Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(19)

♠♠♠

Seorang gadis manis terduduk sambil mengenduskan nafasnya. Waktu ujian hanya tersisa dua minggu lagi dan Akashi...

... masih belum kembali.

Jujur saja, gadis itu—[St/n], mengkhawatirkan tunangannya. Ya, tunangannya bukan 'tuannya'.

Dan masalah mengenai Tuan–Muda–Maha–Absolut itu, dia masih seenaknya memberikan perintah. [St/n] sudah sempat ingin menolaknya, namun tatapan Akashi begitu membuatnya membeku.

Bukan hanya itu, toh dia juga benar-benar tidak bisa melawannya, bukan?

"Ne, Akashi-kun. Onegai," ucapnya memohon, untuk terakhir kalinya. "Aku tidak punya waktu lagi."

"Lalu kau akan mengabaikan tugasmu begitu saja?" balas Akashi datar.

"Bukan begitu, sebentar lagi ujian." [St/n] kembali memohon. Kali ini dengan wajahnya yang benar-benar kalut khawatir akan nilainya nanti.

"Lalu?"

"Boleh, ya?"

"Tidak."

"Katakan selain 'tidak'."

"No."

Astaga! Dia ini benar-benar... seenaknya. Memangnya tidak cukup gadis itu dijadikan pembantunya selama seminggu? Menuruti segala perintahnya? Memangnya tidak cukup?!

[St/n] berdiri sambil mengepalkan tangannya erat. Dia menundukkan wajahnya melihat Akashi yang terduduk tepat di depannya. Gadis itu merapatkan mulutnya sekuat-kuatnya sebelum ia benar-benar mengeluarkan semua unek-uneknya selama seminggu ini.

"Sudah cukup Akashi!" gadis itu berteriak. Sontak netra pandangan di dalam Gym terfokus padanya.

[St/n] menarik nafasnya kuat, menyiapkan dirinya untuk berteriak kedua kalinya. Kepalan pada kedua tangannya lebih ia kuatkan lagi. Bahkan kulit pada telapak tangannya hampir mengeluarkan darah.

"Akashi-kun no...." [St/n] mencoba mengontrol emosinya. Ia menyendukan pandangannya perlahan. Kemudian melanjutkan, "iinari ni nante naranai¹."

Anggota Kiseki no Sedai seketika membelalakan maniknya masing-masing. Tidak menyangka gadis itu akan benar-benar mengatakannya.

Tunggu! Mengatakannya?! Apa dia yakin dengan hal ini?

"Apa kau yakin?" Akashi menatap sang gadis mengintimidasi. Namun gadis sadistic itu masih bisa mengendalikan emosinya, menahan amarahnya dan tetap tenang.

Kalau dia tidak ingin menuruti Akashi, itu artinya perjanjiannya sudah dia putus, bukan? Apa benar-benar akan jadi seperti itu?

"Um...."

"Apa kau—"

"Bukan berarti aku menyerah. Aku pasti... akan membawanya kembali. Cukup dengan diriku." [St/n] mengambil file dan tablet yang selalu ia bawa, kemudian keluar dari Gymnasium tanpa mengatakan apapun lagi.

Sementara Akashi? Ah, dia tidak peduli. Toh, dia bisa mengerjakannya sendiri.

Anggota Kiseki no Sedai termasuk Kagami menatap Akashi tidak percaya. Apa pria bermanik heterocromia itu yakin membiarkan gadis itu pergi? Apa dia tidak ingin mengatakan apapun lagi?

"Akashi-kun, apa kau yakin?" Kuroko mendekati sang empu dan bertanya.

"Apa maksudmu Tetsuya, tentu saja."

Kuroko menolehkan pandangannya ke arah pintu Gym. Ya, [St/n] benar-benar tidak kembali.

"Kuroko, dia tidak akan kembali." Takao kali ini membuka mulutnya. Sepupunya ini pun tidak berbuat apapun, itu artinya...

... bahkan Takao pun tidak bisa melerai hal ini.

"Dia itu gadis keras kepala, tidak peduli seperti apa keputusannya, dia pasti serius."

"Apa maksudmu, Takao?" tanya Midorima.

Takao ikut melirik ke arah pintu besar Gym. Bahkan dia sendiri tidak memberikan senyuman konyol khas miliknya.

"Dia pasti tidak akan kembali."

👑

Dan benar. Gadis itu tidak kembali. Latihan basket pun semua dipegang Akashi sendiri. Mulai dari membuat menu latihan, pengarahan, perintah, dan lain-lainnya.

Sementara [St/n]? Gadis itu kembali sibuk dengan bimbingan tambahannya di luar pelajaran kampus. Ya, dia aktif kembali dalam kegiatan bimbingan untuk persiapan ujian semester pertama nanti.

Kegiatannya hanya diisi dengan belajar, belajar, dan belajar. Bahkan dia tidak ingat kalau sudah lama ia tidak mengajari beberapa materi untuk Takao.

Tapi Takao juga memang tidak ada inisiatif untuk maju lebih dulu, toh menurutnya yang lebih penting emosi sepupunya yang sekarang tengah labil. Jikalau dia menyentuh masalah 'pribadi' sepupunya dengan Akashi. Entah apa yang terjadi.

Mungkin saja akan dengan mudah [St/n] memutuskan pertunangannya.

Lalu Akashi, Tuan–Muda–Maha–Absolut itu sudah pasti akan melewati ujiannya dengan mudah. Bahkan saat Takao bertanya bagaimana Akashi belajar, Midorima yang menjawabnya dengan mudah, "dia tidak belajar." Sambil membenarkan posisi kacamata berbingkai hitamnya itu.

Dan ya, Takao tidak pernah bertanya lagi mulai dari pertanyaannya yang tidak pernah terjawab itu.

Lalu berakhirlah 3 hari setelah [St/n] menyatakan dirinya tidak akan menuruti perintah Akashi lagi. Lingkaran kecil Kiseki no Sedai tambah Kagami terasa begitu sepi.

Semuanya hanya sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada dirinya yang sibuk tidur-tiduran, menatap lucky item miliknya, sibuk makan, bahkan ada yang sibuk melihat majalah dengan fotonya sendiri.

"kurokocchi, bukankah ini menjadi membosankan-ssu." Akhirnya Kise membuka suara.

"Entahlah," balas Kuroko singkat.

"Hidoi! Ah, dan [St/n]cchi juga hidoi-ssu. Dia pergi begitu saja."

"Bukankah ini kesalahannya." Kali ini Kagami yang memulai. Pria dengan alis terbelah itu menekankan ujung kalimatnya sambil melirik Akashi.

Tentu Akashi sadar—kala dirinya seakan-akan yang menjadi werewolfnya disini. Ya, memang bisa dibilang kesalahannya juga. Toh dia tidak memberikan celah untuk [St/n] berbicara.

Anggota Kiseki no Sedai ikut menatap Akashi. Namun hanya sekilas mereka menatapnya dan langsung mereka tolehkan kembali. Toh, mereka juga tidak ingin kena imbasnya.

"Akashi-kun, sebaiknya kau berbicara dengan [St/n]-san," sahut Kuroko.

"Tetsuya, seharusnya kau tahu kalau ini juga kesalahannya yang tidak bisa mengatur waktunya, bukan?"

"Tapi Akashi, disisi lain kau juga yang bersalah-nanodayo."

"Seharusnya kau mendengarkan [St/n]cchi dan memberinya celah-ssu."

"Dia sudah berusaha lho, Akachin."

Tunggu! Tunggu! Tunggu! Apa-apaan ini?! Anggota Kisedai memihak [St/n]?

Jika saat ini mereka tengah bermain werewolf party game pasti Akashi sudah di vote untuk digantung alias dibunuh. Toh, lihat saja... hanya karena seorang gadis muda dia tersudutkan—

—bahkan oleh teman-temannya sendiri.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu?" kali ini Akashi membalasnya, tak lupa dengan tatapan mengintimidasi dan aura dingin miliknya.

"Kami memihaknya karena dia juga berharga. Memangnya kau tidak merasa kalau dirinya benar-benar seperti bunga matahari?"

"Dia menyenangkan-ssu."

"Lembut-desu."

"Manis."

"Pemberi saran yang baik-nanodayo."

"Dia benar-benar... cantik."

"Dan juga—"

Aomine menghentikan kalimatnya. Entah kenapa Akashi tiba-tiba berdiri dan menatap mereka lebih mengintimidasi dan auranya pekat—sangat dingin.

Ditambah lagi, kenapa Kiseki no Sedai tambah Kagami bisa kompak berpikiran seperti itu?!

Akashi memutarkan tubuhnya dan mulai berjalan. Ke arah pintu di atap. Ya, tiba-tiba dia pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.

Tunggu! Apa dia benar-benar kalah? Tidak, tidak mungkin batin Kisedai bersamaan. Atau dia...

... mengambil sesuatu.

👑

Tentu pemikiran dangkal mereka salah. Akashi tidak pergi ke gudang untuk mengambil pemotong rumput untuk memotong lidah mereka lalu memajangnya sebagai bahan koleksi klasik yang mewah namun berkesan menyeramkan di kamarnya.

Ya, mungkin jika dipikirkan dengan liar. Akashi pasti akan benar-benar mengguntingnya, membersihkannya, lalu menyuntikkannya dengan formalin. Setelah itu memasangkannya dalam bingkai dengan bingkai berlapis emas murni dan berlian.

Memang benar Akashi pergi, namun untuk menemui [St/n] dan berbicara padanya. Tapi apa yang ia dapati? Tidak ada keberadaan sang gadis disana. Yang ia temukan hanya sepupunya—Takao. Itu pun Takao tengah sibuk-sibuknya bercengkrama dengan gadis-gadis di kelasnya.

Setelah Takao melihat keberadaan Akashi di luar sana, dia langsung mengerti dan segera pergi menghampiri sang empu.

"Kemana [St/n]?" tanya Akashi to the poin.

"Ah, kukira kau mendapat kabarnya. Bahkan salah satu dari kalian tidak ada yang tahu, ya."

"Aku tidak akan repot-repot kesini kalau tahu."

"Baiklah," balas Takao sambil memalingkan pandangannya. "Dia... sakit. Lebih tepatnya penyakitnya kambuh lagi."

Akashi cukup dibuat terperanjat.

Ternyata dia bisa sakit juga, ya?

👑

Seorang gadis cantik tengah terbaring di atas kasurnya yang tidak terlalu besar, suara mendesing dari pendingin ruangan adalah satu-satunya suara yang memisahkan dirinya dari kebisingan total.

[St/n] tahu, bahkan sangat mengerti keheningan seperti ini. Keheningan dimana bahkan ia bisa mendengar dengan jelas suara orang melangkah dari kejauhan, suara jarum jatuh dari atas meja riasnya. Juga suara seakan-akan ada seorang yang tengah menaiki tangga. Bahkan ia bisa mendengar suara detakkan jarum pada jam yang terus berputar...

... entah itu dari mana asalnya.

Suara mendesing dari pendingin ruangan adalah satu-satunya suara yang memisahkan dirinya dari kebisingan total. Suara yang biasanya tidak gadis itu sadari, tapi sekarang suara itulah yang hanya menemaninya dalam keheningan seperti ini—

—yang membuatnya nyaman.

Namun tanpa sang gadis sadari, suara itu sudah tidak terdengar lagi. Suhu pun ia rasakan semakin naik. Karena hal itu, [St/n] tetiba terbangun dan tidak bisa tertidur lagi.

Lalu keheningan mulai menyelimutinya.

[St/n] seharusnya merasa tenang karena masih dapat mendengar apapun dari lingkungan di sekitarnya. Namun sayangnya sepertinya hari masih gelap, bahkan suara-suara dentingan dari alat-alat makan pun tak terdengar.

Jikalau memang sudah pagi, pasti semua maid dan butlernya sibuk dengan urusannya masing-masing.

Tanpa [St/n] sadari—di tengah mansion yang lumayan luas ini, tak terdengar sedikit pun suara. Membuat detak jantung sang gadis berdetak lebih cepat, tubuhnya bahkan menegang tanpa sebab, dan juga—

—kenapa rasanya tubuhnya berat? Apa seseorang tengah bersamanya?

Tapi aku sendirian 'kan? Batinnya mulai panik.

Sang gadis sudah tersadar lebih dari 10 menit dan suhu pun terasa semakin panas.

Apa sekarang mati lampu? [St/n] kembali membatin. Atau seseorang mematikan pendingin ruanganku? Kalau itu benar... tunggu! Aku tidak merasa ada seseorang yang memasuki ruanganku.

Ah, sial! Seharusnya dia sudah siap dengan situasi semacam ini. Padahal dia sudah membuat rencana tentang apa saja yang akan dia lakukan disituasi tertentu dari apa yang telah ia baca di creepypasta.

Tapi hal itu sepertinya tidak masuk akal, 'kan? Itu artinya ia percuma membuat catatan sejenis itu.

Aku tidak takut! Gadis itu kembali membatin. Meyakinkan dirinya jika ia tidak takut.

Setidaknya itu yang coba ia lakukan.

Tapi tunggu! Suara apa itu? Gemersik kain?

Tapi [St/n] tidak bergeser dari tempat tidur, dia tidak bergerak sama sekali. Tidak mungkin bukan kalau dia tidak bergerak tapi ada suara gemersik kain?

Huh?! Masih terdengar? Apa seseorang ada di dalam ruangannya?

Si-siapa kau? [St/n] berteriak dalam pikirannya. Sejujurnya ia berharap dapat meneriakinya secara langsung.

[St/n] semakin yakin. Ya, memang bukan dia yang membuat suara gemersik aneh itu. Tapi... dari mana asal suaranya? [St/n] terdiam—tak bergerak sedikit pun dari tempat tidurnya. Ia mengkaku di atas kegelisahan dalam dirinya—kaku dengan kegelisahan akan kehadiran sesuatu dalam ruangan ini.

Semakin sang gadis merapatkan maniknya. Semakin sadar pula kala sekujur tubuhnya tidak bisa ia gerakkan.

Tunggu! Tunggu! Tunggu! Apa ini yang disebut... ketindihan?

Tidak mungkin hal itu terjadi, bukan? Ya, gadis itu hanya paranoid. Dia yakin dia bisa menggerakkan setidaknya jari-jari tangannya.

Ya, dia mencoba menggerakkan jari-jari tangannya. Tapi apa yang dia rasakan? Seseorang menahan tangannya? Ya, dia yakin seseorang menahan tangannya. Ia bahkan tidak merasakan jikalau dirinya sedang mencoba menggerakan tubuhnya

Suara gemersik kain itu kembali terdengar.

Apa yang ada di depanku sebenarnya?! Pekik [St/n] dalam hati. Gadis itu semakin panik.

Ya, panik. Mungkin jika dia tengah membaca cerita berbau pembunuhan hanya akan menaikkan adrenalin dalam dirinya. Tapi bagaimana jika hal-hal seperti ini?! Dia sudah tidak kuat. Sungguh.

Takao! Bangunkan aku! [St/n] kembali berteriak dalam batinnya. Baiklah aku akan membuka mataku untuk melihatnya... ya, untuk... melihatnya.

[St/n] pun membuka maniknya.

Gadis itu disambut oleh tatapan.

Wajah yang tidak terlihat jelas. Hitam. Namun matanya seperti menyala menatap tajam sang gadis. Dia juga—

—menyeringai.

"WAAA—Mmph!"

"Kau berisik sekali... Chiwa. Diamlah."

Suara bariton itu! Akashi? Ya, itu Akashi!

Ah, ternyata benar-benar seorang iblis yang 'menindih' dirinya.

Akashi pun menyalahkan lampu ruangan yang sangat gelap itu menggunakan remote yang tepat berada di samping bantal sang gadis.

Tanpa [St/n] sadari. Ia tengah tergeletak di atas kasurnya sambil membulatkan maniknya sempurna. Sementara Akashi, pria itu entah kenapa bisa ada tepat di atasnya. Ya, di atasnya.

[St/n] mengerjap-ngerjapkan maniknya berkali-kali. Kemudian menghela nafas pelan. Akashi pun sudah turun dari kasurnya dan berdiri tepat di sampingnya.

"Hey. Apa kau akan terus-terusan tidur?"

[St/n] bangun—terduduk di atas kasurnya sambil menatap Akashi. "Kenapa kau ada di kamarku? Kau tidak...." ucapnya curiga.

Akashi menghela nafasnya pelan. "Tentu saja tidak," balasnya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kau memberikan perintah pada semua maid untuk tidak membangunkanmu dan juga membuat suara sedikit pun, bukan?"

Ah, jadi itu alasannya Akashi masuk dan membangunkannya. Memang benar kalau [St/n] tidak ingin ruangannya di sentuh selama dirinya memasuki waktu ujian. Pantas selama tidur tadi ia tidak mendengar suara di sekitarnya. Ya, dia lupa. Penyakitnya memang.

Lalu kenapa ruangannya gelap total padahal hari sudah menunjukkan pukul 9 sesaat setelah sang gadis bangun dan melihat jam di samping kasurnya? Oh, ya. Dia lupa. Lagi. Dia mengenakan gorden hitam. Pantas saja seperti masih gelap.

Ya, yang terburuk adalah fakta kalau dia 'lupa' kalau dia sendiri membuat kamarnya seperti kedap suara. Pantas saja terasa menyeramkan. Ditambah lagi baru-baru ini dia aktif membaca cerita horror.

Tunggu! Itu artinya yang mematikan pendingin ruangan juga... Akashi? Dan yang membuat suara gemersik seperti kain itu... saat dia menaiki kasur sang gadis untuk membangunkannya?

Pantas saja ia seperti merasa berat dan tidak bisa menggerakkan sedikit dirinya.

"Itu tidak menjawab pertanyaanku," jawab kembali [St/n] masih dengan wajah malasnya.

"Otousan memintaku untuk mengajakmu pergi. Dia khawatir karena kau bekerja terlalu keras."

[St/n] ber-'oh' ria kemudian. Tunggu! Pergi? Apa barusan dia bilang 'pergi'?

Ini bukan hanya pikirannya semata, bukan? Apa pria bermanik heterocromia ini sadar akan perkataannya? Bukankah sama saja dia mengajak gadis itu...

... berkencan?

"Aku tidak bisa." singkat [St/n].

"Kalau kau tidak mau... aku akan dengan senang hati berkencan denganmu di sini," ucap Akashi sembari mendekatkan wajahnya tepat di wajah [St/n] dan menyeringai jahil. Tanpa gadis itu sadari—wajahnya memerah hebat.

"A-APA YANG KAU KATAKAN?!!" [St/n] pun mendorong Akashi sampai di depan pintu kamarnya—mendorongnya keluar. Setelah Akashi keluar, gadis itu kembali berkata, "ba-baiklah aku akan pergi denganmu. Tunggu aku 30 menit. Kau belum sarapan, 'kan? Minta saja sama maid yang ada di sini."

Blam!

Akashi mematung. Kemudian seketika dia terkekeh. Ah, tidak disangka. Jika gadis itu benar-benar menggodanya. Ya, bukan bagaimana dengan sikapnya yang membuatnya geli.

Tapi bagaimana dia melihat tingkah bodoh 'anjing kecil' nan imut namun tidak patuh ini.

"Dia benar-benar... lucu," ucap Akashi dari balik pintu sambil menyentuh ujung bibirnya dengan ibu jarinya.

Sementara di sisi lain pintu. [St/n] menyandarkan punggungnya pada daun pintu, kemudian perlahan ia menjongkokkan dirinya sambil membenamkan wajahnya.

"Ah! Kenapa dengannya?!" gadis itu mulai frustasi sambil mengacak-ngacak surai [h/c]nya. "Ya, dia pasti mencoba menggodaku. Aku yakin itu."

Tapi kenapa... rasanya bibir ini merasakan sensasi aneh?





















Chapter 19 owari! Yeay akhirnya Akashi bikin-bikin celah gaje 😣 dengan cara yang... ah sudahlah tidak perlu dijelaskan :v BTW, Mikajeh dapet scene terakhir itu original story dari creepypasta 😝 cuman kuubah sih '-' beberapa bagian, cuman masih asli dari si creepypasta :v wkwkwk

Untuk cerita creepypasta aslinya bisa di cari '-' ada di chapter 'Nightmare 31 : You are not Afraid, right?' 😂😂🔫 sumpah Mikajeh juga bacanya cedak-ceduk gegara tidur sendiri :""" terus kamar emang yang bisa didenger cuman suara AC 😂 mana kadang-kadang sering denger kek orang lagi naek tangga gitu lagi X'D maap jadi curcol :'v

Mingdep sepertinya bakal jadi update terakhir dari Kajeh '-' yeay! Waktunya revisi abis-abisan untuk semua cerita Mikajeh di wattpad.

Tengkyu sudah setia baca ampe sini :3 lama ya nunggunya? Maap yak 😸 next chapter review :3 acara keliling Tokyo bareng Akasei! Yeay! Kalo cukup nanti di chapter selanjutnya oreshi bakal muncul :3 oh ya, mungkin setelah ini bokushi bakal bilang something lah sama rea~ pupupup~

Sempatkan tinggalkan jejak vote dan komennya kawand~ :3

Terimakasih _(:3  J   )_


Neko Kurosaki

Akashi-kun no iinari ni nante naranai¹ : artinya "aku tidak akan pernah menuruti perintah Akashi-kun lagi."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro