Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(17)

♠♠♠

"Seijuro... -kun."

Saat [St/n] mentap manik crimson. Ya, crimson. Manik yang selalu ia lihat belakangan ini. Akashi langsung menarik tangan [St/n] tanpa mempedulikan ringisan kecilnya...

... dan berakhirlah-Akashi membawanya di belakang gedung kampus.

"Kau... ada apa denganmu Seijuro-kun?" tanya gadis itu terburu-buru.

[St/n] hanya menatap punggung Akashi. Ya, jelas untuk sesaat Akashi mengenduskan nafasnya kasar terlihat dari belakang.

Akashi langsung berbalik cepat dan mendekati [St/n] yang masih tampak bingung. Gadis itu yang tidak mengerti dengan sikap tunangannya yang tiba-tiba aneh hanya berpikir

Jangan sampai dia benar-benar 'meliar', [St/n] bersweatdrop.

Akashi memantapkan langkahnya mendekati gadis yang menjadi tunangannya itu. [St/n] yang sejujurnya takut jikalau Akashi benar-benar 'meliar'—entah apa yang akan dilakukan pria bersurai red pinkish itu.

[St/n] memundurkan langkahnya sampai punggungnya menyentuh tembok. Namun, belum sempat gadis itu mengelak—Akashi mengkabe-don dirinya—pria itu meletakkan sebelah tangannya tepat di samping telinganya.

"Ano... Seijuro... -kun." Ah, sial! Bahkan panggilannya itu tak berarti apa-apa.

Akashi semakin mendekatkan wajahnya. [St/n] bergeming diam di depannya. Ya, ampun! Kenapa dia semakin mendekatkan wajahnya?! Bahkan hembusan nafasnya dapat dirasakan oleh sistem saraf terluar di kulit mulusnya.

[St/n] yang sudah lebih kelimpungan dibandingkan dengan pertanyaan ibunya waktu itu, hanya menoleh-noleh ke kanan dan kirinya—berharap seseorang lewat dan menolongnya. Tapi hasilnya nihil, tak ada seorang pun bahkan ketika batinnya berteriak memanggil Takao, pria menyebalkan itu benar-benar tak bisa diharapkan di waktu yang tepat.

Beberapa centi lagi hidungnya menyentuh hidung [St/n], gadis itu tidak tahu harus fokus kemana lagi. Iris crimson milik Akashi dan iris [e/c] milik [St/n] kembali bertemu—saling mengunci pandang.

[St/n] menekukkan wajahnya kemudian memejamkannya erat. Tidak bisa menatap Akashi yang semakin dekat pada wajahnya.

"Bisakah kau tidak terlalu dekat dengannya?"

👑

Eh?!

"Bisakah kau tidak terlalu dekat dengannya?"

[St/n] membuka manik [e/c] lebar—mengerjap-ngerjapkannya beberapa kali—hey! Ada apa dengannya? Kenapa dia mengkhawatirkan hal itu?

[St/n] terkekeh kemudian. Ah, lucu saja bagi [St/n]—seorang Seijuro Akashi mengkhawatirkan hal sepele ini, lagipula sudah gadis itu jelaskan, bukan? Dia mendekati Mayuzumi hanya semata-mata pekerjaannya.

"Sei," panggil [St/n]. Dia tersenyum—tersenyum lembut. Gadis itu mengangkat kedua tangannya kemudian, lalu menyentuh bahu Akashi. Menenangkannya. Kemudian sedikit mendorong tubuhnya agar menjauh. "Tenang saja. Sudah kukatakan, bukan? Kau tidak perlu khawatir."

"Aku tidak akan melakukan ini jika—"

[St/n] meletakkan ujung telunjuknya di depan bibir tipis Akashi. "Aku juga mendengarnya." Gadis itu masih tersenyum, kemudian kembali menenangkan Akashi muda, "apa ini kelemahanmu... atau kekuranganmu?"

Akashi menatap sang gadis bingung. Apa? Seijuro Akashi punya kelemahan apalagi kekurangan?! Apa yang gadis itu katakan? Tidak! Tidak mungkin, bukan?

"Aku tahu kau tidak suka mendengarnya, aku juga sama." gadis itu masih tersenyum. Kenapa dia bisa dengan mudahnya tersenyum? Apa tidak melelahkan—

—membohongi dirinya sendiri?

[St/n] kembali menggerakkan kedua tangannya, lalu menutupi telinga Akashi dengan lembut.

"Bukankah lebih baik tidak mendengar hal yang tidak kau suka?" ucapnya kembali. Netranya masih menatap Akashi lembut dan... menghangatkan.

Akashi membelalakan manik crimson miliknya.

Aku hampir melupakannya, gadis ini... yang paling mengerti tentang diriku. Wajah yang selalu terlihat ceria dengan senyumannya seperti bunga matahari. Menghangatkan.

Dan...

Memang seharusnya dia... yang aku cari.

"Kenapa aku tidak menyadarinya?" gumamnya. Akashi menyendu kemudian.

"Apa kau mengatakan sesuatu, Sei?" ucap [St/n] polos. Tentu dengan wajah polosnya yang tak kalah dengan si Casper itu.

Akashi mengangkat kedua tangannya, kemudian menggenggam tangan mungil [St/n] yang masih belum lepas di kedua telinganya. Dia menutup manik crimsonnya perlahan dan... tersenyum.

"Ie," jawabnya singkat. [St/n] kembali memberikan tatapan tak mengerti. "Arigatou, [St/n]."

[St/n] tersenyum ceria—senyumannya kembali ia lebih kembangkan.

"Douitashimashite."

👑

Disisi lain. Anggota Kiseki no Sedai dan Kagami yang lainnya—yang seharusnya mencari Akashi dengan [St/n]—sekarang malah mengubah niatnya.

Memata-matai kedua orang 'aneh' dengan sikap mereka berdua yang lebih berkesan seperti 'pasangan' dibandingkan dengan 'teman' masa kecil.

"Midorimacchi, kau geser sedikit," ucap Kise setengah berbisik.

"Aku juga penasaran. Tapi bukan berarti aku ingin-nanodayo."

"Midochin, kau cemburu, ya, dengan Akachin?" Murasakibara tidak peduli. Dia lebih memilih fokus dengan maibou-chan miliknya.

Midorima membenarkan posisi kacamatanya gugup. "Te-tentu saja tidak-nanodayo!" Ah, ini dia. Midorima, sudah cukup! Hilangkan sifat tsunderemu! Jadilah orang yang lebih jujur. Dasar tsunderima-kun.

"Wah, aku jadi memikirkan sesuatu-ssu...."

"Oi, Kise! Jangan mikirkan sesuatu yang aneh!" Bahkan Kagami tampak jelas tidak menyukai hal ini. Entah kenapa dia lebih serius menatap Akashi dengan [St/n] jauh disana dibandingkan dengan anggota lainnya.

Sementara Kuroko yang sadar dirinya diabaikan, menatap Aomine kemudian. Aomine hanya menyandarkan punggungnya pada tembok tempat mereka 'memata-matai' Akashi dengan [St/n], dengan kedua tangannya ia masukkan dalam saku celananya.

"Aomine-kun, ada apa denganmu?" tanya Kuroko polos.

"Tetsu... ada satu hal yang ingin kuceritakan padamu," Balasnya. Kuroko mulai membuka telinganya lebar-lebar—menyimak cerita yang ingin di ceritakan Aomine. "Sebenarnya—"

"Hey! Mereka kembali-ssu!"

"Sebaiknya kita cepat pergi dari sini-nanodayo." Midorima masih sempat-sempatnya membenarkan posisi kacamata berbingkai hitam miliknya itu.

... dan tentu saja. Kisedai yang sudah kebingungan ingin kabur atau sembunyi kemana tertangkap basah oleh [St/n] dan Akashi.

Akashi tampak tenang, sementara [St/n] mulai berteriak—lebih tepatnya marah-marah. Toh, apa yang mereka lakukan tidak sopan, bukan? Mendengarkan pembicaraan pribadi [St/n] dan Akashi.

Walaupun bagi [St/n] sendiri ini tidak terlalu menjadi privasi tapi tetap aja.

Saat ini, Kiseki no Sedai dan Kagami terduduk di bawah sambil meletakkan kedua tangan mereka di atas paha.

"Setidaknya kalau kalian ingin memata-mataiku, lakukanlah dengan baik!" ucap [St/n] sambil berkacak pinggang.

Dia memberikan saran, 'kan? Iya, 'kan? Batin Kisedai terkejut.

"Kalau begitu kalian bisa bubar, dan silahkan lanjutkan aktivitas kalian." [St/n] pergi begitu saja. Menghampiri Takao. Oh, dia juga mencari [St/n]?

Sementara Akashi sudah ikut menyusul [St/n] dan Takao. Diikuti anggota Kisedai dan yang lainnya di belakang.

Dan yang tertinggal paling belakang…

… Kuroko dengan Aomine.

"Aomine-kun, kau ingin cerita apa?" ungkit Kuroko kembali.

"Tidak, mungkin lain kali saja."

👑

Dengan malasnya, [St/n] mentelentangkan kedua tangannya di atas meja cafe. Ya, saat ini gadis itu berada di cafe.

Dengan seseorang, tentunya.

"Apa tidak masalah kau mengundangku?" tanya pria di depannya polos.

[St/n] mengangkat kepalanya, kemudian menatap manik pria itu. Gadis itu menyilangkan tangannya di atas meja dan bertopang dagu sambil mengaduk-aduk kecil mixy fruit di depannya.

[St/n] meminumnya kemudian. Rasa yang menyegarkan. Aroma buahnya juga masih terasa manis, namun bukan rasa manis karena gula. Benar-benar manis buah.

"Tidak apa, lagipula Sei sibuk dengan urusan perusahaannya juga... dan Takao? Ah, dia terlalu malas untuk hal membosankan ini."

Takao—sepupunya itu. Mungkin akan bersemangat jika diajak pergi ke tempat kesukaannya itu. Ya tentu saja siapa yang tidak tahu kalau hampir setiap hari minggu—rutin—pria dengan hawk eye itu akan jalan-jalan di sekitar Nakano Broadway.

Membeli kartu-kartu tak berguna yang ia koleksi.

Dan berakhirlah [St/n] dengan Mayuzumi. Ya, pekerjaan sebagai editor Light Novel romance memang tidak mudah untuknya. Toh, baru kali ini dia memegang pekerjaan penerbitan dengan genre romance yang bukan keahliannya, walaupun begitu ia tetap melakukannya.

Intinya, inilah alasannya dia pergi. Ke pusat pertokoan buku terbesar di Tokyo yang menjual banyak Light Novel ditemani Mayuzumi.

Mungkin bisa dikatakan sebenarnya mereka sedang 'berkencan' tapi, [St/n] tidak menganggapnya begitu. Toh, dia melakukan ini karena 'pekerjaannya'.

"Jadi bagaimana?" tanya Mayuzumi kembali. "Hasilnya," lanjutnya.

"Oh, cukup baik. Kurasa aku akan mengubah covernya aja. Menurutmu ilustrator yang cocok siapa?"

"Bukankah lebih baik itu dirimu?"

[St/n] bersweatdrop. "Jadi... kau... tahu?" tanyanya meyakinkan.

Mayuzumi mengangguk. "Aku melihat poster Light Novel waktu di Akihabara. Namanya... mirip dengan namamu yang ditulis dengan katakana."

"Oh, begitu ya. Kukira tidak akan ada yang menyadarinya. Jadi, bagaimana menurutmu?"

"Kurasa bagus."

Tugas [St/n] kali ini tidak sulit. Gadis sadistic itu hanya harus mengawasi hasil penerbitannya dan mendengar komentar entah itu komentar positif atau negatif, namun yang jelas hal itu kedepannya akan mempengaruhi dirinya sebagai editor.

Sejauh dari yang [St/n] dengar. Komentar yang berdatangan terdengar positif, hanya saja bahyak orang mengatakan jika covernya kurang menarik. Jujur saja, [St/n] juga merasa begitu. Toh, yang mengatur design bagian sampul bukan dirinya.

Disisi lain. Akashi sibuk berbincang dengan beberapa partner kerjanya di dalam sebuah cafe dengan nuansa klasik. Bahkan aroma kopi yang bertebaran terasa harum dalam ruangan.

Tak lama, pria bermanik crimson itu sudah usai. Namun apa yang didapatkannya setelah ia selesai? Bukan kabar baik atau buruk, bukan pula hadiah entah karena apa. Namun, pandangannya mengunci pada dua orang.

Seorang gadis yang sibuk memakan es krim. Surai [h/c] yang panjang ia kuncir pony tail, mengenakan topi dengan 3 ring di depannya. Kemeja putih panjang ditambah dengan celana setengah pahanya berwarna putih, namun ia mengenakan kaus kaki panjang bergambar kucing lucu di ujungnya berwarna hitam.

[St/n] dengan Mayuzumi? Tunggu?! Bukankah dia bilang ada pekerjaan? Kenapa dia...

"Dengan Mayuzumi?" gumamnya.

👑

Seorang pria terduduk di atap. Sambil menyandarkan punggungnya pada pagar pembatas yang setinggi pinggang itu di atas sana. Pria itu tampak tenang saja dengan buku pada genggamannya.

Melakukan hobinya seperti biasa—membaca Light Novelmemang sudah menjadi kebiasaan pria bersurai keabu-abuan ini. Mayuzumi menutup bukunya seketia. Netranya menangkap seorang pria...

... bermanik crimson berdiri di depannya. Tepat di depan pintu menuju atap.

Mayuzumi menatapnya datar. Ya, tidak biasanya ia bertemu Akashi di atas sini. Bukankah biasanya dia sibuk dengan entah kawan-kawan atau anak buah pelanginya itu?

Lalu apa yang pria bersurai red pinkish lakukan disini? Apa yang ia inginkan dari pria sejenis Kuroko di depannya?

"Aku ingin berbicara denganmu."

👑

Hoam!

Nguapan besar sampai sedikit menitihkan air mata—keluar—sedikit membuat manik [e/c] gadis cantik itu berkaca-kaca.

"Kau kurang tidur, [St/n]cchi?" tanya Kise polos.

[St/n] membalasnya dengan anggukkan kecil, sembari mengucek maniknya perlahan. "Mungkin," balasnya singkat.

"Akashi-kun... ada di mana?" kali ini Kagami membuka suaranya. Ya, dia baru saja sadar kalau kapten timnya, Akashi—tidak ada diantara lingkaran kecil obrolan receh mereka.

"Kudengar dia ada urusan dengan Mayuzumi-san," jawab Kuroko dengan wajah innocent andalannya.

Oh, keperluan dengan Mayuzumi. Tidak biasanya pria itu menemuinya. Tapi ada apa?

[St/n] mendenguskan nafasnya disela dirinya yang kala membenamkan wajahnya dalam lipatan kedua tangannya sambil berjongkok—menyandar pada tembok di belakangnya.

Netra Takao menangkapnya. Takao mulai berjalan—mendekati sepupunya itu, lalu berjongkok ; mensejajarkan dirinya dengan sepupu sadisnya itu.

"[St/n], sebaiknya kau pulang saja," sahutnya dengan nada sedikit khawatir. "Kau terlalu banyak bekerja dan sebulan lagi ujiannya, 'kan?"

[St/n] menggelengkan kepalanya pelan, kemudian menjawab, "aku tak apa, tak perlu khawatir." Dengan yakin.

"Kau tahu? Ayahmu khawatir padamu karena terlalu keras bekerja, jadi aku mengikutimu," jelas pria dengan hawk eye itu.

[St/n] mendongakkan sedikit kepalanya, lalu menyipitkan iris mata [e/c] miliknya. "Otousan? Dia itu... benar-benar ayah yang aneh. Lain kali katakan padanya aku baik-baik saja."

Takao mengangguk. "Dan soal Akashi...," ucapnya terpotong.

[St/n] membulatkan maniknya. Wajahnya tampak khawatir.

Kenapa dia... melakukan... itu?

👑

"Jauhi [St/n]."

Akashi masih berdiri dihadapan Mayuzumi. Sementara Mayuzumi, pria itu masih terduduk di atap sambil menyandarkan dirinya di atap.

Pria bersurai keabu-abuan itu menatap Akashi datar seperti biasa. Mayuzumi bangun dari duduknya, kemudian sedikit membersihkan bagian belakang celananya yang kotor.

Angin di atap masih berhembus dengan kelembutannya di atap kampus. Tak jarang terlihat dari atas sini, mahasiswa yang berlalu lalang entah untuk semata-mata berjalan ria atau karena hal penting lainnya.

"Ada apa denganmu?" Mayuzumi membuka mulutnya.

"Aku ingin kau menjauhinya." Akashi kembali mengulang titahnya. Oh, Mayuzumi mengerti. Jadi pria bermanik crimson ini ingin dia menjauhi entah menjadi siapa baginya gadis yang dimaksud.

"Memangnya kau siapa darinya?" balas Mayuzumi santai. "Memangnya kau kira—"

Buk!

Akashi memukul Mayuzumi, tepat di wajahnya. Mayuzumi pun hanya terduduk jatuh begitu saja sambil sedikit menyentuh pipi kirinya yang terasa sakit.

"Kau... jangan mengatakan apapun lagi." Akashi kembali lebih serius. Kata-katanya benar-benar sangat… serius. "Kau pikir kau pantas bersamanya?"

"Tidak, aku juga tidak berpikir begitu," balas Mayuzumi. Dia pun kembali bangkit sambil berpegangan pada pembatas besi di sampingnya, dan kembali berucap, "bagaimana denganmu? Bukankah kau yang lebih tidak pantas dengannya? Kau kira gadis itu tidak tahu... kalau kau memiliki orang lain?"

Akashi membulatkan manik crimsonnya lebar. Apa?! Apa yang dimaksudnya? Tahu...?

"Kalau tidak salah namanya—"

Buk!

Akashi kembali melayangkan tinju miliknya tepat di pipi kanan pria bersurai keabu-abuan itu. Lalu menarik kerah bajunya kasar dengan kedua tangannya.

"Kau yang tidak tahu apa-apa sebaiknya diam saja!" amarahnya lebih memuncak. Kali ini Akashi berteriak tepat di depannya.

"Chihiro-san!"

Mayuzumi dan Akashi menoleh bersamaan, pada sumber suara yang menyapa telinganya. Ya, manik mereka menangkap siluet seorang gadis bersurai [h/c] dengan manik [e/c]nya yang besar. Tampak raut wajah terkejut gadis itu berikan.

Akashi menatap sang gadis. Menatap terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba, ditambah lagi gadis itu...

Kenapa... kau memanggil namanya, [St/n]?!



































Cha cha cha! Akhirnya bagian ini kelar sudah 😸 terimakasih sudah setia membaca dan menunggu rilisan chapter ini :'v siip! Chapter 17 kunyatakan owari :3

Next chapter review~ \:3/ Akashi mulai ngancem-ngancem gaje :v reader ngapain dah ngebela Mayuzumi 😂😂🔫 sok sekaleh kalyan :v nantikan lha pokoknya :3

Karena entah alasan apa si Bokushi gak muncul-muncul akhirnya bakal Kajeh munculin di chapter setelah ini :3 bakal di jelasin lageh kok kenapa makhluk yang satu itu gak muncul 😂😂🔫 kali ini Bokushi gak bakal jahat-jahat amat kok :v (sepertinya) jadi ditunggu dengan sabar saja kawanddd~

Silahkan tinggalkan jejak :3 berikan vote dan mohon kritik dan sarannya di kolom komentar :3

Terimakasih (:3 J )_

Neko Kurosaki

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro