Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(1)

♠♠♠

Mansion keluarga besar Akashi.

Yang terkenal dengan luas tanah hijaunya. Bunga-bunga yang berwarna serta indahnya air mancur menghiasi seluruh lapangan hijau di sana.

Sebuah mansion luas dimana seluruh anggota keluarga Akashi tinggal. Berpusat di Kyoto, Jepang.

Mobil limousine hitam melaju dengan kecepatan normal. Tidak terburu-buru—kala membawa seorang pewaris tunggal keluarga Akashi.

Salah satu pintu limousine terbuka. Menampakkan seorang pria perawakan kecil dengan rambut red pinkish lancipnya.

Seijuro Akashi.

Pewaris tunggal keluarga Akashi yang baru saja tiba jauh-jauh dari London, Inggris ke Kyoto, Jepang. Memenuhi panggilan sang kepala keluarga Akashi. Masaomi Akashi.

Akashi muda berdiri di depan pintu limousine hitamnya. Sedangkan di depannya sudah di sambut dengan beberapa maid juga butler pribadi.

"Selamat datang di Mansion, Tuan Muda Seijuro-sama," ujar seorang butler yang nampak sedikit tua lalu membungkuk, memberi hormat. "Kepala Keluarga Akashi. Masaomi Akashi-sama. Juga ibu tiri dan nenek Anda sudah menunggu di ruang kerja," lanjutnya.

"Bisakah kau memberi waktu sebentar? Aku akan segera kesana," balas pria bersurai red pinkish itu.

"Maaf, tuan muda. Masaomi-sama memerintah Anda untuk menemuinya sekarang juga, menyangkut hal penting yang ingin dibicarakan dengan Anda."

Tanpa membalas apapun lagi. Akashi muda segera lanjut berjalan menemui sang ayah di ruang kerjanya.

Sebagai penerus perusahaan besar Akashi Corporation, sudah saatnya bagi Akashi sendiri memulai mempersiapkan keperluannya walaupun di usianya yang baru saja mencapai 20 tahun itu. 

👑

Pembicaraan singkat tentang perjanjian yang sudah di tanda tangani sangat lama. Pertunangan, itulah percakapan yang terdengar di ruang kerja Masaomi Akashi. Pertunangan Seijuro Akashi dengan seorang gadis yang sudah lama sang kepala keluarga Akashi kenal... sangat baik.

"Apakah tidak masalah... membiarkan dia menikah muda dengan anak dari perusahaan itu? Bahkan kita belum lama mengenalnya lagi setelah sekian lama," tanya seorang wanita dengan rambut hitam yang di sanggul dengan hiasan bunga di kepalanya. Shinju Akashi. Ibu tiri dari Seijuro Akashi juga istri kedua Masaomi Akashi.

"Perjanjian sudah di tanda tangani... harus di tepati. Tidak peduli siapa gadis ini, karena dia harapan terakhir yang bisa kita percaya. Lagipula Akashi muda sudah pernah bertemu dengannya... dahulu," jelas seorang nenek tua renta. Nenek dari ibu tiri Seijuro. Ume obaa-sama. "Aku yakin, Seijuro akan menerimanya," lanjutnya.

Pembicaraan terhenti, begitu tuan muda Seijuro Akashi memasuki ruangan. Dia segera membungkuk memberi hormat, lalu di persilakan duduk. Kedua iris mata merahnya serta senyuman manisnya menampakkan diri, menghiasi wajah tampannya.

"Apa kau tahu, bahwa kau kembali ke Jepang untuk menikah? Bagaimana pendapatmu?"

Akashi tampak terkejut mendengar pertanyaan ayahnya. Baginya, ini sudah hampir kesekian kalinya ia ditunangkan oleh setiap gadis dari keturunan perusahaan besar maupun kecil.

Benar, Akashi menolak semua pertunangan itu—kala dia berpikir belum siap dengan alasan umurnya yang terbilang masih terlalu muda. Akashi menggilingkan matanya ke segala arah namun kembali lagi menatap ayah juga nenek di depannya bergantian.

"Aku sudah memutuskannya," balas Akashi.

"Walaupun begitu, aku masih ingin mendengar pendapatmu soal ini," ucap sang nenek.

"Otousan ingin kau dengan gadis ini dan kau tidak bisa menyangkalnya. Juga, buatlah dirimu senyaman mungkin dengan keputusan otousan."

Akashi berdiri, membungkuk, lalu meninggalkan ruang kerja ayahnya. Tidak mengatakan apapun—kala perintah ayahnya sangat mutlak dan benar-benar tidak bisa di elakkan untuk kali ini. Walaupun dia bisa saja memberikan alasan lain sehubungan dia menolak pertunangan ini.

Sang ayah menatap kepergian anaknya dengan raut wajah khawatir. Walaupun dia jelas tahu sang putra juga tidak bisa menolaknya. Pasti.

Akashi berjalan menelusuri taman mansion-nya. Menenangkan dirinya dari segala pikiran yang membuatnya setres, dia mengingat kembali... seorang gadis yang ia tinggalkan sendiri di London, sementara dia akan kembali ke Jepang atas perintah ayahnya.

-While in London, England-

Akashi pergi ke sebuah apartemen berbintang lima. Menemui seseorang yang dia cintai, sebenarnya. Hubungan dia dengan sang kekasih bahkan tidak diketahui oleh keluarganya maupun publik sendiri.

Tampak seorang gadis dengan surai panjang berwarna merah muda memasukkan beberapa pakaian kedalam koper hitamnya.

Dia mengambil passport yang ia letakkan tak jauh dari kopernya, membalik tubuhnya menghadap Akashi yang sedang asiknya memainkan ponselnya. Merekam aktivitas sang kekasih. Satsuki Momoi.

Yaa... Satsuki Momoi. Kekasih Seijuro Akashi yang bersekolah di London dengan Akashi. Kenapa seorang Seijuro bisa jatuh hati pada Satsuki Momoi selaku mantan manager tim basketnya saat di Teiko? jawabannya mudah, Akashi mengharapkan sesuatu darinya yang bahkan Momoi sendiri tidak mengerti sampai membuat dirinya sendiri juga jatuh hati pada mantan kaptennya ini.

"Hei! jangan sampai kehilangan ini. Mungkin saja kau tidak bisa kembali," ujar sang gadis sambil menunjukkan passport-nya.

Akashi nampak mematikan ponselnya semetara, lalu memasukkannya dalam saku celananya. Kembali menatap sang gadis. Manik crimson-nya nampak terpejam sebentar lalu kembali terlihat.

"Aku juga tidak ingin pergi. Aku ingin bersama denganmu disini."

Sang gadis, Satsuki Momoi. Nampak tersenyum namun pandangannya sendu. Dia berjalan menghampiri sang kekasih, Seijuro Akashi yang berdiri tidak jauh darinya. Nampak tirai besar berwarna putih di belakangnya, menutupi pemandangan dari atas apartemen tempat mereka berada.

Akashi merogoh kembali sakunya, mengambil ponselnya, dan membuka kamera. Dia kembali menatap lekat sang kekasih di depannya.

"Mari kita berfoto," pintanya.

Momoi tersenyum dan mengangguk. Dia segera mengambil tempat tepat di samping Akashi sambil sedikit menarik rambut merah jambunya kedepan lalu merapihkannya.

Bip!

Akashi menekan tombolnya. Namun Momoi hanya tertawa kecil—kala melihat Akashi menekan tombol rekam bukan foto.

"Kau merekam video bukan?"

Sang gadis menatap Akashi yang tidak tersenyum. Namun, kembali menatap rekaman yang sedang berjalan di ponsel Akashi. Tampak dia melambai-lambaikan tangannya ke kamera.

"Apa kau mau menikah denganku?"

Tanpa memperhatikan Akashi yang baru saja mengucapkan pertanyaan itu, senyuman Momoi langsung lenyap perlahan. Namun sang gadis langsung menatap kekasih di depannya dan mengambil ponsel pada genggamannya dan me-stop rekaman yang berjalan itu.

Momoi menatap lekat Akashi kemudian.

"Sei... usia kita bahkan baru saja sampai 20 tahun. Kita belum siap... dan aku juga masih ingin mengejar impianku... juga... banyak peraturan di keluargamu, aku tidak yakin bisa mematuhi semua itu... gommene, Sei. Aku juga masih menjadi manager International Team Basketball. Semuanya berjalan lancar."

Mendengar penjelasan panjang Momoi, Akashi tampak kecewa. Itu bukan jawaban yang Akashi harapkan. Bukan itu. Tampak raut wajahnya seketika berubah menjadi kelam, tidak ada senyuman yang menghiasi wajahnya. Dia pun hanya memalingkan pandangannya kesegala arah.

"Ayo kita berfoto," pinta Momoi lalu menggigit bibir bawahnya dan berusaha tersenyum walaupun sulit. Dia membuka kamera pada ponsel Akashi lalu kembali mendekati dirinya dengan sang kekasih di depannya yang nampak tidak senang.

Cekrek!

Foto pertama berhasil terambil. Namun wajah Akashi masih tidak menampakkan senyumannya.

"Tersenyumlah, Sei."

Momoi kembali melihat ponsel pada genggamannnya. Tapi dia sadar, kalau Akashi muda tidak tersenyum sama sekali. Dia pun mendekatkan dirinya ke wajah Akashi lalu mengecup pipinya dan...

Cekrek!

Foto Momoi yang sedang mengecup pipi mulus Akashi berhasil terambil. Begitu tersadar, Akashi langsung menatap lekat Momoi di depannya. Pandangannya terlihat sendu bercampur kecewa.

"Tunggulah aku, Sei. Jika kau mencintaiku."

(Nah lohh :v)

Momoi langsung memeluk lembut Akashi, begitupun sebaliknya. Wajah tampan Akashi masih belum menampakkan senyuman manisnya. Tampak ia sangat bingung.

Tidak mungkin jika Akashi tidak mengetahui maksud ayahnya untuk menyurunya segera kembali ke Kyoto. Apa dia benar-benar harus menuruti perintah ayahnya atau pergi dengan Momoi? Tapi dia juga sadar akan posisinya sebagai pewaris tunggal perusahaan besar Akashi Corp. Dia tidak bisa mengelak dari hal itu.

Apa pilihan dia meninggalkan Momoi benar? Apa alasan dia yang sebenarnya meninggalkan Momoi begitu saja jika dia masih mencintainya? Atau dia meninggalkan Momoi juga dengan alasan apa yang dia cari masih belum dia temukan? Atau ada hal lainnya... tidak ada yang mengetahui akan hal itu kecuali dirinya (dan K-san-san selaku Author :v /plak/)

(Author ngajak perang \:v/)

-Back to Kyoto, Japan-

Masaomi Akashi memandang keluar jendela ruang kerjanya, memikirkan putra sulungnya yang keras kepala jika mengenai hal ini. Sementara, tangan kanan sang kepala keluarga Akashi berdiri di belakangnya. Nampak dia juga mengkhawatirkan sesuatu.

"Tuan muda tampaknya tidak senang. Bahwa dia harus segera menikah. Jujur saja, saya merasa khawatir."

"Dia harus tahu posisinya!" tegas sang kepala keluarga, "untuk apa dia di lahirkan sampai aku menjaganya dengan ketat untuk menguasai segala bidang jika hal ini saja mengganggunya?!"

Masaomi tiba-tiba menyentuh batang hidungnya. Pusing yang ia rasakan kembali lagi. Tanaka, selaku tangan kanan sang kepala keluarga langsung memasang wajah khawatir pada tuannya. Dia menyentuh tangan kanan tuannya, berusaha membantunya jika tiba-tiba saja terjadi suatu hal yang buruk.

"Saya rasa, Anda harus segera kembali ke ruangan Anda dan segera beristirahat, Tuan."

"Waktuku tidak terlalu banyak dan Seijuro harus segera menggantikanku. Dia harus mempelajari banyak hal dan berusaha menerima kenyataan yang mengubahnya seperti ini... aku berharap banyak padamu, [F/n]."

Sang ayah jelas mengerti, semejak kematian ibu kandung Akashi. Dia selalu menutup dirinya dan hanya melaksanakan perintah ayahnya dan tidak terbebas dengan apapun. Mungkin itu lah salah satu alasan Akashi mulai membangkang ayahnya. Jenuh yang dia rasakan. Masaomi menghela nafas pelan dan kembali memasuki ruangannya di bantu Tanaka di sampingnya.

Sementara Akashi. Masih memandang jauh ke sana. Entah apa yang ia lihat. Pandangannya menerawang jauh... mungkin mengingat kembali sosok yang dulu selalu mendukungnya yang telah tiada. Shiori Akashi, ibu kandungnya yang telah meninggal dengan sangat tiba-tiba saat dia berada di tahun kelima sekolah dasarnya. Dia tidak membenci ayahnya yang menyembunyikan keadaan ibunya saat itu, hanya saja... dia tidak bisa menerima kepergiannya yang tiba-tiba seperti itu dan sekarang sosok berharganya itu telah di gantikan. Dengan mudahnya.

👑

Di lain sisi, [F/n]. Seorang mahasiswi tahun pertama yang sangat ceria, energik, menyukai kebebasan, dan sangat benci dipaksa. Khususnya dengan aturan-aturan di sekitarnya. Bahkan ia menganggap bahwa...

Aturan dibuat untuk dilanggar.

Impiannya? Yaa... impiannya menjadi seorang dokter sekaligus seniman terkenal di dunia. Tapi tentu hal itu tidak memberatkan baginya—kala [St/n] diberkati kecerdasan yang sangat baik. Tidak memiliki masalah dalam pelajaran, peringkat pertama selalu di dapatkannya.

Impian [St/n] yang sebenarnya hanyalah seorang seniman yang terkenal di dunia. Namun naas, orang tuanya tidak menyetujui hal itu—kala kepintaran miliknya yang mereka pikir akan terbuang sia-sia.

Tapi hal itu tidak menghentikan ambisi [St/n] untuk terus berkarya. Yaa... dia tetap bersikeras menjadi seniman, namun pekerjaan ini hanya akan dilakukannya kelak di waktu senggang sementara prioritas utamanya adalah sebagai dokter.

Idolanya? Tentunya Van Gogh. Karena ambisi [St/n] menjadi sepertinya. Suatu hari, ia akan menjadi terkenal seperti dirinya.

Tak luput dari nama-nama mangaka terkenal. Seperti Masashi Kishimoto karena penghargaannya ; Isayama Hajime karena karakter tidak pantang menyerahnya ; juga Yana Toboso karena niatnya dalam membuat manganya yang luar biasa.

Semua itu yang memotivasi seorang [F/n] terus dalam berkarya.

[St/n] tinggal di mansion yang tidak terlalu mewah, sederhana. Namun terkesan indah. Karena rata-rata keluarganya termasuk dirinya menyukai sesuatu yang sederhana dan membenci hal-hal yang merepotkan.

Ayahnya, [Ft/n]. Seorang eksportir kayu dan furniture dengan cakupan yang cukup luas. Namun [St/n] tidak menyangkal, jika sebenarnya ayahnya cukup menyebalkan dengan leluconnya itu. Tapi [St/n] sangat menghormati ayahnya. Karena memiliki kepribadian yang tegas namun disisi lain memiliki kelembutan, sangat menyayangi [St/n] dengan pandangan yang berbeda namun unik.

Ibunya, [Mt/n]. Seorang wanita yang fashionable, namun sederhana walaupun banyak teman-teman [St/n] mengatakan jika ibunya wanita socialite. Tapi faktanya ibunya hanya wanita sederhana yang tidak suka menghamburkan banyak uang demi kepentingannya sendiri. Dia memang fashionable. Jelas, karena dia pemilik butik ternama. Dia juga memiliki perilaku sopan santun tetapi tidak berlebihan, bersikap ramah tetapi disegani, tahu bagaimana caranya agar dapat menarik perhatian bahkan ketika makan, dan tidak pernah membicarakan aktivitas yoga atau berbicara tentang asupan makanan terhadap dirinya karena ibunda [St/n] lebih tertarik pada hal lain daripada diri mereka sendiri.

Ibu [St/n] juga sangat baik. Sangat... baik... bahkan dia setia memarahi ayah sang gadis ketika mendengar jika ayahnya meminjamkan uang secara cuma-cuma kepada orang lain. Sementara saat sang ibu meminta uang untuk kebutuhan keluarganya sendiri sangat sulit.

Kenapa tidak menggunakan uangnya sendiri? tentunya karena pernyataan bahwa 'uang suami milik istri, uang istri milik istri'

Jadi, tidak salah jikalau ibu [St/n] meminta uang dari suaminya, bukan?  Tapi ibunya tentu tidak sekejam itu, kadang kala ibu [St/n] menggunakan uangnya sendiri. Tentu untuk kebutuhannya sendiri pula. (gak usah ngomong, mak X'D)

Walaupun begitu, mereka masih saling mencintai. Jujur saja, ibu [St/n] itu tipe wanita sadistic. Mungkin itulah yang menjadi alasan kenapa [F/n] juga menjadi wanita yang sadis. Singkatnya... keturunan.

[St/n] juga tinggal dengan sepupu laki-lakinya. Awalnya sepupunya tidak tinggal di Tokyo dengannya, melainkan di Kyoto dengan orang tuanya. Namanya Takao Kazunari, orang yang konyol juga menyebalkan menurut [St/n]. Yaa... [St/n] tinggal dengannya, Takao terpaksa tinggal dengan sepupu sadistic-nya karena nilainya yang buruk dan selama nilainya masih buruk dia tidak diperbolehkan pulang ke Kyoto oleh orang tuanya.

Salahkan dirinya yang saat ujian kelulusan percaya dengan mitos lempar pensil milik teman hijaunya yang [St/n] tahu bernama Midorima. Menggunakan keberuntungan, tentu [St/n] tahu keberuntungan tidak datang setiap saat. Apalagi dia punya keberuntungan yang jelek. Tapi jujur saja, [St/n] terkejut—kala dirinya bisa di terima masuk Universitas Tokyo yang sama dengannya.
















Hiya kembali lagi dengan K-san-san di cerita baru :3 yup! Cerita Akashi dengan reader sekalian :g note : susah lho bikin ini story :'v bingung olah katanya :"

Update cerita laen dulu lah mumpung ide-nya masih ada X'D kalo laku ato ada yang tertarik sama terusan ceritanya, bakal fast update :3 maybe bisa sehari sekali or seminggu sekali X'D wkwkwk oke! Happy reading

Betewe ini bakal berisi tentang sindiran Autohor bakal kawand seperjuangan Author :v /plak/ berharap kalian baca kawaaaan~

Chapter selanjutnya akan menampakkan sifat sadis reader :3 tapi gak sadis-sadis amat kok '3'

Thanks to semua tokoh anime yang sadis :3 kalian sudah memberikan ide-ide cemerlang pada saya :"""

Thanks to reader yang udah baca :'3 silahkan tinggalkan jejak vote dan komennya ~~

Terimakasih _(:3 J    )_

Neko Kurosaki

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro