam-dalam.
"Bagaimana dengan [St/n]-san, Takao-kun?" tanya Kuroko polos.
"Dia sudah siap dengan dirinya, sebaiknya kita cepat pergi sebelum para reporter itu sadar dengan keberadaan kita!" balasnya kemudian.
Mobil bergegas melaju. Meninggalkan kawasan mansion keluarga [L/n] yang ramai reporter. Keheningan tetiba pecah ketika Kuroko bertanya, "Takao-kun, kenapa kau memakai rok dengan bawahan celana olaharaga?" Dengan polosnya.
Takao terkejut—teringat jika ia sendiri hampir saja selama perjalanan ke kampus mengenakan rok milik sepupunya itu. Dengan cepat pria itu segera melepaskan rok milik sepupunya kemudian memasukkannya ke dalam tas miliknya—dibawa untuk diberikan nanti pada sepupunya.
"Takao-kun, aku tadi sempat berpikir kau itu benar-benar [St/n]-san. Aku terkejut itu kau, karena sekilas kau terlihat cantik."
"GAH! A-AKU TIDAK AKAN PERNAH MENURUTI PERMINTAAN SI IBLIS KECIL ITU LAGI!!!"
👑
Disisi lain mansion keluarga [L/n]. Seorang gadis mengenakan topi segi delapan berwarna merah dengan 3 pin yang memiliki bentuk berbeda. Surai [h/c] panjangnya ia ikat berantakan dan mengenakan kacamata berlensa lebar. Tubuhnya dibalut jaket baseball berwarna merah–hitam
Gadis ini keluar, sebelum benar-benar melangkah keluar, ia menolehkan pandangannya ke kanan dan kiri—kala memastikan kalau reporter itu benar-benar bersih dari posisinya. Setelahnya ia segera melangkahkan kakinya ringan, senang jika ia dapat melewatinya dengan mudah.
Namun langkahnya terhenti, begitu mendengar suara 'ciiit' yang berasal dari mobil yang tetiba menginjakkan pedal remnya kemudian berhenti tepat di sampingnya. Gadis ini menoleh, netranya mendapati Akashi di dalam mobil, melihat pria itu melalui kaca jendela yang terbuka perlahan.
Akashi tersenyum, kemudian menjelaskan singkat, "apa kau akan berjalan? Kuroko dan Takao menghubungiku dan memintaku untuk menjemputmu di gerbang belakang. Cepatlah."
[St/n] mengangguk, tersenyum senang kemudian langsung membuka pintu mobil dan duduk tepat di samping Akashi.
Pedal gas mobil diinjak perlahan, membuat mobil mulai kembali melaju. Gadis ini, [St/n] segera melepaskan topi segi delapan miliknya kemudian menggerai rambutnya dan menyisirnya dengan jari-jarinya.
"Lalu apa selanjutnya?" tanya Akashi polos.
"Eh?"
"Berita itu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Kau tidak ingin—"
"Tidak, itu merepotkan," sela [St/n] cepat sembari mengacungkan kelima jarinya kedepan. Seakan-akan benar-benar keberatan. Sangat keberatan. Untuk menjawab semua pertanyaan reporter itu.
Akashi bergumam, "sudah kuduga."
👑
Mobil yang melaju konstan itu berhenti perlahan, tepat di depan gerbang kampus. Sebelum gadis itu keluar dari mobil tunangannya. Ia kembali memastikan tidak adanya reporter yang mencari-cari dirinya. Begitu tangannya hendak membuka pintu mobil, tetiba terhenti di udara.
Gadis ini bersweatdrop sembari tersenyum kaku. "Ah, bahkan mereka sampai menunggu di depan pintu kampus. Bagaimana ini?"
Akashi yang sedari tadi mengikuti arah pandang [St/n], menceletuk," itu mudah, hanya menjawab pertanyaan mereka, selesai."
[St/n] berbalik cepat-menghadap Akashi. "Kau kira aku mau jadi sorotan, Seijuro-kun!? Tidak! Itu merepotkan! Usulmu ditolak!" balasnya tegas sembari menyilangkan tangannya didepan dada.
Akashi menghela nafas. Begitulah tunangannya, sudah jelas ia pasti akan menolak melakukan hal kecil sekalipun jika sudah mengatakan itu merepotkan. Seketika Akashi tersenyum. Ya, tersenyum. Senyuman entah apa. [St/n] mengerjap-ngerjapkan maniknya bingung, namun sebelum Akashi menjelaskan—pria itu keluar dari mobil kemudian kembali menutupnya. Ternyata dirinya memutari mobil sampai berdiri di depan pintu tempat tunangannya, [St/n], duduk. Membuka pintu mobil dan mengisyaratkan agar [St/n] segera keluar.
Dengan cepat [St/n] yang mengerti maksudnya segera menggelengkan kepalanya cepat kemudian mengucapkan, "Seijuro-kun, aku... benar-benar tidak akan keluar jika mereka masih berada di sana." Tegasnya.
Akashi jelas tahu juga tunangannya keras kepala, dia membalas, "kalau begitu keluar saja, hanya cukup menghindari mereka, tidak perlu menjawab pertanyaan mereka."
"Tidak! Justru itu bagian tersulitnya! Aku tidak akan mudah lepas dari—"
Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, lengan mulus dan putih [St/n] sudah ditarik paksa keluar oleh Akashi, namun gadis ini menolak. Memaksakan dirinya tetap berada dalam mobil.
"Seijuro-kun, aku tidak mau! Tidak! Dan lepaskan aku!" rengeknya sembari berusaha melepas tangan Akashi.
Akashi kembali mengembangkan senyumannya. "Kalau kau tetap keras menolak, aku akan tetap keras memaksamu, [St/n]."
Wajah sang gadis memerah padam. "TIDAAAAK! LEPASKAN AKU!"
Suara teriakan yang bergetar kencang itu, membuat seluruh pandangan warga kampus menoleh, termasuk reporter yang tidak terlalu jauh di sana.
Tidak jelas terdengar oleh panca indra pendengaran [St/n]. Namun jelas bagi Akashi jikalau mahasiswa/i disekitarnya berbisik mengenai dirinya dan [St/n] seperti...
"Jadi mereka benar-benar bertunangan?"
"Jadi itu benar, ya?"
"Wah! Aku tidak menyangka."
"Itu pewaris Akashi, Seijuro Akashi-san!" begitu kalimat ini berseru, Akashi dengan masih memegang tangan [St/n] menolehkan pandangannya kebelakang bersamaan dengan [St/n]. Dua sejoli ini mendapati reporter TV yang sempat menunggu entah kedatangannya atau [St/n]—mengejar dirinya. Menghampirinya yang masih berada di samping mobil.
"[St/n], sebaiknya kau keluar sekarang."
"Eh!? Tidak! Aku tidak—"
"Mereka akan menuju tempat ini."
"Kalau begitu kau saja yang melepaskan peganganmu ini."
Sebelum perdebatan kekanak-kanakan ini berakhir, reporter itu sudah siap sampai—berdiri tepat di depan Akashi. Sementara [St/n] yang tidak memiliki pilihan akhirnya mengalah—gadis ini keluar dari mobil kemudian segera menutupnya, namun bukannya ia berdiri tepat di samping Akashi. Justru dirinya malah bersembunyi dibalik tubuh atletis tunangannya itu.
Tangannya masih di jerat Akashi, tidak bisa lepas. Jadi dia memilih bersembunyi, berharap mereka tidak menanyakan pasalnya tentang siapakah yang tengah berada di balik punggung atletis Akashi—berusaha menutupi wajahnya dari balik punggung Akashi.
"Akashi-san, apa benar kau tunangan resmi putri Putri dari Perusahaan [L/n] Group?"
"Apa kau benar-benar menerima pertunangan ini?"
"Bagaimana dengan [L/n]-san?"
Akashi hanya memberikan senyuman, namun tidak menjawab. Pria bermanik crimson ini sedikit menolehkan pandangannya kebelakang, berharap gadis ini berhenti bersembunyi. Akashi menghelakan nafasnya sembari tersenyum dan menautkan kedua alisnya. Ah, sudah pasti ia tidak akan mau keluar.
"Ano... Akashi-san, kalau boleh tahu. Siapa gadis di belakangmu?"
Manik [e/c] [St/n] membulat sempurna. Ah, sial! Tidak menyangka jikalau reporter itu benar-benar bertanya siapa yang tengah bersembunyi ini. [St/n] segera mendongakkan wajahnya, sedikit mendekatkannya pada telinga Akashi. Akashi pun sedikit memiringkan kepalanya, agar mendengar lebih jelas apa yang ingin [St/n] katakan. Akashi mengangguk mengerti.
Kemudian menatap reporter didepannya dan tersenyum. "Bukankah sudah jelas? Dia [F/n], tunanganku."
[St/n] reflek keluar dari tempat persembunyiannya-Akashi melepas pegangannya kemudian—begitu permintaannya tidak benar-benar Akashi lakukan. Ia bukan meminta Akashi menjawab jujur tetapi—
"Katakan saja, kalau aku sepupumu."
—mengatakan kalau ia sepupunya.
"Kenapa kau mengatakan itu, Seijuro-kun!?"
"Tentu saja berusaha jujur, apalagi?"
"Apa jangan-jangan nona ini... Tuan Putri [St/n], putri tunggal keluarga [L/n]?" Akashi dan [St/n] menoleh bersamaan begitu pertanyaan ini meluncur.
"Ya, dialah [F/n], tunanganku. Putri tunggal President [L/n] Group, [Ft/n]," ucap Akashi memperkenalkan. Ia tersenyum penuh kemenangan sembari merangkul gadisnya itu kemudian mengecup sinkat pucuk kepalanya.
Yosh! Chapter 26 kelar! Dan yeay! Makin banyak kuy :v wkwkwk~ entah sampe berapa ini sumpah saiah juga gatau 😂😂🔫
Nah, bagian ini sesuai dengan perkataan Akashi di chapter sebelumnya kalau dia bakal ngejelasin semuanya '-' ya, ngejelasin. Ngejelasin kalau Reader-taci adalah tunangan sang empu :v
Oh yak '-' chapter ini terinspirasi dari sedikit tanya jawab dan diskusi dengan LevIria39 '-' jadi saiah minta inspirasi, awalnya tuh awkward banget terus malah jadi belibet, namun berkatnya inspirasi saiah kembali berjalan lancar, muncul bak aer terjun yang meluncur berliter-liter :v oke, abaikan!
Nah, Next chapter review :3 setelah berita pertunangan muncul, sekarang muncul masalah yang Takao pen bilang '3' yak, bakal ada orang-orang dari Universitas Kyoto, tepatnya pemain basket universitas di sana, bakal latih tanding sama Kisedai dan Kagami '3' namun, entah kenapa Reader-tachi setuju dengan perjanjian? Lho, perjanjian? Perjanjian opo toh? Dijelaskan nanti saja :3 tunggu saja, ya!
Tolong tinggalkan vote dan komennya yak :3 satu namun berharga, lho.
Terima Kasih _(:3 J )_
Neko Kurosaki
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro