Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(22)

♠♠♠

Entah ini keberuntungan atau tidak, ditengah-tengah keributan akan berita pertunangan Seijuro Akashi yang mulai bertebaran tetiba datang seorang gadis yang mengaku menjadi tunangan sang empu.

Ya, jujur saja. Gadis itu—[St/n], sedikit agak risih. Kalau dikatakan cemburu... sepertinya tidak. Ya, mungkin gadis ini merasakan kecurigaan melihat Mikaela tetiba datang, lalu mendedikasikan dirinya sebagai 'tunangan resmi Akashi-sama'.

Oh, sudah hampir 3 hari ini masalah ini belum juga mencuat. Tapi berita tentang hubungan entah apa antara Akashi dan Mikaela justru menjadi buah bibir diantara mahasiswa dari berbagai jurusan.

Lebih banyak orang mengira mereka hanya sekedar kerabat jauh, atau teman saat Akashi tengah berada di Inggris kala itu. Tidak lebih.

Saat ini, seperti biasa—koloni kecil [F/n] dan kawan-kawan berkumpul di cafetaria. Ya, daripada dibilang berkumpul mungkin lebih disebut menjadi penonton gratisan drama—maaf lebih tepatnya memandang kedua 'baka couple¹'. Lalu entah kenapa posisi ini benar-benar seperti tengah menonton teater. Bagaimana tidak? Posisi duduk [St/n] bejejer lengkap di sebelah kirinya ada Takao, Kagami, Kuroko, dan Aomine ; kanannya ada Kise, Midorima, dan Murasakibara. Tentu di depan mereka 'pasangan baka couple' itu.

Tidak ada yang berkomentar apapun. Ya, tidak ada. Bahkan [St/n] hanya duduk dihadapan kedua baka couple itu sambil menaikkan kedua tangannya di atas meja—seraya orang yang tengah berpikir keras sambil menatap tajam sesuatu di depannya.

"Ayo Sei-chan. Kau belum makan, 'kan? Aku sudah buatkan ini, lho," ucap Mikaela sembari menyodorkan sushi dengan potongan yang tidak terlalu besar itu.

"Tidak." Akashi menolak dengan dingin. Bahkan saking dinginnya membuat [St/n] hampir menumpahkan tawanya yang lebar.

Sejujurnya Akashi merasa risih, toh 'tunangannya' sendiri menatap dirinya dengan wanita lain—tengah bermesraan. Anggap saja ini menjadi alasan Akashi bersikap dingin pada Mikaela.

Akashi tidak menatap gadis di depannya, hanya fokus pada tablet di genggamannya. Ya, jika ditanya kali ini apa yang ia lihat, tentu menilik hasil saham perusahaan miliknya yang tengah ia kerjakan.

"Ayolah Sei-chan, cobalah ini." Mikaela bersidekap. Masih tetap memaksa Akashi. Namun Akashi tetap menolak. "Sekali ini saja lalu ucapkan 'ah—"

Hump!

Manik Mikaela membulat sempurna begitu mendapati sumpit dengan sushi yang ia sodorkan dimakan. Ya, dimakan.

Bahkan anggota Kiseki no Sedai dan Kagami pun terkejut dengan apa yang ia lihat. Sementara Takao? Ya, pria bersurai hitam itu tertawa lepas.

Oh ya, yang memakannya tentu bukan Akashi. Akashi sendiri bahkan mematung terkejut ketika gadis itu—[St/n] memakan sushi yang disodorkan Mikaela.

Tiba-tiba saja [St/n] memajukan tubuhnya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, kemudian memakan sushi yang harapannya dimakan Akashi, namun naas, sushi itu justru mendarat sempurna di mulut sang gadis—[St/n].

Setelah berhasil memakan sepotong sushi itu, [St/n] memundurkan tubuhnya kembali dengan wajah santai plus innocent miliknya yang bahkan hampir menyetarai Kuroko. Masih dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan menatap baka couple di depannya. Tentu tidak lupa ia lumat secara mekanik dengan baik sushi yang masih di dalam mulutnya itu, lalu menelannya perlahan.

"Ah, pantas saja Seijuro-kun tidak mau memakannya. Kau mencampurkan bumbu seaweed pada nasinya," komentar sang gadis santai.

"Me-mamangnya apa masalahmu?! Dan itu seharusnya dimakan Sei-chan bukan kau!" ketus Mikaela dengan penekanan di akhir kata sambil menunjuk sang gadis. Masih bisa mempertahankan wajah (sok) imutnya.

"Oh, maaf," balasnya masih dengan wajah tak bersalahnya.

Mikaela menghelakan nafasnya pelan. "Kali ini Mika-chan maafkan," ucapnya kemudian.

"Aku beli minuman dulu, bagaimana dengan kalian?" ucap Akashi sembari berdiri.

"Aku ikut denganmu-nanodayo," sahut Midorima sambil membenarkan posisi kacamatanya.

"Aku juga-ssu!" giliran Kise. Pria bersurai blonde ini mengangkat tangannya bersemangat.

"Aku ingin beli beberapa snack, apa kau ingin menitip sesuatu [St/n]chin?" tanya Murasakibara.

[St/n] sedikit mempoutkan bibir mungilnya dan berpikir sejenak, kemudian tersenyum dan mendongakkan sedikit wajahnya melihat Murasakibara. "Seperti biasa," jawabnya. Dibalas anggukkan Murasakibara tanda mengerti.

"Aku mau beli vanilla milkshake. Bagaimana denganmu, Kagami-kun?"

"Aku ikut saja."

"Aku ke toilet dulu." Izin Aomine. Ya, dia masih seperti biasa, tampak santai dengan memasukkan kedua tangannya dalam saku dan berlalu begitu saja.

"Kau mau minum apa, [St/n]?" tanya kembali Akashi pada sang gadis. Tidak lupa seulas senyuman manis nan menawan pria bermanik crimson ini berikan.

[St/n] membalas senyuman sang empu, kemudian mengatakan, "seperti biasa." Dengan santai.

Akashi mengangguk. Paham. Jika ditanya apa yang [St/n] pesan padahal sang gadis hanya mengatakan 'seperti biasa', ya, mereka sudah sangat tahu apa yang akan gadis itu pesan. Jika ditanya minuman kalau bukan ice milo coffee, ya, [fv/d] ; snacknya kalau bukan pocky, ya, [fv/f].

Simple is the best!

"Ano... Sei-chan. Aku juga, n-ne?" sahut Mikaela sambil tersenyum kaku. Ragu.

Sejujurnya Akashi tidak mengerti permintaan sang gadis. Ya, dia mengangguk saja entah apa yang nantinya dia beli untuk gadis yang terduduk di sebelahnya itu.

"[St/n]!" paggil Takao. Pria itu pun berdiri sambil memberikan ponselnya tepat di depan gadis yang di panggilnya. "Aku juga ke toilet, titip ponselku sebentar," lanjutnya kemudian.

Sesaat kemudian semua anggota Kisedai, Kagami, dan juga Takao pergi—menelusuri tujuannya masing-masing—dan kali ini [St/n] hanya tinggal berdua dengan Mikaela. [St/n] tidak terlalu tertarik untuk berbicara dengan gadis di depannya, jadi dia lebih memilih memainkan Mobile Legend pada ponselnya. Dengan sangat fokus, tentu saja.

"Ah, dasai²!" ucap Mikaela tiba-tiba sambil menyandarkan tubuhnya. [St/n] tidak menoleh sedikit pun padanya. "Ternyata mendekatinya memang sulit walaupun aku sangat dekat dengannya saat di Inggris. Apa aku harus lebih menggodanya?" ucapnya entah pada siapa.

Mikaela membuka ponselnya kemudian, lalu menekan tombol dengan simbol kamera. Dia melihat dirinya pada kamera di sana. "Padahal aku sudah secantik dan seimut ini. Ah, memang hanya Seijuro Akashi-sama yang bisa menyetarai diriku," ucapnya percaya diri.

Memangnya kau ini punya penyakit narsisisme³? Batin [St/n]. Tentu tidak peduli bukan berarti tidak mendengarkan, ya, walaupun nampak tak peduli sebenarnya gadis ini—[St/n] selalu menyadari satu hal di sekitarnya, ya, walaupun hanya bisa menyadari satu sisi saja.

"Ah, Mika-chan bosan! Aku juga ingin membeli sesuatu, seharusnya aku tadinya meminta pada...." Mikaela menghentikan kalimatnya sesaat, sambil menatap tajam [St/n] yang tak bergeming sedikit pun di hadapannya "...Atsu-kun?"

[St/n] masih berdiam diri. Ia masih bisa mengendalikan dirinya agar tidak terpancing.

Jadi ini wajah aslimu, huh? [St/n] kembali membatin. Ternyata dugaanku benar.

👑

Sementara disisi lain. Akashi dan Midorima memandang [St/n] yang tengah berbicara dengan sosok asli dari Mikaela. Sejujurnya Akashi sendiri sudah tahu akan sifat aslinya, itulah alasan mengapa ia memberikan sikap dingin dan tak acuh padanya.

"Akashi, apa dia benar-benar tunanganmu-nanodayo?" tanya Midorima.

"Tentu saja bukan, itu hanya bualan dia entah apa tujuannya. Tapi Midorima, akan kuberitahukan sesuatu," balas Akashi. Pria bermanik crimson ini kini menolehkan pandangannya bersamaan dengan Midorima ke arah kedua gadis yang duduk tak jauh di sana. "Itulah sifatnya yang sebenarnya. Egois, seenaknya, dan kejam."

"Apa [St/n] tahu—dengan sifatnya?"

"Entahlah." Akashi menyeringai. Kemudian kembali melanjutkan, "tapi kurasa dia tahu."

Plak!

Suara pukulan keras. Ya, intens pandangan kini terfokus pada seorang gadis.

[St/n]—gadis itu dengan santainya ditambah dengan wajah innocent dan super datar miliknya—memukul tepat di pipi kiri Mikaela. Mikaela yang terkejut akan apa yang barusan terjadi, hanya membulatkan manik violetnya sempurna sambil menyentuh pipinya yang sedikit lebam.

Midorima terkejut, sementara Akashi menghelakan nafasnya kemudian tersenyum. Mereka berdua pun langsung berjalan—kembali ketempat mereka duduk.

Juga, Anggota Kiseki no Sedai dan Kagami yang baru saja sampai tepat di samping tempat koloni [St/n] duduk membulatkan maniknya masing-masing sempurna. Tidak menyangka [St/n] bahkan memukul seorang gadis, bahkan dengan santainya pula ia mengucapkan, "oh, maaf. Tadi ada lebah." Dengan wajah yang lebih datar dari sebelumnya.

Mikaela menoleh ke arah Akashi sambil memberikan wajah (sok) imutnya. "Sei-chan… dia—"

"Aku tahu," sela Akashi cepat.

Takao? Dia membuka mulutnya lebar namun masih sempat-sempatnya tersenyum pula. Ah, memang sepupunya ini… so something!

Mikaela yang masih terkejut, seketika menitihkan air mata (buaya) miliknya di depan Kisedai plus Kagami.

Ya, sejujurnya ini bukan pertama kalinya [St/n] membuat seorang gadis menangis. Sebelumnya hal ini pernah terjadi. Beberapa bulan yang lalu. Namun kabar itu tidak terdengar, karena kejadiannya justru dikenal dengan salah satu 7 cerita hantu di kampusnya.

Isak tangis Sadako-san di toilet lantai tiga pintu ke-3 Kampus Komba.

Salahkan ketiga gadis yang hanya disembur dengan kata-kata kemudian langsung izin ke kamar mandi dan menangis hampir sejam pelajaran. Jika ditanya izinnya ke siapa… tentu ke [St/n] sendiri, toh saat itu ia menjadi kepercayaan guru untuk menertibkan kelasnya saat itu.

Kemudian disusul kedua temannya si marshmallow girls⁴, Manami Akasaki dan temannya yang sedikit kebule-bulean, Dai Kitaharu. Yang juga ikut izin ke toilet. Namun dengan niat konyolnya untuk menguping apa yang dibicarakan ketiga temannya saat itu, justru menjadi tragedi menyeramkan.

Saat kedua gadis dari kelas sebelah ikut nimbrung ke toilet hanya untuk sekedar membasuh tangan dan wajah—justru dibuat bergidik ngeri karena mendengar suara isak tangis yang semakin menjadi dan suara keran air yang tetiba keluar tanpa ada seorang pun yang berkata-kata saat mereka sapa.

Jika ditanya siapa yang menyalahkan keran airnya… ah, itu hanya ketidaksengajaan Manami dan Dai. Dan tak lama kemudian, tersebar salah satu 7 cerita hantu yang sudah terbukti.

Ya, sebenarnya ini bukti konyol.

Oke, kembali ke cerita.

[St/n] melirik ke arah Akashi. Kemudian pandangannya kembali ia tolehkan ke arah ponsel Takao yang sempat pria itu titipkan, kemudian mengambilnya lalu meninggalkan beberapa yen untuk membayar pesanannya. Gadis itu pun melangkahkan kakinya, mendekati Akashi dan mengambil minuman titipannya. Ia lanjutkan berjalan ke arah Murasakibara dan mengambil pocky rasa kesukaannya.

Ia berlalu begitu saja tanpa mengatakan apapun. Namun sebelum benar-benar meninggalkan TKP, [St/n]—gadis itu berhenti sejenak, kemudian ia putar tubuhnya mengarah anggota Kisedai, Kagami dan Takao yang masih mematung lalu melempar ponsel Takao begitu saja, untungnya Takao dapat menangkapnya dengan baik.

"Aku tahu apa yang kau lakukan Takao," ucap gadis itu kemudian kembali berbalik dan melanjutkan, "arigatou."

Takao menghela nafasnya sambil tersenyum dan menautkan kedua alisnya.

"Seharusnya kau mengucapkan itu sambil melihatku… [St/n]."

👑

Hari ini terasa begitu sepi. Lalu entah kenapa koloni anggota Kiseki no Sedai, Kagami, juga Takao kembali ke basecamp pertama mereka : atap kampus.

Semuanya serempak, tampak bermalas-malasan mengingat kejadian dua hari yang lalu, dan [St/n] masih belum mengatakan apa pun bahkan bertemu mereka, Mikaela pun sama, gadis itu tetiba absen tanpa keterangan apa pun.

"[St/n]cchi… aku tidak tahu dia benar-benar sesadis itu-ssu," ucap Kise sambil memandang langit biru.

"Aku juga… padahal dia tampak baik-baik aja," timpal Kagami.

"Apa kalian yakin dengan itu?"

Kali ini Akashi membuka mulutnya. Ya, tidak salah lagi. Biasanya dia yang paling kalem di antara koloni penghuni atap kampus ini—kini membuka suaranya.

Takao yang sempat terkejut pun tampak bingung, namun seulas senyuman ia rekahkan—kala mengetahui Akashi tanpa sadar membela sepupu sadisticnya itu.

"Sebaiknya kalian mendengar ini dulu," timpal Takao sembari merogoh ponsel dalam sakunya dan membuka perekam suara. Ikut membela.

Ia memantapkan volumenya sampai batas maksimal, kemudian menekan tombol 'play' yang tertera pada layar ponselnya. Hasil rekaman pun keluar.

[…padahal kau terkenal karena cantik, ceria, namun gosip yang kudengar kau juga sadis. Ah, menurutku biasa saja. Hanya gadis yang tidak suka bersosialisasi dan tidak banyak bicara, bahkan terkesan jutek …]

Anggota Kisedai dan Kagami yang mendengarnya tertegun. Tertegun bukan karena beberapa hal tentang [St/n] di anggap hanya bualan semata, melainkan karena suara sang gadis masih tidak terdengar.

Apa segitunya dia bisa menahan cemoohan itu-ssu ka? Batin Kise.

[St/n]-san bahkan Kuroko.

[…ah, dan Sei-chan. Dia bahkan tidak terlalu dekat denganmu, padahal kudengar kau sangat dekat dengannya, bahkan ada yang mengira kalian sepasang kekasih? Ah, tidak mungkin Sei-chan tertarik dengan dirimu yang biasa saja, 'kan? Apa yang menariknya dari dirimu? Oh, apa kau mendekatinya hanya karena—plak!…]

[…oh, maaf. Tadi ada lebah…]

Rekaman langsung dihentikan. Hening. Seketika menjadi keheningan yang panjang. Semuanya benar-benar tidak menyangka apa yang baru saja seorang gadis yang tampak terlihat manja juga polos memiliki sisi… ah, sudahlah. Bahkan memikirkannya saja membuat Kisedai dan Kagami sendiri menjadi jijik. Menjijikkan. Benar-benar menjijikkan!

"Apa-apaan dia itu-ssu?! Dia meremehkan manajer kita seperti itu-ssu!"

"Bahkan berpikir dia itu gadis murahan?! Benar-benar ingin kuhancurkan pita suaranya itu!"

"Aku juga merasa marah."

"Aku tidak menyukai Mikachin semanis apapun dia, tetap [St/n]chin yang paling manis."

Akashi, Midorima, dan Takao bersweatdrop bersamaan. Mereka cukup dibuat terkejut akan kawan-kawannya yang seketika berpindah haluan dengan cepat setelah tahu apa yang baru saja di dengarnya.

Suasana kembali hening. Ya, keheningan yang cukup panjang setelah sesaat keributan tadi.

"Akashicchi, apa dia benar-benar tunanganmu-ssu ka?" tanya Kise polos. "Kau tahu, aku lebih suka kau dengan [St/n]cchi-ssu."

Akashi membulatkan manik crimsonnya sempurna. Tunggu! Apa Kise baru saja mendukung hubungannya dengan [St/n]?

"Aku juga setuju (-desu|-nanodayo)," timpal Kuroko dan Midorima bersamaan.

"Aku tidak suka mengatakan ini, tapi setelah kupikir-pikir kau sebaiknya dengan [St/n]." Bahkan Aomine.

Untuk sesaat Akashi menyendu. Apa Aaomine sudah memberitahu dia? Ah, sudahlah. Kejadian yang sebenarnya pun hanya salah paham belaka batin Akashi.

Akashi mengembangkan senyumannya. Senyuman yang jarang mereka lihat—senyuman yang bersahabat.

"Dia bukan tunanganku."

Eh?!

"Mungkin jika memang sudah tiba, aku akan mengenalkan kalian dengan tunanganku yang sebenarnya."

Kise menghelakan nafasnya lega. "Begitu-ssu. Oh, Takaocchi, apa [St/n] benar-benar akan datang-ssu ka?"

"Ya, tentu saja. Dia itu sangat menepati janjinya walaupun sudah sangat telat sekali pun."

Kriiit!

Pintu atap seketika terbuka. Menampakkan siluet seorang gadis berperawakan kecil dengan tubuh ramping, rambut [h/c] yang tergerai panjang seketika tersibak karena tiupan angin begitu ia melangkahkan jenjang kakinya tepat di atap.

Ini dia… orangnya. Panjang umurnya, dewa! Batin Kisedai bersamaan.

Netranya menatap sekumpulan pria pelangi di hadapannya yang tepat tengah menatapnya aneh. Sungguh, itu membuatnya sangat risih.

"Ke-kenapa? A-ada masalah apa, huh?!"

"[St/n]cchi," ucap Kise polos yang sudah berdiri di hadapannya.

[St/n] menautkan kedua alisnya sambil menaikkan sebelah sudut bibirnya kaku. "A-apa… Kise-kun?"

Grap!

"Gomennasai-ssu! Karena menilaimu yang jelek-jelek-ssu! Hontouni gomennasai-ssu!" tiba-tiba saja Kise memeluknya. Bukan pelukan hangat atau pelukan seperti seorang ayah ke putri kecilnya, melainkan seperti seorang gadis kecil yang tengah memeluk boneka kesayangannya sangat kencang.

"Baiklah! Baiklah! Aku mengerti! Jadi lepaskan aku Kise-kun!"

Lalu pada akhirnya [St/n] tewas di tempat—maaf, mungkin lebih tepatnya dia terpojok sambil menyandar pada besi pembatas dan menatap langit. Ingin rasanya dia berkata kasar—jikalau dia tidak ingat posisinya sebagai pewaris tunggal sejati [L/n] Group. Ya, seorang 'Tuan Putri' dan tunangan resmi yang sebenarnya dari Seijuro Akashi.

Sebagai catatan, bukan hanya Kise yang memeluknya bahkan Kagami dan Aomine pun tidak mau kalah. Mungkin jika gadis lain mereka akn merasa bahagia jika berada dalam posisinya, tapi tidak bagi dirinya.

Soal dirinya yang tetiba menjadi seperti orang tewas. Pikirannya yang sudah kacau, wajahnya memerah entah karena amarah atau apa, bahkan wajahnya tampak lebih kacau lagi. Sejujurnya itu karena dirinya yang parno bila dekat dengan pria. Maksud dekatnya ini ada beberapa syarat.

Pertama, pria itu berdiri tepat di hadapan [St/n]. Dia benar-benar akan merasa jijik atau entah apa jika ada pria yang tidak dia kenal atau kenal benar-benar tengah berdiri di hadapannya. Toh, tidak ada yang tahu apa yang kelak pria mencurigakan itu lakukan, bukan?

Kedua, pria itu berdiri atau duduk tepat di sebelah [St/n] dengan niat jahat. Bagaimana [St/n] bisa tahu niat-niat buruk orang yang berusaha mendekati bahkan menyentuhnya walaupun sedikit? Jawabannya mudah, secara fisik pria yang biasa memiliki niat buruk memiliki wajah khas mencurigakan. Bahkan dengan aksinya mendekati sang gadis, dapat [St/n] tahu dengan lebih mudah lagi. Ya, hal ini sering terjadi saat dalam posisi duduk maupun berdiri. Dalam bus maupun kereta.

Dan—

"Karena [St/n]cchi sudah datang dan sebagai permintaan maaf kami. Kami akan membelikanmu sesuatu di cafetaria, bagaimana-ssu ka?"

"Boleh juga."

"Ah, kebetulan, ada snack yang harus [St/n]chin coba."

Setelah anggota Kisedai dan Kagami sepakat untuk ke cafetaria mentraktir [St/n], mereka pun segera melesat cepat menuju cafetaria. Sementara tinggal tersisa… mungkin… 3 orang.

"Tenang saja aku akan pergi."

Oh, sisa dua orang.

[St/n] dan Akashi terkekeh bersamaan. Ah, tidak disangka Takao akan sadar jikalau keberadaannya disini akan menjadi tokoh paling miris. Tentu saja! Memangnya dia mau menjadi penonton gratisan (lagi) melihat sepupu dan tunangannya berduaan di atap? Tentu saja tidak!

Takao berdiri sembari membersihkan sedikit celananya yang kotor, kemudian berbalik dan menyusul kawan-kawan pelanginya yang sudah lebih dulu meninggalkannya.

"Takao!"

Namun langkahnya terhenti beberapa langkah di depan pintu begitu dirinya merasa terpanggil. Dia memutar tubuhnya, tapi tiba-tiba saja dirinya di sapa dengan kecupan singkat yang lembut di pipi kanannya.

[St/n] mencium singkat Takao, yang sontak membuat sang empu cukup membeku, namun dengan cepat ia langsung sadar dari lamunannya.

Sepupunya itu pun sudah melepaskan kecupannya pula, kemudian menatap Takao sambil tersenyum, dan berkata, "arigatou, Takao. Mungkin jika tidak ada bukti dari rekamanmu, masalahku akan lebih sulit."

Takao menghelakan nafasnya, kemudian terkekeh. "Kau lupa… aku memang bertugas menjagamu," balasnya. Takao mengangkat kedua tangannya kemudian, lalu meletakkannya di kedua bahu gadis yang menjadi sepupunya itu dan memutar tubuhnya paksa sampai menghadap Akashi. Dia merangkulnya sambil berkata, "Akashi, pastikan kau menjaganya dengan benar." Sambil menaikkan sebelah sudut bibirnya.

Akashi membalas senyumannya. "Tentu saja."

"Hey! Memangnya kau ini ibuku?" ketus sang gadis.

Takao mengacak-ngacak rambutnya. "Ya, terserah kau saja, Tuan Putri. Kalau begitu aku pergi, ja."

Kriiit!

Pintu langsung tertutup dan menyisahkan dua sejoli ini. [St/n] kembali menatap Akashi setelah melihat punggung Takao—sepupunya yang sudah tidak terlihat lagi. Gadis itu melangkahkan kakinya kemudian dan berdiri di samping Akashi sambil menatap pemandangan dari atas.

"Kau melakukannya," sahut Akashi.

"Apa?" balas tanya [St/n], polos. Kemudian [St/n] sadar, "oh, karena aku mencium Takao… atau karena Kise, Kaga—"

"Semuanya," sela Akashi singkat.

[St/n] mempoutkan bibir mungilnya dan menatap Akashi tak acuh. "Padahal kau sendiri begitu dengan Mika saat aku tidak melihat atau berada di sampingmu. Oh, kau juga pasti—"

"Kita sepakat tidak membahas itu lagi, 'kan?"

[St/n] menghelakan nafasnya. "Baiklah, baiklah, aku mengerti."

"Ah." Akashi menyeringai dan menedekatkan wajahnya pada gadis di depannya. [St/n] pun menatap tunangannya polos. "Apa mungkin Tuan Putri cemburu?"

"Cemburu, 'kah? Mungkin saja, tapi mungkin aku lebih—"

Chu!

Manik [e/c] [St/n] membulat sempurna begitu mendapat kecupan singkat dari Akashi tepat di bibir mungilnya. Gadis itu mengenduskan nafasnya perlahan. Meminta penjelasan atas tindakan Akashi yang bisa dikatakan ceroboh.

Ya, semoga saja tidak ada yang melihatnya tiba-tiba dari balik pintu.

"Penjelasannya nanti saja. Kau harus kuhukum dulu."

"Eh?!"

Akashi kali ini sudah menyempurnakan posisinya tepat menghadap tunangannya itu. Kemudian menariknya dalam pelukannya yang hangat. Pria bermanik crimson itu tersenyum namun sedikit seringaian kecil ia berikan.

Perlahan namun pasti ia mendekatkan wajahnya sambil memiringkannya sedikit agar dapat mencium sang gadis lebih dalam.

Dua benda lembut yang hangat itu saling bersentuhan kembali. Namun durasinya kali ini tidak sepersekian detik, cukup lama kedua benda tersebut bersatu. Sampai udara dalam rongga pernafasan sang gadis telah habis.

Gadis itu mendorong Akashi perlahan dan menarik dirinya untuk mengatur nafasnya, namun baru saja selesai sang gadis mengatur nafasnya. Akashi tetiba memeluknya. Kutekankan. Memeluknya. Dalam dekapan hangat yang terasa nyaman. Pelukannya tidak kuat juga tidak lemah, namun jelas…

…pelukan itu tidak mudah dilepas dalam ingatan.

Tanpa Akashi sadari, dari balik punggungnya, [St/n] terkekeh.

Ah, ternyata dia masih sama. Terlalu mengkhawatirkan banyak hal dan… hangat.

—ketiga, [St/n] tidak takut jikalau dirinya merasa didekati oleh pria selama pria itu dia kenal dengan sangat baik.

Begitulah Akashi, selalu merasa dirinya yang tidak mengetahui apapun. Rapuh, namun…

Menghangatkan.

"Jadi, apa penjelasanmu… Tuan Putri?"

[St/n] kembali mendorong tubuh atletis Akashi perlahan dan mendongakkan wajahnya menatap sang empu di depannya yang tengah tersenyum.

Gadis itu tersenyum. Senyuman menyenangkan.

"Akan kujelaskan dari awal tapi… aku butuh kerjasama darimu. Bagaimana?"








Chapter 22 owari~ dadadada~ chapter ini agak susah asli dibikinnya :v apalagi pas kissing scene <(") euh! Mikajeh tuh masih pholos sangadh :'3 jadi mungkin kissing scene di atas kurang pas :v belom dapet reperensi Kajehnya kawandd~ 😂

Oh, soal bagian '7 kisah hantu' itu terinspirasi dari RL :v posisi reader saat itu adalah  S A I A H  sendiri selaku ketua kelas pas esemveh 😀

Mikajeh gak nyeremin kok '-' serius 😝 keun Kajeh is a good  [B O Y] :3 cuman kata kawan-kawan seperjuangan Mikajeh '-' saiah tuh serem, asal gak diganggu duluan gak bakal kena semburan kata-kata tajem dari ue yang P x l = L plus nada tinggi alias marah-marah 😂😂🔫

Oke! Sekian curcolnya

Next chapter review~ (~' 3')~ Mikajeh kembaleh memunculkan karakter reader yang sadistic 😂😂🔫 entah gimana balasan dari reader untuk OC apalah itu :b Akashi-nya gimana? Ah, selo bae '-' dia mah setuju-setuju ae 😅 bahkan nanti mungkin dia melakukan hal tak terduga <(") gimana, ya? Tar aja deh tunggu kelanjutannya :v wkwkwk~

Wah kalyan yang sudah sampai seneh selamat yak kawand~ :v ganyangka bakal bertahan 😍 oh ya, sempatkan vote dan komennya yak :v biar Mikajeh kesambet bisa update gece 🙆

Terimakasih

Neko Kurosaki

Baka Couple¹ : Bahasa gaul Jepang yang di campur, artinya 'pasangan bodoh', biasanya Mikajeh nyingkat jadi 'bakapel', dan sebenernya ini tuh panggilan bakal bestie Mikajeh yang kalo pacaran dia berantem, ngambek, break, nyambung lagi, repeat 😪 (mang lo kata pilem apa bisa diulang, huh?)

Dasai² : Bahasa gaul Jepang, artinya 'jelek', 'sesuatu yang tidak keren', bisa di artikan 'membosankan' juga.

Narsisisme³ : Penyakit paikologi yang menyebabkan pengidapnya mencintai dirinya secara berlebihan.

Marshmallow Girls⁴: Nama panggilan yang muncul untuk para wanita chubby dan sedang menjadi tren diantara pengguna internet di Jepang, dengan harapan dapat mengubah sikap orang-orang terhadap mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro