Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(15)

♠♠♠

Hari-hari kembali gadis itu lewati. Sesuai permintaannya dua hari yang lalu, seluruh anggota Kiseki no Sedai termasuk Kagami memberikan laporannya masing-masing.

Sesaat setelah menerima laporan yang dititipkan pada Takao, [St/n] menggeser pintu kemudian keluar kelas—menuju Cafetaria kampusnya. Tepat, sekarang jam makan siang.

Dengan langkah yang seperti biasa dan pemandangan yang biasa. Gadis itu melewati koridor sekolahnya dengan disuguhi berbagai macam pandangan. Entah pandangan menganggap dia aneh, terpukau akan kecantikannya (bahkan siulan dan panggilan yang tertuju padanya ; tidak jarang gadis itu dengar), atau bahkan tatapan sinis.

Ya, gadis itu sudah biasa dan dia hanya membalasnya dengan senyuman ceria seperti biasa pula. Toh, yang menilai baik tidaknya dirinya bukanlah [St/n], 'kan? Melainkan orang lain.

Ya, gadis itu menanamkan dengan baik pikiran itu, tentu untuk menghentikan tindakan dia yang mungkin akan 'meliar'.

Sewaktu-waktu nanti.

Jikalau gadis itu tidak menyukai apa yang ia dengar, cukup menutup telinganya saja ketimbang ia harus membungkam semua mulut yang berisik itu.

Setelah sampai di Cafetaria, maniknya langsung tertuju pada seorang pria. Pria itu duduk berada di pojok ruangan—sendirian—ditemani buku dan minuman yang sudah dia pesan.

Dengan semangatnya, [St/n] berlari kecil—menghampiri pria bersurai keabu-abuan itu.

"Kau masih seperti biasa... Chihiro-san," sahut [St/n].

Mayuzumi mendongakkan kepalanya, menatap sang gadis di depannya yang tengah duduk sembari menyilangkan kedua tangannya di atas meja—senyuman masih terpampang jelas di paras bak boneka porselen itu.

Mayuzumi menutup bukunya. "Ada apa?" tanyanya dingin.

"'Ada apa?' ne?" ulang [St/n] sambil menaikkan kedua alisnya. "Aku hanya ingin berterimakasih atas buku yang kau sarankan padaku. Itu cukup membantuku untuk bahan referensi."

"Oh, begitu, ya. Syukurlah kalau begitu," balas pria di depannya, "kau tidak membeli sesuatu?"

"Ah, aku... nanti saja."

"Whoa! Mayuzumi!"

Mayuzumi dan [St/n] menoleh kepada sumber suara yang menyapa indra pendengarannya. Suara yang [St/n] dengar saat pria itu berteriak, dan dia mengingat orang itu—tidak dengan namanya.

Pria dengan surai pirang dan gigi snaggle miliknya yang khas. Ya, dia Kotaro Hayama. Dengan cepat dia langsung mengambil posisi duduk tepat di samping [St/n]. Walaupun [St/n] memberikan wajah datar seperti mengatakan 'siapa kau?' atau sejenisnya.

"Kau [F/n], 'kan?" ucap Hayama sambil menunjuk-nunjuk dirinya dan tersenyum. "Aku Kotaro Hayama, yoroshiku. Aku sama dengan Mayuzumi."

"Ah," balas [St/n] mengangguk-angguk mengingatnya. "Yoroshiku, Hayama-san."

Hayama membulatkan matanya lebar. Ah, benar-benar seorang gadis pewaris sejati. Suaranya saat memanggil pria itu terdengar lembut, senyuman yang ditampakkan sangat manis dan bisa membuat siapa saja yang melihatnya merona hebat, postur tubuhnya ramping. Matanya bulat besar yang membuatnya terlihat benar-benar seperti boneka.

Hayama dengan cepat menggenggam sebelah tangan [St/n], lalu mengatakan, "jadilah kekasihku!" entah itu perintah atau pernyataan cinta, [St/n] bahkan tak sanggup membalas sesuatu.

"Etto... gomen—"

"Oi! Hayama!" tetiba seseorang bertubuh besar dengan temannya datang dan langsung membungkam mulut Hayama.

Reo Mibuchi dan temannya, Nebuya Eikichi. [St/n] terperanjat—ia ingat dengan baik wajah-wajah yang tetiba saja menghampirinya. Ketiga orang yang baru-baru ini menyapa paginya sambil berteriak dari lantai tiga kampus.

[St/n] tersenyum—kemudian terkekeh pelan. Mengingat tingkah para seniornya yang lucu itu. Saling bertengkar kecil, sementara Mibuchi hanya mengernyitkan dahinya—tidak habis pikir dengan tingkah kekanak-kanakan mantan rekan tim basketnya.

Ketiga raja tak bermahkota yang sadar akan kekehan sang gadis—langsung menoleh bersamaan menatap [St/n] bingung.

"Ah, gomennasai senpaitachi. Aku dengar kalian mantan rekan—ekhm, Seijuro-kun saat SMA."

Ketiga raja itu mengerjap-ngerjapkan maniknya berkali-kali. Jadi dia mengenal kami karena 'mantan rekan' Akashi, huh?! Batin mereka.

Ketiga raja itu mengangguk, memberikan jawaban. "Memangnya kenapa, [St/n]-chan?" tanya Mibuchi polos. [St/n] tersenyum penuh arti. Atau lebih tepatnya itu seringaian bukan senyuman.

"Boleh aku meminta sedikit bantuan dari kalian?"

👑

Waktu sudah menunjukkan waktu berakhirnya kegiatan belajar hari ini. Artinya, saatnya waktu pulang. Namun tidak untuk [St/n], gadis itu harus sibuk dengan urusan menjadi 'manajer tim basket' di sekolahnya.

Koridor demi koridor gadis sadistic itu lewati, cahaya matahari siang sudah menyapa masuk melalui jendela kaca di sampingnya.

Keadaan koridor tidak terlalu ramai atau terlalu sepi. Toh, masih ada beberapa mahasiswa yang sibuk dengan kegiatan ekstra masing-masing.

Mungkin di saat seperti ini, [St/n] akan lebih memilih menghabiskan waktunya yang membosankan di sekolah sambil melukis hal-hal yang ada dalam pikirannya. Entah itu lukisan yang terlihat menyenangkan, menyedihkan, atau lukisan yang menggambarkan perasaannya saat itu.

Derap langkah kaki yang berlari mulai menyapa gendang telinganya, suara decitan sepatu pun saling bersahut-sahutan, bahkan suara bola yang di pantulkan mulai semakin jelas terdengar.

Ya, [St/n] sampai di Gymnasium. Tempat gadis itu akan melakukan kegiatan barunya yang melelahkan, sesungguhnya.

"Konnichiwa minaa-san!" sapa gadis itu bersemangat. Seluruh anggota tim inti basket langsung menoleh padanya.

Ini dia... orangnya batin Kiseki no Sedai tambah Kagami.

"Bagaimana pemanasannya?" tanyanya antusias. Seperti biasa.

Tentu saja tidak akan ada yang selamat dari pemanasan yang ekstrim seperti itu! Batin Kisedai.

"Jadi, bagaimana latihan hari ini?"

Heh?!

[St/n] terperanjat. Ah, tidak biasanya Kagami bersemangat untuk latihan basketnya hari ini. Biasanya dia yang paling terlihat kelelahkan karena menu latihan neraka dari [St/n].

"Oi! Tidak biasanya kau seperti itu," sahut Aomine.

"Karena aku tidak seperti dirimu, Aomine!"

Clap!

[St/n] menepuk tangannya sekali, membuat intens pandangan anggota Kiseki no Sedai dan Kagami tertuju padanya. Namun, apa pandangan yang mereka berikan? Bingung—bertanya-tanya dalam benak mereka 'kenapa gadis itu tersenyum?'...

... namun bukan senyuman yang mengartikan 'bahaya'. Tapi senyuman senang, entah apa maksudnya.

"Aku ada permainan, jika kalian bisa memenangkan permainan ini. Masing-masing dari kalian bebas meminta apapun dariku, bagaimana?"

Tawaran yang menarik. [St/n] bilang apapun, bukan? Benar-benar tawaran yang membuat Kiseki no Sedai tertarik.

"[St/n]-san, sebenarnya apa yang kau inginkan?"

Glek! [St/n] sedikit terkejut. "Ah... etto... karena aku belum melihat semua kemampuan kalian, jadi setidaknya aku ingin melihat bagaimana kalian bekerja sama... selama yang aku lihat, kalian masih terbiasa bermain sendiri-sendiri."

Kuroko mengangguk paham. "Kalau begitu, aku akan memanggil lawan kalian," lanjutnya bersemangat.

Seketika manik anggota Kiseki no Sedai dan Kagami terbelalak—terkejut akan kehadiran tiga orang yang baru saja memasuki Gym.

"Aku yakin kalian semua sudah mengenalnya, bukan?" ucap [St/n] kembali, ucapan yang diselingi dengan seringaian kecil namun terpampang jelas.

"Wah! Ini jadi latihan yang berat ya, Reo-nee."

"Jadi aku akan melawan teman-temannya Sei-chan ya?"

"Sepertinya ini menarik. Bukankah begitu, Hayama?"

[St/n] semakin mengembangkan senyumannya. "Kalian akan melawan mereka... Mukan no Gosho."

👑

Melawan ketiga raja tak bermahkota. Begitulah latihan hari ini. Anggota yang hampir menyetarai anggota Kiseki no Sedai. Bahkan Kagami sendiri sewaktu Winter Cup cukup kualahan melawan mereka. Walaupun saat itu ada Akashi di tim mereka, namun tetap saja cukup sulit mengalahkannya.

"Pantas saja kau memberikan hadiah yang cukup besar, [St/n]-chan," sahut Mibuchi.

"Begitulah, Mibuchi-san," balas [St/n]. Seketika dia teringat akan sesuatu. Ya, ada seseorang yang belum datang, "Chihiro-san... kemana?"

Mibuchi sedikit terkejut. Gadis ini secara terang-terangan menanyakan Mayuzumi, bahkan di depan Akashi.

"Ah, dia mungkin sedikit terlambat," jawab Hayama.

[St/n] ber-'oh' ria sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun segera ia tolehkan kembali pandangannya pada pria pelangi di depannya. Masih dengan senyuman yang ceria.

"Kalau begitu aku akan membagi tim dan memberikan aturannya."

👑

Tim dibagi menjadi lima orang per-tim. Tim dari anggota Kiseki no Sedai : Akashi, Kise, Midorima, Aomine, dan Murasakibara ; sisanya : Mibuchi, Hayama, Eikichi, Kagami, dan Kuroko.

"Aturannya mudah. Seluruh anggota Kiseki no Sedai, kalian hanya boleh memegang bola satu kali per-orang setiap mencetak point."

Artinya, anggota Kisedai hanya boleh memegang bola sekali, jika orang itu memegang untuk kedua kalinya. Maka permainan kembali diulang dan posisi bola dipegang oleh tim lawan. Namun, akan kembali di reset aturannya jika salah satu tim mencetak point, dan permainan kembali ke awal.

"Bagaimana? Mudah, bukan?" tanya [St/n] kembali.

"Hidoi-ssu, [St/n]cchi! Kenapa hanya kami?"

[St/n] menghela nafasnya pelan. "Karena kalianlah yang paling buruk dalam kerja sama tim. Ini juga menjadi alasan aku memberikan pertaruhan yang besar, lho."

"Apa itu termasuk jika salah satu dari kami memintamu untuk berkencan... selama seharian penuh?"

Nice question Kagami! Pertanyaan yang mudah dikatakan, namun sulit untuk menjawabnya. Tentu tidak untuk [St/n] sendiri. Dia dengan mudah mengatakan, "tentu saja, kenapa tidak?" dengan mimik muka santai.

"Inti dari permainan ini adalah... sebisa mungkin kalian tidak menyentuh bola untuk kedua kalinya."

Ya, untuk kedua kalinya. Itu berarti, walaupun Kiseki no Sedai kalah, hadiah akan tetap di berikan bagi pemain yang tidak pernah mendapat pelanggaran tentang aturan itu atau yang paling sedikit melanggarnya.

...

Peluit terdengar, kemudian bola dilempar setinggi mungkin.

Bola berhasil dipegang tim Kisedai dan dioper kepada Kise, selanjutnya setelah Kise mengoper bola. Pisang kuning itu tidak boleh menyentuhnya lagi.

Priiit! "Permainan diulang! Kise-kun kau memegang bola lagi! Aomine-kun seharusnya kau lebih memperhatikan sekitarmu lagi!"

Pelanggaran demi pelanggaran tidak ada henti-hentinya [St/n] teriaki. Seperti...

"Murasakibara-kun... kau tidak harus mengopernya hanya pada Aomine-kun"

"Midorima-kun, jangan terlalu cepat menshoot bola! Aku hampir saja tidak sadar kalau ini sudah kedua kalinya."

"Aomine-kun, jangan main sendirian saja!"

... dan pada akhirnya, [St/n] terkapar lelah. Berkali-kali ia berteriak dan berkali-kali pula anggota Kiseki no Sedai kecuali Akashi melakukan pelanggaran.

[St/n] terduduk lemas. Ia langsung menjatuhkan dirinya begitu saja di atas bench yang tak jauh dari tengah lapangan permainan.

"Douzo."

"Arigatou." [St/n] menerima sekaleng kopi dingin yang di berikan padanya. Kemudian dia segera membuka kaleng kopi dingin itu dan menegukknya. Namun begitu dia mendongakkan kepalanya, manik [e/c]nya mendapati sesosok pria. Pandangannya yang kosong dengan surai keabu-abuan.

Puuuuut!

Mayuzumi tetiba datang dari belakangnya dan memberikan minuman dingin pada gadis sadistic itu.

"Kemana saja kau Chihiro-san? Kau sangat terlam—"

"Ini... yang kauminta." Mayuzumi menyodorkan sebuah tas, lebih tepatnya shopping bag berwarna [f/c] dengan ukuran yang tidak terlalu kecil.

[St/n] menerimanya, kemudian melihat isinya. Manik [e/c]nya seketika berbinar begitu mendapati tumpukkan Light Novel bergenre romance yang Mayuzumi sarankan untuknya.

Light Novel bergenre romance. Jika itu bergenre thriller dan mystery maka ia tidak akan repot. Toh, gadis itu menyukai buku-buku dengan cerita berdarah-darah dan sejenisnya.

Grap! "Arigatou Chihiro-kun!" ucap [St/n] sembari langsung menggenggam kedua tangan Mayuzumi senang.

-kun? Batin Mayuzumi.

Pria yang sejenis dengan Kuroko itu langsung memincingkan arah ekor matanya... tepat di tengah lapangan.

Dengan sekali sergap, Mayuzumi menarik [St/n] kemudian menahan bola yang hampir mengenainya itu dengan tangan kanannya.

[St/n] yang terkejut karena tiba-tiba Mayuzumi menariknya—menjatuhkan dirinya tepat di tubuh atletis miliknya itu, gadis itu kemudian sedikit mundur, lalu melihat bola basket pada tangan Mayuzumi.

"Kuroko-kun, kenapa kau melakukan itu?!" teriak [St/n] dengan wajah seperti orang marah, namun tidak benar-benar marah.

"Ah, gomennasai. Aku reflek karena seseorang melempar bola padaku."

[St/n] menghela nafasnya, kemudian memijit batang hidung. Astaga! Bagaimana hal ini bisa terjadi? Batin [St/n].

[St/n] menepuk tangannya tiga kali. Intens pandangan kembali tertuju padanya. "Kalau begitu permainan bisa di lanjutkan!"

Peluit kembali berbunyi, permainan pun dilanjutkan.

...

Permainan satu quarter berakhir—kemenangan telak tim raja tak bermahkota tambah Kuroko dan Kagami.

[St/n] berjalan sambil berkacak pinggang, sesampainya di depan kelima orang yang sudah kelelahan sambil menselonjorkan kakinya itu—dia mengubah posisi tangannya menjadi menyilang di depan dadanya.

"Tidak kusangka kalian kalah."

Glek!

"Padahal kalian ini mendapat sebutan 'Kiseki no Sedai' tapi bisa kalah semudah ini?"

Jeduk!

"Aku tidak percaya ini."

Ceduk!

3 hints. Kata-kata yang tajam. Terdengar sangat jujur, dan sangat... berlebihan. [St/n] kemudian berjongkok sambil sedikit membenarkan posisi roknya.

Gadis itu terkekeh kecil, lalu tertawa. Namun terdengar jelas kalau itu bukan tertawa mengejek seperti mengatakan 'kalian payah sekali' atau sejenisnya.

"Hidoi-ssu! [St/n]cchi jangan tertawa-ssu!" keluh Kise dengan nada kekanak-kanakannya.

"Ah, gomennasai. Aku jadi teringat ekspresi lucu kalian ketika nyaris menangkap bola untuk kedua kalinya," ucap gadis sadistic itu. Dia mengambil nafas panjang, kemudian mengatakan, "setidaknya aku tahu kalian sudah berusaha." Sambil tersenyum.

"Jadi... siapa yang menang?"

Dengan polosnya, Akashi membuka suaranya terlebih dahulu—membuat seluruh anggota di sekitarnya menatap pria bermanik crimson itu bingung.

"Apa maksudmu Akashi, apa kau tidak menerima kekalahanmu-nanodayo?" balas Midorima sambil membenarkan sedikit posisi kacamata berbingkai hitamnya itu.

"Oh, kalian tidak sadar, ya?" ucap [St/n] polos. "Sudah kukatakan, bukan? 'sebisa mungkin kalian tidak menyentuh bola untuk kedua kalinya', itu artinya kekalahan kalian adalah kalau kalian menyentuh bola dua kali," jelas gadis itu akhirnya.

Eh?!

"EEEEEEEEHHHH?!!!"

"Jadi maksudmu itu-ssu ka? Astaga aku tidak sadar-ssu!"

"Aku juga."

"Jadi sejak awal kau menjebak kami-nanodayo?"

"Kau membodohiku!"

Kau berisik Kise ; aku tidak menjebak kalian, Midorima-kun ; sejak kapan kau makan, Murasakibara-kun?! ; kau itu memang bodoh Aomine-kun batin [St/n].

[St/n] mengenduskan nafasnya panjang, lalu menatap datar keempat orang yang sudah salah paham dengan penjelasannya itu.

"Kalau begitu...." [St/n] membuka layar pada tabletnya, kemudian melihat hasil dari banyak pelanggaran anggota Kisedai. "Ah, Seijuro-kun kau yang menang," ucap gadis itu polos.

Akashi menyeringai—seringaian yang hampir tak-kasat mata—terlihat sangat tipis sampai [St/n] sendiri tidak menyadarinya.

Gadis polos itu menatap Akashi kemudian. Tatapan datar yang tidak merasakan adanya kecurigaan sama sekali. Ya, dia tidak sadar akan kejadian yang sebentar lagi menghampiri dirinya.

"Kalau begitu aku minta...."























Chapter 15 owari :v accieee permintaan Akashi di gantungin sama ama chapter sebelumnya 😂😂🔫 wkwkwk. Selo bae '-' di chapter 16 bakal di kasih tw Akashi bilang apa ke Kisedai soal hubungannya sama Reader tercintah~ plus permintaannya (~' 3')~ tutturuuu~

Next chapter review '3' reader pake acara ketiduran 😂 Akashi keknya ngambek deh X'D ada cerita-cerita gaje lagi keknya .-. Udah tunggu ae lah 😂😂🔫

Silahkan tinggalkan vote dan krisarnya di kolom komentar :3 sekalian bantu Mikajeh dari malasitisme :""" mungkin bakal update seminggu lagi 😣

Terimakasih _(:3  J    )_

Neko Kurosaki

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro