Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(24)

♠♠♠

Lembut... dan menghangatkan.

Manis... namun terasa panas.

[St/n] yang terkejut akan apa yang Akashi lakukan tiba-tiba—ditengah-tengah keramaian Cafetariadan berita-berita pagi tentang pewaris tunggal keluarga Akashi ini.

Akashi dengan santainya menarik tubuh sang gadis, menjatuhkannya dalam kehangatan rengkuhannya. Menarik lembut dagunya, kemudian mencium bibir mungil berlapis merah muda itu. Lembut. Hangat. Namun rasanya...

... ini memalukan!

"Gahh?!"

Sorak-sorak bergembira ramai mendominasi Cafetaria University of Tokyo. Mahasiswa/i dari berbagai jurusan dan grade saling mengeluarkan suaranya—berteriak-teriak histeris dan sejenisnya. Entah sorakan bahagia, terkejut, atau apa yang mereka berikan—

—bahkan ada yang sampai-sampainya pingsan. Terkejut, mungkin. 

Takao bahkan mematung. Terkejut namun jelas seulas senyuman kaku terukir jelas. Midorima dan Aomine pun tak kalah terkejutnya kala kapten mereka berani melakukan hal itu di tempat umum—ditambah lagi ini kampus. Kutekankan ini kampus—tempat belajar bukan melakukan hal vulgar!

"Ap—apa maksudnya ini?! Kau—?!"

"Se-Sei—!?"

[St/n] masih terkejut. Manik [e/c]nya semakin ia bulatkan sempurna—terejut? Memang, bagaimana tidak. Tetiba saja Akashi memanggilnya kemudian main asal serang saja...

... ditambahlagi ingat! Ini tempat umum! Banyak mahasiswa/i lain. Ini juga di Cafetaria!

Akashi juga masih sangat tenang memeluk gadis itu—[St/n], sambil menarik lembut dagunya. Manik crimson yang biasa dia perlihatkan kini tersembunyi di balik kelopak matanya. Lembut. Menikmati sentuhan manis dengan tunangannya yang sebenarnya yang tengah ia rasakan.

"Shh... sebaiknya tutup matamu dan... nikmati saja."

Ah, sial! Kenpa kata-kata itu teringat kembali... kata-kata yang sembarangan seorang ucapkan ; yang sembarangan pula gadis itu simak. Ya, sesuatu mengenai—

—nafsu birahi.

Kalau tidak bisa melawannya, ya, nikmati saja.

Sebenarnya [St/n] bisa saja melawan, namun dalam keadaan ketidaksiapan dirinya... ditambahlagi yang ia lawan Akashi. Ah, semakin ragu dirinya.

Perlahan Akashi memunculkan manik crimsonnya, kemudian menatap audiencemaaf, tapi bintang tamu utama yang menyaksikan ciuman yang bahkan saking terkejutnya [St/n] lupa yang keberapa.

"Aku selalu penasaran... kenapa bibirmu ini terasa sangat lembut dan hangat?" Akashi perlahan memundurkan kepalanya dan tangannya... perlahan pula ia usap lembut bibir sang gadis. Kemudian ia melanjutkan, "dan... sepertinya aku mencium aroma manis, apa kau tadi memakan sesuatu?" sambil tersenyum entah apa.

[St/n] semakin membulatkan maniknya sambil mengatupkan kedua bibirnya erat. Wajahnya semakin merah padam atas perkataan tunangannya itu.

"Kau lucu, [St/n]."

Sial! Hampir saja jantung gadis itu benar-benar berhenti bekerja. [St/n] yang sadar akan dirinya sudah lepas dari sentuhan manisnya, segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Wajahnya benar-benar seperti kepiting rebus saat ini.

Akashi kembali menolehkan pandangannya pada Mikaela, kemudian menatap seluruh teman-teman pelanginya yang masih menganga juga mematung terduduk di sana.

Mikaela yang sudah tidak kuat menahan amarahnya, pergi begitu saja sambil entah apa yang ia ocehkan dalam batinnya. Sementara Akashi terkekeh kecil, kemudian tersenyum.

"Akhirnya pergi juga," sahutnya sendiri. Setelah beberapa saat menatap Mikaela yang sudah pergi melewati pintu Cafetaria, Akashi kembali menatap tunangannya itu. Tentu sambil memberikan seulas senyuman.

"Ke-kenapa!?" ketus sang gadis.

"Ternyata kau benar-benar menikmatinya."

Glek!

Perlahan [St/n] membuka mulutnya , terkejut. Namun dengan cepat pula ia katupkan kembali. Gadis itu mengedutkan kedua alisnya tidak suka sambil masih mengatupkan rapat mulutnya. Kemudian—

—dengan kecepatan melebihi cahaya, gadis itu, [St/n] memundurkan dirinya sejauh hampir 5 meter dari Akashi.

"Hee... sampai sejauh itu, ya?"

"Bicara padaku dalam jarak ini dan jangan—"

"Apa? Memangnya kau bisa mengancamku seperti itu, [St/n]?" perlahan pria bersurai red pinkish ini melangkahkan kakinya sambil tersenyum jahil. Tentu sembari pula melontarkan kata-kata yang menjadi senjata untuk [St/n] sendiri.

"A-aku se-serius, lho," balasnya ragu.

"Kalau begitu buktikan."

Dan tentu saja... Akashi sudah sampai di hadapan sang gadis. Sementara gadis itu sebenarnya ragu dengan ucapannya. Sejujurnya ia sedikit takut dengan Akashi yang benar-benar 'meliar'. Ditambahlagi ia tidak melihat tempat.

Akashi yang semakin menambah kembali langkahnya, dihentikan sang gadis. Akashi tentunya cukup dibuat terkejut. Namun entah kenapa pikiran jahilnya semakin jadi ; semakin ingin menggoda tunangannya ini. Semakin pula ia memaksakan tubuhnya mendekati sang gadis—memangkas habis jarak diantaranya dan ya, [St/n] tetap menahan tubuh Akashi agar tidak memperpendek jaraknya dengan menahan tangan Akashi dan mencoba mendorongnya.

"Aku tidak menyangka kau ini benar-benar ... menyebalkan juga, Seijuro-kun," sahut [St/n] sambil tersenyum miring dan menautkan kedua alisnya.

"Begitu, ya? Mungkin karena itu kau... wajah yang kau buat itu juga lucu."

"Haaah?"

Manik [e/c] sang gadis kembali membulat, terkejut. Begitu Akashi tetiba kembali menarik dirinya dan membuatnya terjatuh dalam pelukan hangatnya. Akashi kembali berniat mencium tunangannya itu kembali, namun kegiatan itu terhenti begitu—

"PRIIIIIT!!! LAMPU MERAH!!!"

—anggota Kiseki no Sedai dan Kagami berteriak bersamaan. Sontak membuat dua sejoli ini menoleh cepat pada warna-warni pelangi yang menyahuti dirinya.

"Akashicchi! Kau curang-ssu!"

"Apa kau lupa kalau [St/n] sudah punya tunangan-nanodayo?"

"Akashi-kun, ternyata kau benar-benar berani, ya."

"Kau ini."

"Akachin, bagaimana rasanya?"

Serangan langsung!

Seketika Akashi dan [St/n] bersweatdrop bersamaan. Ah, bagaimana menjelaskan hal ini pada kawan-kawannya, ya? Dalam gemercik pikirannya yang tengah mencari jawaban, tiba-tiba [St/n] merasakan dirinya disikut pelan. Oh, pelakunya Takao.

Tidak perlu dijelaskan wajah seperti apa yang saat ini Takao berikan padanya. Bukannya membantu, ia malah mencoba menahan tawanya, namun bodohnya malah ia tumpahkan. Bahkan gelak tawa gelinya semakin jelas terdengar.

Dasar... sepupu kampret! Ingin rasanya kuberkata kasar batin [St/].

"Karena aku sudah berjanji, maka akan aku katakan." Akashi kembali menarik diri [St/n]—tunangannya itu, kemudian merangkulnya dan tersenyum. Kemudian pria bermanik crimson ini melanjutkan, "Dia...."

"... [F/n], tunanganku yang sebenarnya."

👑

Begitulah akhirnya, Akashi sendiri mengungkapkan kalau [St/n] adalah tunangannya yang sebenarnya dengan santai. Sangat santai. Bahkan saking santainya [St/n] tidak bisa mengelak dengan kata apapun.

Namun yang paling membuatnya sulit adalah...

...pandangan mahasiswa/i di sekelilingnya.

Ya, gadis sadistic ini—saat ini tengah berjalan di koridor kampus—diterpa cahaya matahari yang menyapu kulitnya, lembut. Juga pandangan. Pandangan seakan-akan melihat dia seperti... apa, ya? Orang asing? Sepertinya tidak, tapi lebih mendekati... entahlah. Apapun itu.

Sesekali [St/n] menoleh ke belakang, intens yang tadinya tengah menatapnya aneh langsung memalingkannya. Entah apa hanya perasaannya saja atau bukan, tapi menurutnya mereka takut dengan satu hal.

"Ahem...."

Suara deheman, gadis sadistic ini pun menoleh ke sumbernya, kamudian mendapati sosok pria... bersurai blonde. Ah, Kise 'kah?

"Ada apa, Kise-kun?"

"Yaa... sepertinya aku melihat nyonya Akashi-sama sedang sendirian, jadi aku berniat untuk mengajaknya ikut denganku-ssu."

Eh?! Nyonya... Akashi-sama? Batin [St/n]

"Apa maksudmu, Kise-kun? Katakan yang jelas," titah sang gadis.

"Yang jelas... kau dicari Akashicchi sekarang-ssu."

Heeeh... memangnya ada apa lagi, huh?

👑

Lalu pada akhirnya... [St/n] berakhir seperti biasa—berkumpul dengan koloninya—Kisedai tambah Kagami, tentu dengan sepupunya juga, Takao—dan... apa-apaan dengan posisi duduk ini!? Rasanya seperti ada sidang, tapi kenapa dirinya?!

Posisinya? Oh, [St/n] duduk bersebelahan dengan Akashi. Sementara barisan kirinya berjejer Kise, Aomine, Midorima ; kanannya berjejer Kuroko, Kagami, dan Murasakibara. Takao? Ah, dia berada di tengah sendirian.

"Jadi... [St/n]-kun, kenapa kau menyembunyikan hal ini?" ungkap Takao dengan nada-nada ala detektif yang tengah mengintrogasi dirinya... dan apa-apaan penggunaan embel-embel itu!?

[St/n] menghela nafasnya malas. "Bukankah kau sudah tahu, Inspektur Takao?" balas [St/n]. Ah, dia bahkan mengikuti alur permainan yang Takao buat.

Semua instens pandangan Kisedai dan Kagami tertuju langsung padanya—Takao. Pandangannya seakan-akan mengatakan 'jadi kau sudah tahu, Takao?'.

Takao kelimpungan, kemudian berdehem pelan dan melanjutkan, "lalu, Akashi-kun, kenapa kau akhirnya mengungkapkan hal itu? Apa motifmu?"

Motif? Memangnya kau kira ini kasus pembunuhan?

"Tentu saja untuk mengusirnya."

Beberapa saat kemudian, terdengar suara berita di TV Cafetaria, namun jelas itu berita dari channel kampus.

Manik [St/n] membulat... begitu mendapati beberapa video singkat saat ia dengan Akashi tengah bertengkar di tengah kantin, sampai adegan saat itu. Wajah sang gadis semakin merona hebat.

"Heeh, semuanya dibeberkan, ya?" ucap Akashi jahil.

"A-apa-semuanya?! Kenapa kau... mengatakan hal itu... dengan santai, Seijuro-kun!?" ucap sang gadis terpotong-potong.

"'Kenapa?', tentu saja karena itu benar, 'kan?" balas Akashi santai, ah sial senyumannya itu!

[St/n] kembali terperanjat dengan ungkapan Akashi. Perlahan, Akashi menaikkan tangannya kemudian menyapu lembut pucuk kepalanya, dan berucap, "tenang saja, seminggu lagi masalah ini akan menjadi jelas."

"PRIIIIIIIIT! LAMPU MERAAAAAH!!!!"

Heh?!

Kisedai dan Kagami kembali berteriak, kompak. Akashi dan [St/n] pun kompak pula menolehkan pandangannya bersamaan. Gadis sadistic itu menghela nafas pelan, kemudian menjelaskan, "jadi intinya tunanganku itu Seijuro Akashi-kun, aku menyembunyikannya karena kupikir ini tidak terlalu penting, lagipula Otousama tidak mengatakan apapun soal ini. Jelas?" dengan wajah datar khas miliknya.

Kisedai dan Kagami mengangguk mengerti. Sementara sang gadis melirikkan ekor matanya menatap Akashi, Akashi pun menolehkan pandangannya pula pada sang gadis.

"Jadi... kenapa kau mencariku?" tanya sang gadis kemudian.

"Aku tidak mencarimu."

"Bukankah tadi kau menyuruh Kise-kun."

"Aku tidak menyuruhnya, bukankah kau sendiri yang mencariku?"

"Haaah?! Kenapa aku harus mencarimu, lagipula aku—!"

Akashi dan gadis sadistic itu, [St/n], sadar. Ah, jadi ini cara mereka membuat kedua sejoli ini untuk ikut... dalam persidangan ini, huh? Ya, halus sekali permainan mereka.

Akashi dan sang gadis saling bertatap bingung, namun kemudian dua sejoli ini saling tersenyum simpul dan—

"Ne, Kise-kun. Apa yang kau rencanakan?"

—gadis itu, [St/n], menyeringai sambil memberikan tatapan tajam bak orang yang akan haus darah.

"A-apa yang kau ucapkan-ssu ka? Aku tidak—"

"Heee... benarkah?" kali ini giliran Akashi, pria ini pun memberikan seringaiannya, tak lupa pula tatapannya yang serupa dengan sang gadis, tunangannya itu.

Akashi?! Sejak kapan dia switch dengannya?! Tunggu... kalau begini...

...mereka seperti pasangan...

...iblis!

Kisedai (kecuali Kuroko tentunya) dan Kagami menatap dua sejoli—[St/n] dan Akashi—seperti melihat pasangan iblis. [St/n], sepupunya Takao itu tengah menyeringai sambil meletakkan ujung telunjuknya pada bawah bibirnya ; manik [e/c]nya pun jelas terlihat kilatan akan haus darah. Sementara Akashi, bertopang punggung tangan dan tersenyum entah apa ; manik crimsonnya pun tak kalah menyeramkan dari gadisnya itu.

"Akashi-kun, kau tidak lucu lho seperti itu," ucap Kuroko santai. Hey! Sejak kapan dia berdiri tepat disamping Akashi.

"Apa maksudmu?" balas Akashi dengan nada seperti biasa.

"Akashicchi, itu kau, 'kan-ssu ka?"

"Apa maksudmu Kise, ini memang aku, Seijuro Akashi."

"Tapi tadi tidak terlihat seperti dirimu-nanodayo, kukira kau bertukar dengannya."

"Apa itu benar-benar kau, Akashi?"

Akashi bersweatdrop. "Sudah kukatakan kalau ini aku," ucapnya kemudian.

"Benarkah- (ssu ka?|desu ka?|nanodayo?)," tanya Kisedai termasuk Kagami bersamaan.

Akashi hanya mengangguk, entah apa respon mereka, namun yang jelas dia memang tidak bertukar dengan Tuan-Muda-Maha-Absolut itu.

"Dan kau [St/n], bisa kau tidak menyeramkan seperti tadi?!" tanya Kagami, sambil sedikit menaikkan intonasi ucapannya dan menunjuk sang gadis.

[St/n] ber-'eh' panjang. "Kau membosankan," ucapnya sambil mengembungkan sedikit pipinya.

"Oh, ya, kudengar Mika-chan belakangan ini di bully, lho," sahut Takao.

"Eh... benarkah-ssu ka? Kukira sudah tidak lagi, karena waktu itu aku sempat memperingatkan fansku untuk tidak melakukannya-ssu."

"Oh, aku juga melihatnya, saat itu dia dibawa ke atap," timpal Aomine.

"Aku juga melihatnya."

[St/n] terperanjat. Tunggu! Bukan ini tujuannya! Sungguh, dia tidak mengetahui apapun mengenai hal ini. Gadis itu membeberkan semuanya hanya karena agar Mikaela bisa lebih jujur dan percaya akan kemampuan dan potensi dalam dirinya—

—tidak berpikir untuk memanfaatkan orang lain dan mendapatkan apapun dengan instan.

Ah, sepertinya ini diluar perkiraanku, sebaiknya aku luruskan besok.

👑

Seorang gadis tengah menjalankan kaki jenjangnya menuju suatu tempat. Yup, menuju Gymnasium. Tempat biasanya tim basket berlatih.

Namun entah apa pilihan gadis ini benar, ataupun tidak. Intinya dia tidak suka dengan hal ini. Menggenggam erat surat dalam genggamannya, telapak tangannya pun hampir memutih saking kuatnya sang gadis mengepalkan dan meletakkan seluruh kekesalan dalam dirinya di sana.

Kriiiit!

Gadis itu memasuki Gym. Ah, sungguh gelapnya ruangan luas ini. Apa tidak sedang digunakan? Pantas saja kenapa orang-orang menyebalkan—menurutnya—memilih tempat ini.

Tap!

Gadis itu menghentikan langkahnya, menghadap ketiga gadis yang mungkin sepantaran dengan dirinya yang mengundangnya masuk dalam situasi ini.

"Sesuai permintaan kalian, jadi berikan foto itu dan jangan sebar softcopynya," ucap sang gadis itu sedikit gemetar.

"Memberikannya padamu? Kau lucu, ya. Kau terlambat 2 menit dari perjanjian, apa kau pikir aku ini toleran? tentu saja TIDAK!"

Gadis itu, Mikaela membulatkan manik violetnya. Hampir saja ia tak bisa menahan apa yang ingin dia keluarkan dalam matanya.

"Aku sudah berusaha—"

"Kau pikir aku bodoh? JANGAN MAIN-MAIN!" salah seorang gadis mendekat, kemudian berputar perlahan di sekeliling Mikaela, "kau sudah mendekati Akashi-sama seperti itu! Dasar kucing pencuri! Tidak tahu malu! Padahal kau ini anjing liar yang tidak diketahui dari tulang kuda yang mana¹."

BRAK!

gadis itu mendorong Mikaela akhirnya, mendorong gadis blasteran sampai terpuruk dilantai dan tidak bisa bangkit lagi, air matanya pun sudah keluar begitu saja.

Gadis pembully itu menyumpahi Mikaela, mengumpamakannya dalam berbagai jenis hewan. Karena sudah keluar kucing, kuda, anjing, yang terakhir… pastilah itu. Dalam penantian hadirin yabg kian memuncak, sambil menaikkan sudut kelopak matanya—menatap Mikaela seakan-akan lebih rendah darinya—gadis itu, mengatakan umpatan dengan level tertingginya pada Mikaela.

"Nani sama no tsumori? Dasar babi betina tidak tahu balas budi!²"

Clap! Clap! Clap!

Suara tepukan tangan, tidak terdengar meriah. Toh, hanya ada satu orang yang bertepuk tangan. Siluet seorang gadis, jelas. Gadis itu sekilas terlihat tersenyum dan menaikkan kedua tangannya dan bertepuk tangan.

Keempat gadis yang sedari tadi memang berada dalam Gym menolehkan pandangannya ke sumber suara—suara seorang yang tengah menepuk tangannya, namun sudah berhenti, dan kini—gadis itu perlahan mendekati keempat gadis itu dan memberikan tatapan dingin tanpa senyuman. Senyumannya yang tadi sudah hilang begitu saja, entah kenapa. Namun Mikaela dapat mengerti, arti dari pandangan dingin gadis di depannya.

"[St/n] sejak kapan kau... berada—"

"Entahlah, siapa yang tahu." gadis sadistic ini meneruskan langkahnya, menghadap Mikaela yang sudah tidak kuat bahkan untuk berbicara sedikit saja.

"Jangan-jangan... kau—"

"Jika kukatakan 'aku mendengar dan melihatnya' kenapa? Dan jika aku katakan 'aku tidak mendengar dan melihatnya' kenapa?"

"[St/n], bukankah ini keinginanmu, huh?"

"Keinginanku, 'kah? Akan aku kembalikan pada kalian," ucapnya kemudian. [St/n] mendongakkan kepalanya sambil melihat ke belakang, ekor matanya menatap ketiga gadis yang membully Mikaela lebih dingin, sangat dingin, dari sebelumnya. "Nani sama no tsumori?" lanjutnya dengan nada yang terkesan masih sangat dingin.

"A-apa? Aku hanya ingin membantumu... itu saja."

"Membantu?" [St/n] tertawa geli sambil memegang perutnya. Ah, otot diafragma dia hampir saja jadi sangat sakit saking kerasnya ia tertawa. "Apa aku pernah meminta kalian? Apa aku memerintah kalian? Oshiete kure...."

Gadis sadistic itu melesat cepat seketika, seakan-akan dia seperti angin lalu. Ia dekatkan bibir tipisnya tepat di samping telinga gadis pembullying itu.

"Bukankah kau juga membenciku? Kenapa kau tidak mengatakan kata-kata indah tadi padaku? Kau tahu...," gadis itu menyeringai, kemudian melanjutkan, "aku sangat ingin kau mengucapkan hal itu."

[St/n] perlahan kembali mundur, kemudian mengulurkan tangannya pada Mikaela yang masih tersungkur itu. Mikaela pun tanpa melihat kearahnya hanya menerima ulurannya itu.

Gadis sadistic itu—[St/n], kembali melihat ke arah gadis di depannya, tak lupa senyuman licik yang terlukis di paras manisnya.

"Ke-kenapa? Padahal aku hanya—"

"Aku sudah tahu," sela [St/n] cepat. Kemudian gadis sadistic ini merogoh ponsel dalam sakunya, dan pada layarnya menampilkan video, "apa kau pernah membaca cerita creepypasta tentang 'camera video', kau tahu... aku mendapatkan ide ini dari cerita itu."

Video singkat, namun jelas tertera pada gambar itu... gadis pembully ini lah yang waktu itu mencoret-coret meja sang gadis, mematahkan leher manequin keramik yang terlihat seperti sang gadis, bahkan kalung 'anjing' bertuliskan 'Chiwa'—terletak, atau lebih tepatnya gadis pembully inilah yang tengah meletakkannya.

Gadis itu mematung, membulatkan maniknya sempurna. Dirinya terkejut akan apa yang didapatkan [St/n]. Keringat dingin melalui pelipis begitu derasnya, bahkan sampai ia dapat rasakan.

"Ne... kau tahu? Bagaimana jika video ini sampai tersebar? Mungkin teman di belakangmu itu akan pergi mengkhianatimu," ucap [St/n] sembari menyeringai.

Bagi gadis di depannya, manik [e/c] mengeluarkan cahaya dengan kilatan aneh. Namun jelas itu kilatan kelicikan dengan seringaian yang bahkan tidak mudah gadis pembully ini deskripsikan.

Gadis pembully ini menolehkan pandangannya kebelakang, menatap dua temannya berharap akan sesuatu. Namun apa jawaban kedua temannya? Mereka hanya bergeming diam, menolehkan pandangannya kesembarang arah—berpikir jikalau perkataan gadis sadistic ini ada benarnya, toh mereka juga tidak ingin terkena imbasnya.

"Dan juga... kau sudah menyebutkan beberapa kata yang tidak pantas, bagaimana jika rekaman suara ini tersebar, ne?" [St/n] lebih menyeringai, kilatan kelicikan dari maniknya lebih jelas lagi terlihat.

"Kissama! Dasar kau...." gadis pembully itu berlari, berniat untuk menampar pipi mulus gadis sadistic ini, namun—

—[St/n] menghilangkan seringaiannya, tatapan dingin mengintimidasi ia berikan, kemudian berkata, "shin'ne."

Deg!

Kaki gadis itu terhenti, bergetar hebat. Keringat dingin melalui pelipisnya semakin ia rasakan. Maniknya membulat lebih lagi.

"Hizamazuke, buta domo ga."

Bruk!

Gadis di depannya terjatuh, tubuhnya mematung, tak dapat ia gerakan sedikitpun. Sementara kedua teman di belakangnya pun tidak bisa pergi begitu saja pula.

[St/n] mendekat, sambil tersenyum manis. Ah, sifat yandere itu. Perlahan ia menaikkan tangan kanannya, kemudian ia mengelus lembut tungkak leher depannya dengan gerakan dari bawah ke atas lalu tangannya terhenti tepat di bawah pipinya—kepala gadis pembully itu terangkat mengikuti gerakan tangan [St/n] sampai mendongakkan kepalanya. Wajah gadis sadistic ini ia dekatkan sampai hanya tersisa beberapa centi lagi dengan gadis pembully itu.

[St/n] kembali tersenyum, menyeringai lebih tepatnya. Manik [e/c]nya ia sorot tajam menatap manik gadis di depannya saat ini.

"Ne... bisa kau tidak bersikap sok baik padaku? Itu menjijikkan, kau kira aku tidak tahu?" [St/n] melembutkan pandangannya kemudian berkata, "demo ma... oshiete kure, Suzune-san. Aku ingin mendengarnya langsung darimu." Dengan nada yang terkesan memancing.

"Baka, sudah hentikan itu." plak!

[St/n] diam sebentar, kemudian memegang pucuk kepalanya dengan kedua tangannya. Kemudian segera membalikkan tubuhnya dengan sedikit kesal pada orang yang kurang kerjaan memukul kepalanya itu, bahkan berkata santai seperti itu.

"Itte na! Bakao! Kenapa kau melakukan itu!?"

Takao memutar kepalanya kebelakang, kemudian—

"Pffffftt!"

dia tertawa!

Lebih tepatnya ia membuang wajahnya, menahan tawa. Namun tak bisa ia tahan. Alhasil ia pun hampir benar-benar menyemburkan gelak tawa itu.

Perempatan garis muncul di kepala [St/n]. "Jangan tertawa!" ucapnya kemudian.

"Baiklah, baiklah. Kau...." Takao berjalan mendekati sepupu sadisticnya itu, kemudian menaikkan kedua tangannya dan—

"Jika kau seserius itu kau menyeramkan, lho. Tapi tadi juga berhasil menggodaku, sih. Kau itu benar-benar lucu."

—mencubit gemas kedua pipi sepupunya.

"Ba-baka! Hanase!" berontak [St/n], Takao pun melepaskan cubitannya, "mou, itu sakit, lho. Baka Takao. Humph!" gadis sadistic ini mengembungkan pipinya sebal. Ah, Takao bahkan semakin ingin mengkarungkan dirinya saking imutnya.

Takao menatap ketiga gadis di balik sepupu sadisticnya itu—mengisyaratkan agar mereka segera minggat dari tempat mereka, sekarang. Secepatnya.

[St/n] kembali menatap Mikaela—menatapnya biasa. Kemudian ia membuka suaranya, "Mika-chan—"

"Apa kau puas? Apa kau senang melihatku semenjijikkan ini?" selanya, "APA KAU TIDAK PUNYA PERASAAN, HUH?!"

[St/n] tercekat, dirinya sedikit shock mendengar gadis di depannya berkata demikian. Untuk sesaat ia berdiam diri.

"Memangnya apa yang kau tahu? Hidupmu lebih baik dariku, dan kau—"

Mikaela menitihkan air matanya. Isaknya tak tertahankan lagi. Ucapannya pun terpotong karena tak kuasa dirinya untuk melanjutkannya.

"Mika-chan, aku sudah tahu. Hanya saja caramu salah!" kali ini [St/n] meninggikan suaranya.

Mika menaikkan kapalanya—menatap [St/n]. "Memangnya kau tahu apa yang kulalui? Aku hanya—"

"Sudah kukatakan, aku tahu... Mika-chan." Mikaela membulatkan maniknya sempurna, begitu netranya menangkap [St/n] yang tengah tersenyum lembut—senyuman tanpa beban. Gadis sadistic ini pun melanjutkan, "aku juga pernah merakan hal yang sama sepertimu… lima tahun lalu."

Mikaela membuang mukanya. "Aku tidak percaya."

"Itu memang benar," timpal Takao, "bahkan lebih buruk darimu, tapi dia masih terus berusaha walaupun semua orang menjadi musuhnya."

"Mika-chan, saat itu aku berharap ada seseorang yang menolongku. Tapi tak ada. Aku yakin kau juga mengharapkannya, bukan? Karena itu...." [St/n] mengulurkan sebelah tangannya pada Mikaela, Mikaela pun menolehkan pandangannya, menatap uluran tangan di depannya. [St/n] melanjutkan, "...apa aku boleh menjadi seseorang itu untukmu?" sambil tersenyum tulus.

Mikaela berniat ingin meraih tangannya, namun terhenti di udara begitu saja.

Jadi dia sadar semua kebohonganku? Tapi kenapa dia masih bisa mengulurkan tangannya? Apa yang ia inginkan batin gadis blonde itu.

"Aku membutuhkanmu. Niat, tekad, dan... dirimu. Aku membutuhkannya," [St/n] kembali menjelaskan.

"Bagaimana jika ini hanya kebohonganmu? Hah, kau pikir aku akan dibodohi?"

"Ie, aku tidak bermaksud karena kasihan padamu. Jadi bagaimana?"

"Aku berharap, pilihanku kali ini tidak salah. Aku ingin mempercayaimu," gadis itu bergumam.

Mikaela yang awalnya ragu, namun entah kenapa melihat senyuman yang diberikan sang gadis-senyuman tanpa beban ; senyuman yang bersahabat dan lembut. Maka ia—

"Aku... menerimanya." Mikaela pun menjabat tangan gadis sadistic itu sambil memalingkan wajahnya yang bersemu merah tipis.

—mempercayainya.

[St/n] kembali mengembangkan senyumannya. "Jadi sudah diputuskan."


















Chapter 24 owari! :v wah jadi panjang decu~ 😆😆😆 kelebihan 1k words 😅 wkwkwk~

BTW scene disini terinspirasi dari... Servamp mungkin :3 unch! XD bukan dari animenya, sih. But, dari quotes yang dikeluarin sama Shirota Mahiru 😣 juga sedikit terinspirasi dari diri saiah sendiri sih wkwkwk :v seep, saiah curcol lageh 😁

Next chapter review! Penjelasan akhir tentang Mikaela '-' semuanya bakal dijelasin kenapa dia ngebohong sampe centil beud ma Akashi X'D apa yang terjadi sm keluarganya :'3 dan apa bantuan dari reader-tachi sekalian >//< and then, kalo masih cukup space ato bakal dilebihin... mungkin... bakal ada trouble ke-2 :v bukan trouble sih sebenernya, udahlah tunggu aja 😂😂🔫

Oh, ya '-' apa perasaan saiah doank reader malah jadi Y A N D E R E bukan S A D I S T I C yak 😅 ah, sudahlah! Anggep aja sama :v ya, walaupun faktanya nyaris sama sih .-. Beda-beda tipis gitu lah 😁

Hae! Reader-tachi! Jangan baca doank donk :v vomentnya, lho. Tinggalkan jejak berharga disini 😂 wkwkwk~ eh, BTW '-' krisar, KRITIK DAN SARANnya yak di kolom komentar :v

Terima Kasih _(:3 J )_


Neko Kurosaki


¹ Ungkapan Jepang untuk orang yang tidak diketahui asal usulnya.

² Ungkapan Jepang yang sering digunakan di dalam film-film biru

Source : Nazotoki wa Dinner no Ato de

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro