Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(23)

♠♠♠

Cahaya yang menyilaukan nan ceria menyelimuti Kota Tokyo, Jepang… tepatnya di University of Tokyo.

Seorang gadis baru saja menginjakkan kakinya menuju ruangannya. Gadis itu menggeser pintu di depannya dan menampakkan beberapa mahasiswa/i yang langsung mengunci intens pandangan pada dirinya.

Gadis itu memberikan wajah bingung, kemudian melangkah lebih dalam ke ruangan yang belum lama ia masuki—menuju mejanya lalu meletakkan tas jinjing kecilnya di atas meja.

"Ano, [St/n]-chan… sebenarnya ada apa?"

Gadis yang merasa terpanggil itu menaikkan wajahnya yang sempat ia tenggelamkan dalam lipatan kedua tangannya di atas meja, kemudian menolehkan pandangannya pada gadis blonde di sampingnya.

Gadis itu—[St/n] berpikir sejenak. "Oh! Mungkin karena berita di mading pagi ini. Memangnya kau tidak melihatnya?" tanyanya dengan wajah polos.

"Eh?!"

👑

Derap langkah kaki yang melewati koridor kampus terdengar jelas 'dadadada'. Setelah mendengar jawaban simple dari [St/n], Mikaela langsung melesat menuju mading—

—dan disana sudah berkumpul banyak mahasiswa/i lainnya. Jelas mereka tertawa-tawa entah apa.

Mikaela langsung menyalip-nyalip di antara kerumunan mahasiswa/i lainnya—berusaha melihat berita kampus yang terpampang jelas pada mading di depannya.

Sementara [St/n] jalan dengan santai sambil mengunyah permen karet rasa kesukaannya lalu memasukkan kedua tangannya dalam saku jas miliknya.

Sementara gadis bermanik violet itu sudah menganga lebar—terkejut akan apa yang ia baca.

Berita tentang ia yang menjadi tunangan Akashi, namun di sana tertulis pula 'bukankah hal ini meragukan?!'. Tidak lupa pula di sana tertera lengkap profil tentang dirinya, mulai dari nama lengkapnya sampai tentang perusahaannya sendiri.

Dan yang paling membuatnya shock adalah tulisan yang di doodle dengan sangat jelas ia baca 'apa Seijuro Akashi-sama benar-benar menerimanya?'.

Bukan hanya itu, bahkan short movie seputar dirinya yang saling dibandingkan dengan Akashi pun ada. Bahkan di liputan singkat itu pula tak jauh berbeda dengan yang di mading.

Gadis itu menundukkan wajahnya, nampak jelas ia sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi. Toh, bagaimana kalau wartawan mengetahui tentang kebohongannya? Bagaimana nanti image dirinya? Harus kemana dia meminta perlindungan? Akashi? Jelas itu option paling mustahil, toh Akashi pasti akan mengatakan hal yang sebenarnya.

"Memangnya benar, ya?"

"Ehh… benarkah ini?"

"Apa lebih baik kita bertanya langsung pada Akashi-sama?"

Deg!

Keringat dingin berjatuhan melewati pelipisnya. Mikaela semakin khawatir, bahkan batinnya beberapa kali berteriak meminta tolong. Namun apa daya… tidak ada yang menyadari kekhawatirannya. 

"Jadi bagaimana? Apa kau akan terus memainkan sandiwara ini… Mika-chan?"

Suara seorang gadis yang berbisik dengan nada licik. Ya, itu suara [St/n]. Mikaela langsung membalikkan tubuhnya—menatap [St/n] tidak percaya.

"A-apa kau yang melakukannya? Bag—"

"Tentu saja aku bisa, itu hal yang sangat mudah…." [St/n] menyeringai. "Mika-chan."

Ingin sekali Mikaela langsung memukul sekuat tenaga pipi lembut gadis di depannya. Namun apa daya ketika ia mengatakan, "bagaimana jika Masaomi-san mengetahuinya, ya?" Gadis itu langsung mengurungkan niatnya.

"Kau tahu 'kan Mika… apa yang akan terjadi? Sebaiknya kau akhiri sandiwara—"

"Tidak! Aku pasti akan benar-benar membuat dia menyukaiku, lalu pasti aku akan benar-benar bertunangan dengannya."

[St/n] terperanjat. "Kau lihat saja siapa yang menang, jika kau memikirkan soal berita di televisi dan internet nanti… ayahku akan mengurusnya," timpal Mikaela, gadis itu pun menyeringai. Membalas serangan [St/n].

[St/n] hanya ber-'he' ria panjang. Namun tanpa Mikaela sadari gadis itu sebenarnya tengah tersenyum tipis.

Mikaela pergi berlalu. Tidak peduli dengan berita-berita di belakangnya, juga cemoohan atau ketidakpercayaan apa yang ia dengar.

Sementara [St/n] hanya menghelakan nafasnya pelan, masih sambil memasukkan kedua tangannya dalam saku jasnya.

"[St/n], apa tidak berlebihan? Bagaimana jika mahasiswa lain melihatnya?" sahut Takao dari belakangnya. Sepupunya itu juga menyembulkan wajahnya tepat di samping kepalanya.

"Setidaknya aku tahu dia yang sebenarnya," balas [St/n]. Gadis sadistic itu membalikkan tubuhnya—dirinya pun disambut beberapa orang yang berjejer. "Arigatou minna, sudah mau membantuku," ucapnya kembali seraya tersenyum riang.

"Kenapa kau meminta hal merepotkan ini, oi… [St/n]?" ucap seorang pria dengan rambut spikynya.

"Tentu saja hanya keisenganku saja… Natsu-senpai."

"Namaku Nakatsu, Toto!"

"Namaku juga [St/n], senpai," balas gadis sadistic itu tak mau kalah, tak lupa pula penekanan di akhir kalimatnya.

Pria menyebutkan dirinya dengan nama 'Nakatsu' itu mengangkat kamera camcorder di atas bahu kanannya.

Senior yang beda dua semester itu—Hiroaki Nakatsu, berdecih sambil memberikan wajah datar menyebalkan khas miliknya. "Terserah kau saja," ucapnya. "Jangan lupa janjimu!" timpalnya.

[St/n] membalas tatapan senior yang tengah berdiri di hadapannya. "Ya, tenang aja senpai. Surat perizinan dan name tag VIP Class untuk liputan, 'kan?" ucapnya yakin sambil mengibaskan tangan kanannya dan berkacak pinggang.

"Acara besar, ya."

Gadis sadistic itu mengangguk, memberikan jawaban. Segera Hiroaki memutar tubuhnya sambil membawa kamera camcorder dalam genggamannya, kemudian melangkahkan kakinya bersama anak-anak lainnya. Tentu menuju ruang bascamp Cinematography Club. Juga tentunya diikuti Wall Magazine Club.

Ah, jika ditanya bagaimana [St/n]—gadis itu dengan mudah meminta pertolongan Klub CG dan Klub Mading untuk menyempurnakan rencananya, itu hanya hal mudah baginya. Toh, asal mula klub ini bisa berdiri juga karena dukungan dirinya yang mengatas namakan [L/n] Group.

Singkatnya… kekuatan perusahaan.

Semua property yang dibutuhkan klub, dana, dan anggaran berasal dari perusahaan [L/n] Group. Oh, kalau soal dirinya yang sebenarnya, hanya Hiroaki—seniornya itu yang tahu, anggota CG lainnya tidak ada termasuk Klub Mading.  Toh, Hiroaki di Klub CG memiliki posisi tertinggi—

—salah satu anggota eksekutif Cinematography Club. Juga sebagai seniornya saat SMA.

"Ne, [St/n]. Memangnya acara besar apa yang kau tawarkan pada Klub CG, huh?" tanya Takao, polos.

[St/n]—sepupu sadisticnya Takao ini sedikit mempoutkan bibir mungilnya, kemudian sedikit berpikir. Tak lama kemudian dia tersenyum sambil merapatkan mulutnya dan berkata, "entah." Dengan polosnya.

Takao menghelakan nafasnya. Ah, dasar [St/n] ini. Takao memang harus sabar juga dengannya, ah tapi soal tawarannya pada Klub CG—dia tahu jelas, pasti sepupunya ini, [St/n] menyimpan hal kecil yang mengejutkan dalam pikiran uniknya.

"Aku memang menyetujuinya, tapi tidak kusangka, kau benar-benar akan menggunakan namaku untuk ini… [St/n]."

Suara bariton menyapa indra pendengaran sang gadis. Gadis itu pun menolehkan pandangannya pada sang empu yang baru saja sampai dihadapannya.

[St/n] menyunggikan senyuman konyolnya, kemudian sedikit terkekeh. "Sudah kukatakan, 'kan?" ucapnya kemudian.

Akashi tersenyum sambil menautkan kedua alisnya. "Kalau begitu, aku minta bayaran pertamaku," pinta pria bersurai red pinkish itu.

[St/n] bersweatdrop. "Ah, umn… aku mengerti," ucapnya sedikit ragu.

"Selanjutnya apa… [St/n]?" Takao kembali membuka suara setelah sekian diabaikan oleh dua sejoli di depannya. Ah, sejujurnya dia ingin langsung menghilang namun apa daya, sepupunya pasti tidak akan membiarkan dirinya pergi begitu saja.

"Selanjutnya…"

"Kalau dia sudah kelimpungan seperti itu, pasti dia bisa menunjukkan sifatnya yang sebenarnya," jelas gadis bersurai [h/c] panjang itu. "Cukup memancing emosinya, mudah, 'kan?"

"Tapi tunggu! Apa tidak terlalu keteraluan? Kenapa kau sampai melakukan hal itu?" kini Kagami membuka suara.

[St/n] mendongakkan sedikit kepalanya, manik [e/c] menerawang—menatap langit yang tampak kebiruan dengan hembusan angin yang menyapa surai [h/c] dan kulit lembutnya.

"Karena aku tahu… dia memiliki ambisi yang kuat dan itu yang sekarang aku butuhkan," jawabnya kemudian.

Hening.

Entah kenapa rasanya ungkapan yang baru saja gadis sadistic ini ucapkan terdengar agak membingungkan, namun jelas…

…dibalik ungkapan itu, ada rasa ingin memiliki yang kuat.

Takao yang mengerti dengan ungkapan sepupunya, kemudian gantian bertanya, "kenapa kau menginginkan dia?" Tentu dengan wajahnya yang terlihat serius, namun bagi [St/n] seperti tengah bermain-main.

Karena [St/n] selalu menganggap Takao itu sebagai badut pribadi miliknya, dia bahkan tidak mengerti kenapa saat melihat sepupunya ini selalu tersenyum bahkan tertawa, walaupun sering pula terjadi pertengkaran kecil.

"Kau tahu Takao, salah satu rahasia perusahaan milik ayahnya itu? Sebenarnya aku sudah mendapatkannya dan ingin memanfaatkan hal itu," jawab [St/n] polos. Gadis itu kemudian merucutkan mulut mungilnya dan kembali berucap, "juga… kau tahu, sebenarnya dia hanya ingin memanfaatkan Seijuro-kun."

"Eeeeeh?! Ap maksudmu-ssu ka?! Tapi ba—"

"Sudahlah, intinya seperti itu. Jadi kalau dia sudah menunjukkan dirinya, aku akan mengambil kesempatan itu."

"Setelah itu… lakukan hal seperti biasa. Nanti juga tanpa ia sadari, dia memperlihatkan dirinya."

Takao mengangguk, mengerti. Pria itu membalikkan tubuhnya sambil memasukkan sebelah tangannya dalam saku celananya, sementara tangannya yang lain ia lambaikan. "Aku mengerti, kalau gitu… silahkan habiskan waktu kalian berdua," ucapnya kemudian.

Eh?!

"Ja!"

Takao lari. Memang… sepupunya baik sekali, meninggalkan dirinya dengan iblis merah yang tengah tersenyum entah apa. Namun jelas pria itu—Akashi, ingin meminta sesuatu hal yang tak terduga lainnya.

[St/n] menolehkan pandangannya pada Akashi setelah lama meihat Takao yang sudah pergi begitu saja.

Netranya mendapati Akashi tengah tersenyum, bahkan senyumannya baginya itu terlihat mencurigakan dibanding jika dikatakan ia tampan. Ya, walaupun faktanya memang dia itu seorang Crimson Prince di kampusnya. Sebenarnya [St/n] juga mengakui dia itu tampan.

"A-apa?!" tanya sang gadis ketus.

"Nanti kau ikut aku… setelah pulang."

[St/n] terperanjat. Apa? Tunggu kenapa dia bisa mengucapkan itu dengan mudah?! [St/n] membatin. Tapi… lagi pula dia—

"Aku sudah menyelesaikan semuanya dan tidak ada kata penolakan, Tuan Putri," timpalnya kemudian seraya mendekatkan wajahnya dan tersenyum.

[St/n] menghelakan nafasnya. Kemudian menyipitkan sebelah matanya, menatap Akashi sebal. "Memangnya kau itu Tuan Muda, hu—"

Chu!

[St/n] membulatkan maniknya sempurna. Tunggu! Barusan Akashi mengecup pipinya di… kampus?! Hey! Memangnya dia kira ini kampus punya nenek moyangnya bisa melakukan hal itu seenaknya saja?dan… bagaimana jika ada yang melihatnya?!

"Baka! Aho! Seijuro-kunno baka! Bagaimana jika ada yang melihatnya?!"

"Bukankah itu lebih baik?"

"Tapi lihat-lihat juga."

"Ah, Tuan Putri memarahiku," ucapnya menggoda. "Atau sebenarnya kau itu… senang?"

[St/n] membuka mulutnya tidak percaya, pipi dan telinganya bahkan sudah memerah hebat. "Terserah kau! Pokoknya kalau kau melakukannya lagi…."

"Apa? Kita bubar?"

[St/n] terperanjat. Astaga dia benar-benar seenaknya kalau bicara. "Enggak, bukan—ah, sudahlah! Pokoknya jangan lakukan hal itu lagi, apalagi di depan yang lainnya."

Akashi tersenyum kemudian.

Semoga saja

Sementara itu. Sebenarnya anggota Kiseki no Sedai termasuk Kagami baru saja sampai di kampus, namun apa yang mereka dapatkan adalah Akashi tengah mencium lembut pipi seorang gadis—ya, manajer tim basketnya.

Niat mereka yang ingin menghampiri dua orang di depannya—[St/n] dan Akashi—seketika terurungkan begitu mereka mendapatkan pemandangan yang mengejutkan.

Langkah kaki mereka terhenti bersamaan, tatapannya tampak terkejut. Bahkan ada yang sampai menganga lebar. Ah, itu Kise. Pria bersurai blonde ini pun nyaris saja berteriak histeris jikalau tidak ditahan Midorima dengan segera.

"Kau barusan melihatnya 'kan-ssu ka?! Akashicchi… mencium [St/n]cchi," ucapnya ragu.

"Ya, aku melihatnya," balas datar Kuroko.

Midorima membenarkan posisi kacamata berbingkai hitamnya itu. "Aku… tidak menyangka-nanodayo. Bahkan saat ada di kampus," ucapnya kemudian.

"Kagamicchi, sebaiknya kau segera mengibarkan bendera putih," sahut Kise menggoda pria dengan alis terbelah itu.

"Tunggu dulu. Bukankah [St/n] bilang ia sudah bertunangan? Apa mungkin tunangannya itu benar-benar…."

"Akashi-kun."

Hening.

Kisedai termasuk Kagami mulai berpikir saksama. Sayangnya harapan [St/n] kali ini meleset. Ya, Dewa tidak mendengarkan doanya kali ini.

Gadis itu dan Akashi pun tidak menyadari keberadaan kawan-kawannya ini. Dua sejoli ini malah asyik saling menjahili satu sama lain. Entah itu Akashi yang tetiba jahil untuk merangkulnya karena pendek atau sang gadis—[St/n], yang jahil menarik dasi Akashi dan membuat sang pria harus berkali-kali memperbaiki dasinya yang sudah terpasang sempurna itu.

Tak lama kemudian sebuah ide terlintas dalam pikiran Kise. Pria itu memberikan seringaian jahil kemudian berniat memberitahukan pada Takao juga, sementara Midorima masih bisa menahan imagenya dengan baik ; Murasakibara yang kurang peduli sama halnya dengan Aomine ; Kuroko, ah, dia masih mempertahankan bentuk wajah datar andalannya ; Kagami? Dia sudah hancur, sesungguhnya.

"Hey, aku punya ide. Bagaimana jika memancing mereka berdua."

👑

Kegiatan kembali seperti biasa. Koloni [St/n] dan kawan-kawan masih setia berada di Cafetaria—duduk di bangku panjang di tengah-tengah, sambil menghabiskan sisa waktu istirahat mereka dengan bersenang-senang—entah apa yang mereka bicarakan.

Namun salah seorang anggota koloni yang tetiba datang masih setia pula bersama mereka—Mikaela.

"Ne! Ne! Ne! [St/n]cchi! Apa kau mau nonton bioskop Minggu ini?" sahut Kise bersemangat.

"Ide bagus itu, bagaimana menurutmu, Shin-chan?" timpal Takao. Sementara Midorima menjawabnya dengan anggukan kepala.

"Kita akan berpasangan dan aku yang akan menentukannya-ssu!" Sahut Kise kembali, namun entah kenapa dia lebih bersemangat.

Jujur saja, sebenarnya [St/n] sudah merasa curiga dari tadi, tapi toh tidak baik berprasangka buruk. Bukankah itu sama halnya jikalau dirinya tak mempercayai teman-temannya itu?

"Ya, terserah kau sajalah Kise-kun," balas [St/n] dengan malas.

"Ja, [St/n]cchi dengan… Akashicchi-ssu!"

Eh?!

Kisedai kecuali Akashi mengangguk mantap—setuju dengan usulan Kise yang… ah, sudahlah—[St/n] terperanjat begitu juga dengan Mikaela, bahkan gadis itu menganga sambil membulatkan manik violetnya lebar.

Gadis belonde itu menggebrak meja. "Hey! Seharusnya Sei-chan denganku bukan dia!" ucapnya sarkas sambil menekankan kata 'dia' dan menunjuk sang gadis yang dimaksud.

"Tapi aku lebih suka melihat Akashicchi dengan [St/n]-ssu," balas Kise, tak mau kalah.

"Aku juga-nanodayo," timpal Midorima, masih seperti biasa—membenarkan kacamata berbingkai hitamnya.

"Aku juga, kupikir Akashi-kun dan [St/n]-san itu lucu," giliran Kuroko. Masih dengan wajah innocent plus-plusnya. "Dia lebih pendek dariku, kalau aku melihatnya jalan berdampingan dengan Akashi-kun yang lebih tinggi darinya…."

"… jadinya lucu-ssu. Apalagi tinggimu hanya sampai sebahu Akashi-kun," Kise melanjutkan.

Oi! Oi! Oi! Serangan kalian itu… menyakitkan, lho. Sungguh batin [St/n].

Mendengarkan penjelasan panjang kali lebar sama dengan luas dari Kisedai, [St/n]—gadis itu hanya tersenyum kaku, sambil berharap Akashi mengatakan sesuatu. Tapi apa faktanya? Akashi pun hanya terkekeh kecil sambil tersenyum.

"Jadi kita sepakat, ya? Aku dengan Kise ; Kuroko dengan Kagami ; Midorima dengan Takao dan sisanya berdua," jelas Aomine.

Sisa? Ah, dia tidak menyebutkan nama dua orang itu. Sebenarnya [St/n] jika ini menjadi serangan dari Kisedai. Ditambah lagi dengan tidak menyebut dua nama itu, seolah-olah mereka jadi lebih terdengar menyakiti salah seorang yang dimaksud.

"Ne, Murasakibara-kun… bagaimana jika kau denganku saja? Kau tahu… aku ingin kau memberikanku saran tentang snack enak nanti. Bagaimana?" tawar [St/n] ringan sambil tersenyum ceria.

Murasakibara tampak berbinar-binar dan dengan senang hati nan bersemangat seakan-akan ia akan menjawab 'iya'. Namun apa daya, seketika ia mengurungkan niatnya kala ditatap dengan tatapan yang bisa di artikan 'tolak itu Murasakibara! Tolak!' keluar dari manik Takao dan Kise.

Ah, mereka lebih bersemangat untuk mengerjai [St/n]—gadis yang menjadi sepupu dan manajer tim basket sekolahnya.

Seketika terdengar suara berita, tapi jelas itu siaran dari berita sekolah. Berita yang dibuat-buat Cinematography Club—tentunya masih ada unsur fakta di dalamnya. Namun sedikit berbeda.

Seketika suasana Cafetaria menjadi ramai, bahkan tidak jarang intens pandangan menoleh pada koloni di tengah-tengah Cafe. Tentu untuk melirik Mikaela dan Akashi. Entah untuk membandingkan mereka berdua atau sejenisnya. Ya, [St/n] tidak mengerti dan tidak terlalu mempedulikannya.

[St/n] ber-'he' panjang. "Jadi sudah menyebar, ya?" ucap gadis itu dengan nada entah apa, pandangannya pun ia mincingkan.

"Tentu saja, bagaimana tidak? Aku dan Sei-chan itu terkenal, memangnya kau?" balas gadis blonde itu sombong.

Kena!

"Ah, begitu. Kalau begitu aku pergi, maaf mengganggu waktu kalian berdua," sahutnya kembali dengan wajah datar kemudian berdiri, berniat meninggalkan Cafetaria, namun apa daya… seketika Akashi menahan tangannya.

Gadis sadistic itu terkejut, dia mulai membulatkan manik [e/c] sempurna. Oi! Oi! Oi! Ini bukan yang seperti aku maksud Seijuro-kun! [St/n] berteriak dalam batinnya.

"Apa kau akan pergi begitu saja?"

Heh?!

Meja kembali digebrak Mikaela, gadis itu pun berdiri—menatap Akashi tidak percaya. "Kenapa kau lebih memilihnya… Sei-chan?!"

Kesempatan! Selagi Akashi tetiba menatap dingin Mikaela, [St/n] pun langsung melepas jeratan Akashi darinya kemudian bergegas pergi, namun sayangnya ia tertangkap lagi dan kini—

—Akashi menahan dirinya tepat berdiri pula di depannya. Tidak ada jalan lagi.

"Sei-chan!"

"Mika," panggil Akashi dingin.

[St/n] menatap Akashi, memberikan isyarat untuk menyingkir dari depannya. Namun Akashi yang mengerti tidak peduli. Ini benar-benar tidak sesuai rencana sang gadis!

Maksud dia bersikap biasa adalah membiarkan Mikaela dengan Akashi, sepuas-puasnya sampai ia tanpa sadar menjalankan bidak yang salah, membuat celah kecil untuk [St/n]. Mungkin seperti kebohongannya yang mulai terdengar wartawan, dengan memanfaatkan klub CG agar berpura-pura itu saja cukup. Lalu mading? Ya, itu bisa dimanfaatkan dengan membuat majalah yang hanya akan tersebar di kampus mengenai hubungan entah apa antara Akashi dan Mikaela. Atau yang lebih baik adalah tanpa sadar Mikaela membeberkan semua rahasianya sendiri secara tersirat, namun hal itu tetep [St/n] bisa manfaatkan. Dengan menyudutkannya. Namun semuanya gagal! Akashi menjalankan bidaknya sendiri.

"Sejujurnya aku tidak ingin melakukan ini."

Heh?! Melakukan apa?!

"Apa kau pernah menonton Opera Sabun? Kau tahu… ada beberap scene yang selalu aku ulang kembali," timpalnya kembali.

"Huh? Apa mak—"

"Akan kukatakan yang sebenarnya, kau datang dan mengaku menjadi tunanganku, lalu dengan seenaknya kau menghina [St/n]. Benar?"

"Ap-apa maksudmu?! Astaga! Kau lebih memilih gadis biasa itu… ?!"

"Dia bukan gadis biasa."

[St/n] terperanjat. Manik [e/c] ia bulatkan sempurna. Niatnya ingin pergi pun ia urungkn kembali—penasaran bagaimana dirinya bagi Akashi.

Tidak peduli jikalau itu hal yang negatif sekalipun. Yang dia inginkan hanya… pernyataan langsung tentang dirinya, langsung dari Akashi sendiri.

"Dia kuat, penyayang dengan cara yang unik, selalu tersenyum bahagia, kesedihannya seperti melihat anak-anak menangis, dan…."

Akashi menolehkan pandangannya pada gadis di depannya sambil tersenyum hangat, lembut, juga bersahabat.

[St/n] masih penasaran dengan kelanjutnya. Akashi kembali melihat Mikaela di depannya, kemudian melanjutkan, "kau tidak akan mengerti sekalipun aku jelaskan."

Sial! Umpat sang gadis.

Mikaela menyilangkan kedua tangannya, kemudian membuka mulutnya sambil tersenyum dan mengenduskan nafasnya tidak percaya dengan ucapan Akashi.

"Apa kau—"

"Sepertinya tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, kenapa kau tidak pergi saja… dan jangan kembali?"

"Ka-kau—aku tidak menyangka ternyata kau seperti ini?! Kau mengusirku? Dan apa-apaan tentang opera yang kau maksud?" Mikaela mengenduskan nafasnya, terkekeh kecil. "Kekanak-kanakan sekali."

"[St/n]."

Gadis sadistic itu menoleh pada Akashi dan tanpa mengatakan apapun lagi, Akashi seketika menarik tangan [St/n], kemudian menjatuhkan tubuh sang gadis dalam pelukan hangatnya.

Tangan kiri pria bersurai red pinkish itu kuat menahan tangan kanan sang gadis, sedangkan tangan kirinya sudah sedari tadi ia tempatkan pada dagu sang gadis kemudian sedikit menariknya ke atas. Kepalanya ia sedikit miringkan kekiri kemudian tepat sasaran!

Kedua benda lembut itu bersentuhan.

[St/n] berciuman dengan Akashi di Cafetaria kampus, disakaikan mahasiswa/i dari berbagai jurusan… dan juga Mikaela sendiri.

Kejadian yang mengejutkan terjadi lagi di tempat yang sama.

Pertemuan—awal peperangan Crimson Prince dengan Sadistic Princess.

Dan tempat mereka mendeklarasikan dirinya—dengan sentuhan manis di bibirnya—menyatakan jika mereka sudah 'berdamai'.



















Chapter 23 owari! Dadadada~ panjang sangadh 😂 lupa gak liat-liat jadi kebablasan :v wkwkwk~ gapapa deng~

BTW scene di chapter ini terinspirasi dari RL 😂 bagian yang reader di kata  P E N D E K  :'3 sumpah manteman Mikajeh pada jahad ngatain ue pendek, cebol, boghel, dan sejenisnya :'v padahal di kelas ada yang lebih pendek dari ue 😤 mana sebelah ue yang di sanding-sandingin (posisinya Akashi kalo disini) ketawa-tawa aja X'D mana emang tinggi juga tuh makhluk :'3

Terus soal ekskul Cinematography emang ada di sekolahku :v dan saiah—Mikajeh, salah satu anggotanya X'D terus yang ue sebut sebagai anggota eksekutif CG itu emang kenalan ue 😣 dia kakel~ biasa Mikajeh panggil 'Om', gak suka ue sebut nama akhirnya, dan ngatain Mikajeh itu kalo gak 'cupu' ya 'toto' 😂😂🔫

Udah ah ue jadi curcol 😅

Next chapter review '3' udah dah di akhirin aja trouble yang ini wkwkwk :b Mikajeh juga dah males kalo masalah ini di panjang-panjangin 😂😂🔫 disini reader gk jahat kok sebenernya '-' baek beud malah :3 cuman karena ya… rada sadis jadi nyangka reader jahat 😝 oh, Akashi masa bilang-bilang yang aneh-aneh lagi :v kampret emang nih orang *plak* /gaplok Akashi/

Makasih yak manteman terchuyunk~ udah sampe 23 bertahan :v wkwkwk~ sempatkan vote dan komennya yak :3

Terimakasih juga untuk Cheritz.co khususnya Mr. Kanjeng Dimas Jumin Han 😂 yang menginspirasi scene di sini :v jujur aja, like it beud ama scene pas 'first kiss' G U E sama Mz. Jumin 😻

Terimakasih _(:3  J   )_

Neko Kurosaki

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro