(20)
♠♠♠
Dua orang sejoli tengah berjalan di tengah keramaian Kota Tokyo pada hari libur. Salah satunya bersurai crimson dan satunya lagi bersurai [h/c] panjang.
Tapi, daripada disebut pasangan, mungkin gadis itu—[St/n], lebih cocok menjadi adik dari Akashi sendiri. Bagaimana tidak? Perbedaan tinggi yang terlihat jelas dan sebagai catatan—tinggi [St/n] itu hanya kurang beberapa centi dari Kuroko, sementara Kuroko tingginya kurang dari Akashi.
Itu artinya jikalau dirinya dibandingkan dengan Akashi, tentu orang akan langsung beranggapan jika pria bermanik heterocromia ini tengah bersama adik kecilnya.
Bukan tunangannya.
Karena [St/n] terlihat sangat… pendek.
Ditambah lagi [St/n] tengah berjalan beriringan—atau lebih baik disebut berkencan—mengenakan pakaian yang membuatnya mendapat point plus kategori Gadis–Kecil–Imut.
[St/n] memang tidak mengenenakan lolita dress, namun tetap saja—kulit putih nan mulus miliknya bak boneka porselen, manik [e/c]nya yang besar, dan tubuh mungilnya yang ramping—mendukung dirinya untuk mengenakan pakaian apapun.
Termasuk gaya steampunk couture.
Gadis itu mengenakan kemeja pendek putih bergaris vertikal hitam tipis, ditambah balutan baju kodok sepanjang bawah dada sampai setengah pahanya berwarna abu-abu. Seperti biasa ia selalu mengenakan kaus kaki panjang hitam, sepatu high heals tidak terlalu tinggi yang senada dengan baju kodoknya.
Dan yang paling gadis itu suka… topi fedora hitam yang ia koleksi berbagai macam bentuk lainnya. Tentu tidak perlu ditanya siapa pembuatnya. Yang pasti dia adalah seorang designer topi terpercaya keluarga [L/n].
Topi fedora, sebuah topi yang biasanya terbuat dari bahan felt dengan brim lebar dan bagian crown berlekuk yang biasanya berkerut memanjang ke bawah crown sebatas bagian depan di kedua sisinya.
Lalu soal koleksi, terjejer rapi dalam lemari kaca. Mulai dari boater hat, pork pie hat, panama hat, bowler, trilby, homburg, top hat, dan yang paling ia sukai—cowboy hat.
Ah, soal destinasi kencan kali ini. Sejujurnya [St/n] tidak terlalu tertarik karena menurutnya hal ini melelahkan, namun apa boleh buat kala sang calon mertua yang memintanya dan tunangannya sendiri sudah repot-repot datang.
Bukankah sebaiknya dia memiliki sedikit perasaan?
Biasanya wanita lebih dominan akan lebih suka ke mall, ditambah lagi ini Tokyo. Siapa yang tidak tahu Pusat Perbelanjaan Ginza. Tempatnya barang-barang dengan design mewah dengan harga luar biasa. Ya, tidak ingin sombong saja kalau toko butik ibunya cukup besar ada di sana. Juga terkenal.
Tapi tidak dengan [St/n], gadis itu memilih menginjakkan kakinya di Taman Showa Memorial. Taman bagi banyak tumbuhan berbunga indah yang akan memberikan pemandangan yang luar biasa terutama selama musim semi dan musim gugur.
"Sudah kuduga memang tempat ini yang terbaik," sahut [St/n] seraya tersenyum lebar.
Akashi menghela nafas pelan. Kemudian mengalihkan pandangannya dari tunangannya yang tengah asik sendiri dengan kamera Canon DSLR miliknya yang seharga 50.000¥. Pria itu merogoh saku celananya, bermaksud untuk memberikan laporan hal ini pada ayahandanya.
"Akashi-kun." [St/n] berteriak. Spontan empu yang disebutkan namanya tadi menoleh langsung padanya.
Cekrek!
Gadis itu dengan cepat mengambil foto Akashi yang tengah memegang ponsel namun fokus pada sang gadis dengan kameranya.
Setelah selesai, [St/n] melihat layar pada kameranya—menampakkan foto Akashi yang tepat terfokus padanya.
"Seharusnya kau izin dulu, [St/n]." sang gadis memutar tubuhnya, dan tanpa ia sadari Akashi sudah berdiri tepat di belakangnya.
"Setidaknya hasilnya bagus, lho," balas [St/n] sambil sedikit mempoutkan mulut mungilnya dan menunjukkan hasil jepretannya.
Akashi kembali menghelakan nafasnya sambil bertolak pinggang. "Jadi… kau mau kemana lagi?" tanyanya datar.
[St/n] menautkan antar alisnya, seraya berpikir keras. Kelak kemana langkah kencannya hari ini. Gadis itu mendapatkan ide kemudian, lalu ia mengembangkan senyuman ceria khas miliknya.
"Ada beberapa tempat yang ingin kukunjungi."
👑
Dan beginilah [St/n]—berakhir di dalam taman kaca. Atau lebih tepatnya taman mawar.
Jika dibandingkan dengan taman mawar di pekarangan rumah [St/n], tentu akan jauh lebih luas taman mawar di mansion sang gadis. Namun jika dibandingkan dengan taman mawar di mansion besar milik keluarga Akashi—ya, tidak perlu ditanya lagi seberapa luas taman di sana. Ya, walaupun mungkin tidak berbeda jauh dengan yang di mansion keluarganya.
Dan kenapa… [St/n] memilih pergi ke taman mawar sekalipun di mansionnya sendiri sudah ada? Jawabannya mudah, jika sang gadis dengan tunangannya memilih menikmati mawar di pekarangan mansion keluarga [L/n], entah kekehan kecil seperti apa yang akan di berikan maid yang bekerja di sana—mansion keluarga [L/n]. Jujur saja, sang gadis tidak suka, jadi dia lebih memilih dirinya berakhir 'hanya' berdua dengan Akashi. Disini.
Bisa di bilang juga, kalau sang gadis hanya ingin bernostalgia…
… seperti saat itu.
Di sebuah sudut mansion keluarga Akashi ada taman mawar asli yang dibuat oleh ibunda Akashi, Shiori, dengan tangannya sendiri dengan penuh perhatian. Tempat pertama yang selalu [St/n] kecil kunjungi setiap kali gadis itu tengah berada di mansion keluarga Akashi.
Tentu bersama 'okasama'-nya, [St/n] belajar beberapa teknik menanam mawar seperti agar berbunga lebat dan lain sebagainya.
Di taman inilah… [St/n] dan Akashi selalu membantu 'okasama'-nya berkebun. Selalu bercanda ria, tertawa-tawa, bahkan kadang kala [St/n] meringis kesakitan akibat duri yang menggores tangannya. Namun tentu saja, Akashi muda selalu siap mengobati lukanya. Kapanpun.
Di taman mawar nan luas ini pula… [St/n] mengucapkan kalimat simple yang bahkan Akashi ingat sampai sekarang—
—namun entah karena apa, mungkin sadar akan kerapuhan dirinya. Dia menerima orang lain untuk selalu berada disisinya.
[Aku akan selalu bersama Sei-chan. Membuatnya selalu tersenyum dan….]
Akashi dan [St/n] melangkahkan kaki mereka—memasuki area taman. Taman mawar yang di bangun pemerintah Tokyo adalah tempat yang dikelilingi pagar hidup, di bagian pintu masuk terdapat gerbang dengan mawar yang terjalin.
Sesaat setelah [St/n] dan sang tunangan—Akashi, sudah benar-benar berada di dalam taman. Manik mereka menerawang bersamaan.
Manik [e/c] [St/n] berbinar-binar—kagum akan pemandangan yang dilihat melalui bola matanya. Sementara Akashi, tanpa ia sadari—ia tengah memandangi sang tunangan selagi tersenyum lembut. Jujur saja, itu pertama kalinya ia melihat [St/n] tersenyum simpul seperti itu.
Karena… biasanya mereka hanya bertengkar kecil.
Wajah sebal lah yang selalu Akashi lihat.
Taman mawar yang dibangun adalah taman yang unik dan sangat indah. Taman itu dipenuhi mawar dengan jenisnya yang beragam, seperti coktail, parade, maria callas, dan masih banyak lagi. Ada yang ditanam dalam pot, maupun dalam gundukan tanah. Bahkan ada juga yang menjalar pada dinding kaca, tiang, atau dijadikan pagar pembatas. Bentuknya pun bermacam-macam.
Lalu saat ini, beragam warna mawar bermekaran memenuhi tempat itu, dan disekitarnya dipenuhi dengan warna dan aroma mawar yang pekat. Tentu tidak mengganggu dua sejoli yang tengah berkencan ini hanya karena aroma mawar yang pekat. Toh, [St/n] sendiri pun sudah terbiasa…
… bahkan rasa sakit karena goresan mawar sudah tidak dapat ia rasakan lagi.
Tanpa Akashi sadar, [St/n]—tunangannya itu, sudah hilang dari pengamatannya. Ah, dia pasti tengah asik dengan dirinya sendiri dan kamera pada genggamannya. Sampai-sampai melupakan keberadaan Akashi sendiri.
Akashi menghelakan nafasnya, kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Apa dia harus mencarinya? Atau… duduk saja di dekat kotak taman di depannya sambil menunggu sang gadis? Ah, seandainya [St/n] bukan orang yang sulit dihubungi. Sebagai catatan, ia mengetahui informasi ini dari Takao.
Sudahlah lebih baik aku mencarinya.
👑
Akashi semakin memasuki area taman—mencari sosok yang dikira sebagai adiknya, bukan tunangannya. Kutekankan. Bukan. Tunangannya.
Dalam ruangan yang penuh dengan bunga tadi, Akashi menemukan sesosok siluet yang ia kenal dengan baik. Gadis dengan surai [h/c] yang dikuncir kepang dua seperti boneka porselen sungguhan, mengenakan topi fedora kebelakang. Tengah terduduk sambil mnyenandungkan sesuatu, sementara kedua tangannya menggenggam setangkai bunga mawar dengan rona misterius mendalam, seolah-olah hitam dan merah dicampur bersama. Bagian ujung mahkota mawar itu, terdapat sedikit gradasi putih.
Dan kamera… masih setia berada di atas pahanya ia letakkan. Juga dengan tas selempang kecilnya.
Akashi berhenti berjalan mendekati sang gadis. Sementara [St/n] masih bersenandung ria sambil melihat-lihat sekitarnya, kakinya pun ia gerakan ke depan dan belakang. Sampai ekor matanya menangkap sosok Akashi.
Gadis itu tersenyum ceria kemudian, sambil melambaikan tangannya pada Akashi. Kemudian bangkit dari tempatnya dan berlari menuju Akashi dengan semangat.
Setelah sampai dekat dengan Akashi, gadis itu meraih tangan kanan Akashi. Sontak pria bermanik heterocromia itu terkejut—kala dirinya ikut tertarik karena [St/n].
"Aku ingin membawmu ke sini," ucap [St/n] bersemangat.
👑
Akashi tidak menolak kali ini—lagipula bila dipikirkan baik-baik, ini sebuah permintaan, bukan perintah. Jadi toh, setidaknya Akashi muda menuruti permintaan kecil tunangannya—[St/n].
Entah sudah berapa lama mereka berkeliling bukan hanya sekitar Taman Showa Memorial, melainkan mereka juga berkeliling sekitar Taman Koisikawa Korakuen, Taman Yoyogi, dan terakhir—
—Taman Hama Rikyu.
Taman Hama Rikyu adalah salah satu taman paling terkenal dan paling tua di Jepang. Taman yang berada di pesisir selatan pantai Tokyo di mana dua sejoli ini bisa melihat lautan Teluk Tokyo.
Keberadaan Taman Hama Rikyu ini seperti oase di tengah-tengah bangunan-bangunan perkantoran bertingkat di Shiodome…
… dan disinilah mereka—[St/n] dan Akashi—tengah duduk di atas hamparan rerumputan hijau yang tidak terlalu tinggi. Tepat saat malam hari.
[St/n] memandang ke atas langit. Bahkan langit juga tersenyum pada mereka dengan memberikan cahaya bintang yang banyak di atasnya. Seperti seres yang ditaburkan.
Gadis itu tersenyum, bahkan kekehan kecilnya pun tak jarang didengar Akashi.
"Arigatou, Akashi-kun," sahut [St/n] seraya mengembangkan senyumannya. "Sudah mau mengajakku, kukira kau tidak akan melakukan hal ini," lanjutnya.
Akashi mengangguk. Ia pun memandang langit. Berpikir sejenak…
… apa hanya seperti ini bisa menyembuhkan rasa sakitnya?
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Akashi akhirnya.
[St/n] menundukkan wajahnya sesaat, kemudian ia tolehkan pandangannya pada Akashi. "Aku baik-baik saja." Sambil tersenyum.
Akashi memang tidak menyukai [St/n], tapi tidak membencinya. Jujur saja, selama beberapa hari gadis ini tidak absen untuk bantu tugasnya di Gym, Akashi sedikit sadar—
—jika gadis ini benar-benar orang yang serius.
Perlahan namun pasti, ia yakin akan hal itu. Ia juga yakin kalau gadis ini…
…memang gadis yang kuat.
[St/n] perlahan menggenggam tangan Akashi. Hangat. Itulah yang Akashi rasakan saat ini. Entah kenapa rasanya… benar-benar hangat.
Gadis itu masih menggenggam tangan sang empu, namun pandangannya tidak menoleh padanya. Hanya melihat ke arah langit-langit bertabur bintang.
"Gomen ne, Seijuro-kun." Akashi dengan cepat menoleh pada [St/n]. Ya, tidak salah lagi—[St/n] menyebut nama 'Seijuro' bukan 'Akashi'.
"Mungkin seharusnya aku langsung mengatakan hal itu… saat itu." manik [e/c] menyendu kemudian. Namun dia masih tersenyum. Gadis itu pun menoleh dan kembali melanjutkan, "arigatou… sudah mencoba menghiburku juga, Akashi-kun."
Ucapnya sekali lagi.
Akashi masih tidak merespon. Pria itu hanya menatap [St/n] lekat. "Ah, mungkin kau menjadi baik seperti ini hanya melihatku sebagai pelarianmu dari cinta pertamamu," ucap sang gadis kembali sambil menaikkan kedua alisnya dan tersenyum.
"Aku tidak punya… hal seperti itu," respon Akashi akhirnya. Ia kembali melanjutkan, "[St/n]."
Panggilan itu berhasil membuat sang gadis yang disebut namanya menatap Akashi. Masih dengan senyuman ceria khasnya.
"Jika dia terlalu menyakitkan untukmu… kau bisa memilihku."
Kabom!
Kabom!
Kabom!
[St/n] mengadahkan kepalanya—menatap langit kembali. Senyuman mengembang sempurna begitu mendapati banyak kembang api tengah ikut memeriahkan langit.
"Wah! Kirei…!" ucap [St/n] kagum.
Akashi tidak menoleh sedikit pun pandangannya dari [St/n]. Manik heterocromia miliknya masih setia menatap sang gadis.
"Bagaimana?" balas Akashi kemudian.
[St/n] mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Ya… aku menyukainya… hanabi." Ah, gadis ini tidak fokus.
Akashi terkekeh kemudian. Ya, memang bukan jawaban yang ia harapkan. Namun entah kenapa hal ini menjadi kesenangannya tersendiri.
"[St/n]." Akashi kembali memanggilnya.
Gadis itu pun menoleh dengan cepat ke sumber suara yang menyapa telinganya. Tanpa ia sadari Akashi sudah sangat dekat dengan wajahnya.
Akashi mengangkat tangan kirinya, menyentuh lembut pipi sang gadis.
Lalu perlahan, ia semakin mendekatkan wajahnya.
Mendekat. Semakin dekat. Sampai akhirnya kedua benda lembut itu saling bersentuhan.
[St/n] memejamkan maniknya kemudian. Merasakan dengan lembut Akashi yang mengecup bibir mungilnya.
Lampu-lampu yang menjadi penerang di gedung tinggi, rumput-rumput yang tertiup angin malam dengan lembut, cahaya kemerlap bintang dan kembang api menjadi saksi kejadian di sini. Di tengah taman ini.
Ciuman itu berlangsung cukup lama, sampai Akashi memundurkan wajahnya—masih menyentuh lembut pipi tunangannya itu—maniknya yang terpejam, kemudian ia buka. Pria bersurai red pinkish itu hanya membuka sebelah mata kanannya…
… tidak dengan kirinya.
Eh?! Apa Akashi sadar kalau [St/n] membedakan antara dirinya dengan dirinya yang lain melalui matanya juga… bukan dengan hanya bagaimana sikapnya? Atau cara memanggilnya?
"Menurutmu… siapa yang ada di depanmu?" tanya Akashi.
[St/n] sempat ragu, namun kemudian gadis itu membuka mulutnya dan berkata, "Aka—." dia menutupnya kembali, meyakinkan dirinya. "Seijuro… -kun?" Jawabnya akhirnya.
"Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, [St/n]," Akashi kembali beruccap.
"Baiklah, kalau begitu…." [St/n] meyakinkan dirinya, setelah yakin ia kembali mengeluarkan suara, "Seijuro Akashi-kun, tunanganku."
Akashi mengembangkan senyumannya dan memperlihatkan kedua iris mata crimson miliknya. Ya, Crimson. [St/n] yakin.
[St/n] yang reflek terkejut langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Air mata yang tidak tertahankan itu pun tumpah begitu saja.
Ya, itu Akashi. Akashi yang berkata kalau gadis itu tunangannya.
"[St/n], aku—"
Belum sempat Akashi menyelesaikan kalimatnya, [St/n]—tunangannya itu sudah memeluk dirinya sambil menangis.
"Gomennasai… Seijuro-kun. Hontou ni gomennasai." [St/n] memang meminta maaf, namun tidak dengan suara yang terbata-bata. Toh, dia bukan anak kecil lagi yang tidak bisa mengendalikan dirinya.
Akashi mengusap lembut pucuk kepala sang gadis. Kemudian menenangkannya, "kau ini… padahal aku yang salah."
[St/n] memundurkan dirinya, namun kedua tangannya masih ia letakkan di atas bahu Akashi. Gadis itu menggeleng kemudian. "Ie… aku… memang tidak bisa menahan ucapanku, jadi aku juga salah," ucapnya.
Akashi tersenyum. "Dan soal foto itu, sebenarnya—"
"Kau tidak perlu menceritakannya jika memang tidak ingin," sela [St/n].
Akashi menggelengkan kepalanya perlahan. Kemudian ia turunkan tangan sang gadis, dan menggenggamnya erat.
"Aku akan menceritakannya," balasnya.
[St/n] menatap Akashi sambil sedikit membuka mulutnya.
"Dia… Satsuki Momoi. Kekasihku."
Aloha~ chapter 20 Mikajeh nyatakan 'owari' tok… tok… tok… yeay! Mikajeh masa bete bikin dialog Akashi yang terakhir yak X'D wkwkwk
Apa yang lo rasa ketika tunangan lo, ngenalin pacarnya ke lo? 😂😂🔫 right in kokoro, gaes…
Betewe '-' cerita ini akan hiatus sementara :'3 Mikajeh mau lanjut cerita 'sebelah' yang udah hampir hiatus 2 bulan lebih atau entah berapa lama itu hiatus 😸 padahal jelas udah mao tamat 😝 so, sekalian aja Mikajeh tamatin beneran :v
Betewe ini yang Mikajeh bilang soal tugas bikin cerpen B. Indo :v beberapa bagian dari chapter ini sebenernya dari peer B. Indo 😂😂🔫 mungkin naskah aslinya bakal ue share kalo emang tuh guru nagihin buat di S H A R E.
Dan kenapa saiah update sekarang? Spesial besok tanggal merah 😀 ga deng :v but, Sabtu or Minggu nanti Kajeh ada shooting buat bikin short movie XD dan saiah… bagian megangin kamera alias rekam adegannya wkwkwk :v hobi beud deh ambil-ambil video or gambar gitu X'D
Dan soal cerita ini '-' asli, lho .-. Cerita ini bisa di bilang 'bertele-tele' makannya kebanyakan chapter 😂 so, maybe [Catch Me If You Can!] bakal ada lebih dari 50 chapter (wow!) gatau juga sih '3' ini cuman prediksi saiah aja :v
Soal akhir? Emn… gatau deh :v niatnya sih mao di 'bad ending'-in ae :v cuman itu 'kan baru N I A T bukan P A S T I '3'
Kira-kira happy end gimana kalo bad end gimana? Jangan mikir bad end jadi kek lagu Vocaloid yang Night Series, yak :v
Next chapter review :v (lho, ada toh?) gak usah pikirin Momoi kapan munculnya lagi :v masih lama dia munculnya '3' but, yang muncul setelah ini adalah… jajajaja~ cewek centil, jelalatan, ganjen, gaje, item, dekil, kecil, kumel, kucel, bau, pesek, kibaw, gendut, dan bla bla bla (gak gini amat sih itu OC sebenernya 😂) yang tetiba ngaku di tengah ricuhnya maen tebak-tebakan "siapa gerangan yang jadi tunangannya Akashi?" ya, dia bakal ngaku-ngaku jadi tunangannya tunanganmu nak (bahasa apa ini 😅?!) lalu bagaiamana cara kalyan—reader, nyelesain kasus ini 😀? Tunggu ae lah :v paling sekitar 2 bulan paling lama :v paling cepet 1 bulan (itu pun kalo gak males pake banget 😁)
Oh ya '-' sempatkan tinggalkan vote atau komennya ya kawandddd~
Terimakasih _(:3 J )_
Neko Kurosaki
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro