Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(13)

♠♠♠

Beberapa orang terbaring lemas. Bagai seonggok daging tak berguna yang mengeluarkan hawa panas dan tak sedap dari dalam tubuhnya.

Kini para anggota Kiseki no Sedai termasuk Kagami merentangkan tubuh mereka—terbaring lemas—walaupun dikatakan berlatih dalam Gymnasium. Tetap saja, menu latihan neraka ini berhasil membuat mereka mengerahkan seluruh tenaganya masing-masing dan merasakan panas yang cukup.

Walaupun belum sepenuhnya mereka keluarkan.

"Konnichiwaaaa! Bagaimana… pemanasannya?" tiba-tiba seorang gadis—[F/n], baru saja sampai kembali ke Gymnasium. Dengan wajah ceria dan senyuman yang menyenangkan, gadis sadistic itu menyapa seluruh tim inti basket Universitas Tokyo.

Jadi tadi pemanasan?! Batin para Kisedai.

Anggota Kiseki no Sedai termasuk Kagami kembali mengingat. Mengingat bagaimana [St/n] memberikan menu latihan sambil tersenyum entah apa. Kurang lebih, beginilah menu latihannya :

Squat jump 50 kali, lari selama 15 menit ; keliling sekolah, front jump 30 kali, lari 200 meter selama 1 menit, lari naik–turun anak tangga dari lantai dasar sampai lantai tujuh, menshoot bola selama 10 menit. Ah, jangan lupa mencatat semua data diri kalian, seperti bagaimana posisi kalian saat melakukan gerakan-gerakan tadi ; jumlah putaran dan shoot bola yang kalian peroleh selama waktu yang ditentukan.

Gila? Memang, gadis itu memang dianggap gila oleh hampir seluruh anggota Kisedai dan kagami, kecuali Akashi sendiri. Entah apa yang pria itu pikirkan, dia tidak bergeming atau mengatakan apapun.

Setelah [St/n] kembali, seluruh anggota mengumpulkan lembaran data yang diminta sang gadis. Kemudian setelahnya, gadis itu mulai menilik hasil dari semua data itu.

Sementara sang gadis memeriksa lembar data 'penelitian', anggota lainnya dipersilahkan untuk beristirahat atau melakukan apapun yang mereka suka selama 10 menit. Setelah itu, latihan kembali dimulai.

Latihan yang sesungguhnya.

[St/n] terdiam—maniknya menatap lembaran demi lembaran pada genggamannya sedikit terkejut. Kemudian perlaham, gadis itu meletakkan telapak tangannya di depan mulutnya… dan mulai tertawa sendirian.

Tawa yang terdengar sangat keras ; mungkin orang yang mendengar atau bahkan melihat gadis itu, akan menganggap gadis itu benar-benar sudah gila.

Suara tawa yang menggema di tengah Gymnasium, membuat perhatian orang-orang di sana tertuju padanya—pada [St/n].

Gadis itu menghelakan nafasnya.

Dia gila! Benar-benar gila! Gadis sadistic gila! Batin Kisedai bersamaan.

"Aku kagum," gumam [St/n]. Gumamannya, ah, bukan, lebih tepatnya berbicara sendiri—yang terdengar jelas, membuat tanda tanya besar dalam benak anggota Kisedai. "Kalian benar-benar melakukannya. Padahal jika tidak ingin, aku juga tidak keberatan kalau kalian menolaknya."

Eh?!

"Aku benar-benar kagum dengan kalian, kalian luar biasa." [St/n] tersenyum. Senyuman yang belum pernah mereka lihat, senyuman yang terkesan tulus dan bersahabat, senyuman yang mengatakan kalau gadis itu benar-benar jujur dalam lubuk hatinya.

Iris mata anggota Kiseki no Sedai dan Kagami membulat sempurna—kala melihat gadis sadistic yang hanya mengembangkan senyuman konyol saat bersama dengan mereka seperti saat berbincang atau bercanda ria, kini tergantikan dengan senyuman yang lembut—senyuman kecil yang hampir tak-kasat mata dengan rona pipi di kedua pipi chubbynya.

[St/n] melirikkan pandangannya ke arah tengah Gymnasium, manik [e/c]nya menatap bingung anggota tim basket sekolahnya yang tengah menatapnya. Tatapan yang membuatnya sedikit… risih.

"Hei! Sedang lihat apa kalian?" [St/n] meniupkan peluitnya sebanyak tiga kali, "latihan dilanjutkan! Bertanding three-on-three dan Kuroko, bisa kau ke sini sebentar? Aku akan bicara denganmu."

"Aku di sini."

Gubrak! [St/n] terjatuh dari bench bangku penonton yang ia tempati begitu Kuroko tiba-tiba datang di sampingnya, dengan wajah datar khas miliknya, dan mengangkat sebelah tangannya. Itu cukup membuat sang gadis terkejut sampai terjatuh.

[St/n] mulai berbicara dengan Kuroko, sementara sang kapten, Seijuro Akashi, mengatur pembagian tim sama rata di tengah Gymnasium dan memulai latihan bertanding. Sebelumnya, [St/n] sendiri sudah menjelaskan sendiri alasannya mengambil latihan bertanding seperti ini. Tentu Akashi tidak menolaknya, toh dengan alasan untuk melihat kemampuan setiap pemain, tidak salah bukan?

Dari kejauhan, [St/n] dan Kuroko memperhatikan keenam orang yang tengah bertanding di tengah Gymnasium. Gadis itu tidak berkomentar apapun, melainkan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menurut Kuroko sendiri aneh. Tentu sebisa mungkin Kuroko akan menjelaskannya.

Seperti mengenai teknik milik Aomine yang terkesan memiliki free style dengan akurasi kecepatan tinggi, walaupun disisi lain Kagami juga hampir menyeimbanginya dengan lompatan miliknya, Midorima dengan tingkat ketepatan 'pasti' saat menshoot bola, dan yang lebih membuatnya kagum adalah… Kise.

Jujur saja. Untuk sesaat, [St/n] hampir berpikir Kise itu pemain paling kuat. Tapi mengingat bagaimana sifat over self-confident miliknya itu, membuat [St/n] menjadi ragu.

"Lalu Akashi-kun? Kudengar dia pemilik emperor eye?"

Kuroko sedikit melirikkan pandangannya pada [St/n], kemudian berkata, "kemampuan melihat masa depan, atau lebih tepatnya membaca gerakan lawan." Dengan wajah datar miliknya.

[St/n] ber-'hee' ria. Kemudian kembali menolehkan pandangannya ke tengah Gymnasium. Gadis itu melihat jam pada pergelangan tangan kanannya, lalu berdiri dan memutar tubuhnya ke arah Kuroko sambil menaikkan salah satu sudut bibirnya.

"Kuroko-kun, aku akan mengatakan sesuatu padamu," ucapnya dengan bersemangat.

Kuroko yang tak mengerti hanya mengerjap-ngerjapkan manik blue sky miliknya berkali-kali, kemudian untuk sesaat pria itu membulatkan maniknya sempurna.

Pluit kembali terdengar.

[St/n] meniupkan peluitnya sebanyak tiga kali dan permainan satu quarter ini pun berakhir. Kuroko mulai berjalan ke tengah Gymnasium, sementara gadis itu mengambil beberapa botol mineral dengan handuk kering ; untuk masing-masing pemain.

"Akhirnya latihan neraka ini berakhir. Untung saja aku masih bisa bertahan hidup dari seleksi alam yang baru ini," ucap Aomine dengan santainya.

Akhirnya ada yang mengatakannya! Batin Kisedai sambil melirik tajam ke arah Aomine. Namun seketika mereka merasakan aura aneh—gelap yang terpancar dari balik mereka.

[St/n] tersenyum kembali. Namun senyumannya sangat berbeda, senyuman yang berkesan mengerikan. Tanpa sadar Kisedai dan kagami kecuali Akashi (pria ini hanya meminum minumannya dengan santai) meneguk salivanya kasar.

"Ini baru awalnya saja, aku hanya ingin melihat batas kemampuan kalian. Tapi sepertinya aku tidak melihatnya sama sekali," ucap [St/n] sambil tersenyum, menaikkan kedua alisnya.

"[St/n]!" teriakan Takao. Gadis yang merasa terpanggil itu menolehkan pandangannya kebelakang, kemudian mendapati sosok Takao di depan pintu Gym.

"Dia sudah selesai, 'kah?" gumamnya. [St/n] kembali menolehkan pandangannya, "oh, aku hampir lupa. Mungkin aku tidak bisa sering mengamati kalian seperti ini, karena ada jadwal lain di hari-hari tertentu. Jadi, sisanya kuserahkan pada Akashi-kun."

"Ha'i"

👑

Sesuai yang di katakan [St/n], gadis itu tidak bisa setiap saat mengamati perkembangan tiap pemain pada hari-hari tertentu. Dia memang tidak menjelaskan secara spesifik alasannya, toh tidak ada yang bertanya.

[St/n] baru saja sampai, di sebuah tempat, lebih tepatnya gedung. Yup! Tempat les. Alasan spesifik gadis itu tidak bisa setiap saat untuk melakukan pengamatan adalah karena jadwal les, ditambah lagi dia juga mulai belajar langsung dari dokter sahabat ayahnya.

Karena sebentar lagi semester dua dan dia harus segera memilih jurusan sesuai keinginan orang tuanya.

Jurusan ilmu farmasi.

Jurusan yang berkutat pada pengembangan dan penemuan berbagai produk obat-obatan baru guna menunjang proses-proses penyembuhan berbagai penyakit.

Waktunya tinggal tiga bulan lagi. [St/n] melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan, setelah melangkahkan kakinya masuk, gadis itu menaiki undakan di depan kelasnya. Kemudian memperkenalkan namanya.

"… yoroshiku." [St/n] menundukkan kepalamya sopan, setelah itu dia dipersilahkan mengambil tempatnya.

Untuk sesaat ia melihat kursi kosong di belakang, namun maniknya tertarik sesaat tengah melihat seorang pria dengan suarai keabu-abuan tengah membaca entah buku apa. Maniknya tidak terlihat jelas, mungkin karena surai panjangnya dan dia juga sedang sedikit menunduk.

Gadis itu untuk sesaat berhenti di samping pria itu, pria yang sadar dengan kedatangan gadis itu pun mendongakkan kepalanya. Manik milik pria itu langsung menatap—mendapati sosok yang sebelumnya pernah, entah harus disebut menolong atau tidak. Dia tidak tahu kata-kata tepatnya.

"Konnichiwa… Mayuzumi Chihiro-san," ucap [St/n] sambil mengembangkan senyumannya.

Mayuzumi menganggukkan kepalanya. "Domo."

[St/n] langsung mengambil tempatnya, tepat di samping Mayuzumi. Kemudian pembelajaran di mulai.

👑

Langit Tokyo tampak gelap, tanda awan hujan sudah menggantung. Udaranya terasa panas dan sesak karena lembab. Mungkin nanti akan hujan.

Dan tentu saja, tak lama kemudian benar-benar turun hujan.

Seperti biasa, gadis itu menunggu Takao yang akan menjemputnya dengan mini cooper pribadi miliknya. Dia sudah hampir menunggu selama 15 menit dan Takao belum juga sampai.

Ah, sial! Disaat seperti ini, ah, tidak, lebih tepatnya pasti—sedang terdidur pulas. Aku tahu, ini memang waktu yang tepat untuk tertidur. Tapi, hey Takao! Setidaknya kau ingat kalau harus menjemputku! Batin [St/n].

[St/n] tampak gelisah, setelah berkali-kali dirinya mengirim pesan 'darurat' kepada sepupunya konyolnya itu.

Untuk sesaat, [St/n] mengadahkan ponsel pada genggamannya. Manik [e/c]nya mendapati sosok pria… dia berdiri, kulitnya putih, matanya memandang sang gadis dengan tatapan kosong…

Dhuar, terdengar suara petir yang menyambar dan akhirnya [St/n] tersadar.

"WAAA!"

Pria itu dengan cepat langsung menutup kedua telinganya dengan tenang. Namun untuk sesaat, wajahnya terlihat tidak suka. Atau lebih tepatnya sebal.

"Kau ini… ternyata berisik sekali."

Yaa, Chihiro Mayuzumi, datang dengan tiba-tiba tepat di depan sang gadis.

Eh?! Rasanya… seperti saat pertama kali aku kenal dengan Kuroko. Ah, apa mereka ini 'satu jenis'?

Pikiran awkward.

Sebenarnya [St/n] sendiri tahu kalau itu pikiran konyol. Tapi, toh hanya dia dan tuhan yang tahu, kan?

Mayuzumi langsung mengambil posisi duduk tepat di samping [St/n]. Dia menggenggam kunci ; sepertinya kunci mobil. Itu artinya ada kemungkinan ia menunggu hujan reda.

[St/n] mengangguk yakin akan prediksinya, namun itu hanya prediksinya semata, toh hal itu juga bisa saja salah, bukan?

"Ano… Mayuzumi-san—"

"Chihiro. Panggil saja Chihiro," sela Mayuzumi cepat.

"Ah…," [St/n] mengangguk, "jadi kau… sudah masuk semester berapa?"

"Aku belum memberitahumu?" [St/n] mengangguk, sementara Mayuzumi yang tadinya sempat masih fokus pada bukunya, dia mengadahkannya begitu saja. "Aku jurusan fisika, semester lima."

[St/n] menganggukkan kepalanya berkali-kali sambil ber-'oh' ria. Suara rintikkan hujan tak kunjung mereda, justru semakin lama malah semakin deras. Berkali-kali [St/n] mencoba melihat keluar pintu kaca yang tak jauh di depannya, berharap sebuah mini cooper yang dia kenal tengah menunggunya. Namun hasilnya nihil, dia tidak menemukan apapun.

[…Nomor yang Anda tuju tidak menjawab, cobalah untuk menghubunginya beberapa saat lagi…]

Hanya itu jawaban dari orang yang [St/n] coba hubungi. Dia tidak bisa berharap pada maid pribadi miliknya, toh tidak ada yang bisa menyetir. Butler rumahnya? Khusus pegawai pria, semuanya sudah pulang dan ayahnya belum menemukan butler pribadi pengganti Karasawa, butler pribadi [St/n] yang tugasnya menjadi sopir pribadi miliknya.

"Kau… mau kuantar?"

[St/n] memutarkan tubuhnya. Dirinya mendapati sosok Mayuzumi yang sudah berdiri tepat di sampingnya, maniknya sama-sama menerawang dari belakang pintu kaca keadaan hujan yang masih terlihat sangat deras.

"Ah, tidak, terimakasih. Rumahku sedikit jauh dari sini," tolak [St/n] dengan sopan.

"Rumahmu tidak terlalu jauh, kebetulan searah denganku."

Eh?! Bagaimana dia tahu?! Ah, apa mungkin dia kebetulan melihatku karena setiap hari aku diantar kuliah?

"Sudahlah, ayo."

👑

Hujan sudah hampir mereda, suara rintiknya pun sudah hampir jarang terdengar. Ah, dia lupa kalau sore nanti seluruh wilayah Kanto akan hujan hari ini. Makannya dia tidak membawa payung atau jas hujan.

Mobil dengan ukuran yang tidak terlalu besar itu berhenti tepat di depan gerbang berwarna gold metallic dengan bentuk yang sederhana namun terkesan mewah.

"Chihiro-san, arigatou sudah mengantarkanku," sahut [St/n] sambil tersenyum.

"Domo."

"Ah, aku lupa. Kau sepertinya punya banyak Light Novel, bisa kau pinjamkan padaku? Beberapa yang kau rekomendasikan."

Mayuzumi mengangguk. "Besok… akan kubawakan," balasnya.

"Kalau begitu… cari saja aku nanti di Gym seusai pulang, aku pasti di sana."

Selesai berkata seperti itu, [St/n] keluar dari mobil Mayuzumi dan memasuki rumahnya, di sana ia telah di sambut oleh beberapa maid. Maid itu membawa tas yang tadinya ia kenakan, kemudian membawakannya minum.

[St/n] yang langsung disuguhkan minuman, langsung mengambil gelasnya—meneguknya—lalu mengembalikkannya di atas nampan yang maid itu bawa.

Sementara dengan wajah datar menyeramkan milik [St/n], ia melangkahkan kakinya cepat menuju ruangan Takao—

—dan benar, di ruangannya yang sudah terasa sejuk ia tengah tertidur dengan wajah bodohnya.

Dengan cekatan, [St/n] langsung menarik sebelah tangan Takao sampai pria itu terjatuh dari kasurnya. Sementara Takao yang masih setengah tersadar itu, mendongakkan kepalanya.

Takao tersenyum kecut. Ah, dia ingat. Seharusnya dia menjemput sepupunya ini, namun Takao tidak bisa membuat alasan apapun, karena alasan yang ia buat pasti akan langsung dipatahkan faktanya oleh [St/n] sendiri.

[St/n] mengenduskan nafasnya sambil berkacak pinggang dan Takao terduduk ; menyesali perbuatannya.

"Maafkan aku," ucap Takao, pasrah.

[St/n] kembali menghelakan nafasnya, kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Sudahlah, aku sudah lelah. Pastikan kau tidak lupa mengerjakan tugasmu!" ucap sang gadis.

Tugas?! Ah, Takao ingat kalau Akashi memberikan sesuatu padanya untuk diserahkan pada [St/n]. Takao berdiri, kemudian segera mengambil tasnya dan dengan cepat membuka ritsleting tasnya.

Sebelum [St/n] benar-benar keluar dari ruangannya, dia menahan lengan sepupunya itu hingga berbalik ke arahnya. Kemudian di depan mata [St/n], Takao menyerahkan hasil latihan hari ini.

"Arigatou."

[St/n] langsung berlalu pergi begitu saja, Takao sebenarnya cukup khawatir dengan keadaan sepupunya ini.

Grup [L/n], salah satu grup terkaya di Jepang (tepat di bawah Akashi Corp.). Grup [L/n] juga memiliki perusahaan finansial, elektronik, obat-obatan, bahkan penerbitan.

Yang membuat Takao khawatir adalah karena yang mengurus semua itu adalah sepupunya sendiri…

[F/n].

Itulah alasan kenapa dia memilih mengambil jurusan farmasi dan suka membaca, karena bisa dibilang itu memang pekerjaannya.

Dan [St/n] satu-satunya putri dari kepala grup tersebut, [Ft/n] ; tunangan dari putra keluarga Akashi, Seijuro Akashi.

Jadi, dialah pewaris perempuan sejati.

Namun dibalik fakta tentang latar belakangnya, yang menjadi alasan ia tidak terlalu menonjol di sekolahnya adalah…

… karena dia menyembunyikan semuanya, menjadi gadis sederhana yang tidak terlalu menonjolkan diri di sekolahnya. Lalu pekerjaannya di perusahaan? Dia mengerjakannya di rumah dan mengirimkan hasil laporannya melalui E-Mail atau diantar langsung ke Perusahaannya—

—lalu selebihnya, ayahnya yang akan menilai dari hasil laporan miliknya. Bisa dibilang, kedua orang ini bekerjasama, nmun [St/n] hanya bekerja di balik bayang-bayang ayahnya… selama 3 tahun.

Walaupun begitu, tetap saja banyak pria yang menaruh perasaannya padanya dan para gadis yang menganggap dia panutannya (tapi tidak dengan sifat sadisnya).

















Chapter 13 has finished :""" awal-awal sumpah ini gaje lho X'D tapi yaa… lumayan lhaa~ :'3 setidaknya Mikajeh udah usaha ditengah kesibukan Mikajeh sebagai siswi SMA :v

Sebagai salah seorang dari siswi gereged yg nulis wattpad di sekolah :v oh, ya, mungkin Mikajeh bakal nge-rewrite cerpen(?) /sebenernya bukan cerpen :v/ yang Mikajeh pake buat PR B. Indo X'D

Next chapter review '3' Akashi mulai salah paham, bung :v kira-kira Mayuzumi naro feel gak yak ke Rea <(") maunya sih Author 'iya'-in :v but, liat ae lah >//<

Terimakasih _(:3 J   )_

Neko Kurosaki

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro