30. First Kiss?
30. First Kiss?
***
'Hal yang ku sesali adalah terlambat untuk tau, bahwa diriku lebih mencintaimu.'
- Adira Ariani-
♡
"Ra, lo ngapain ke Apartemen?!"
Adira menoleh. Ucapan Tama yang sedikit tinggi itu membuat dirinya kaget seratus persen. Adira mengerjapkan matanya tak percaya, saat matanya menangkap raut tajam sekaligus bingung Tama. Ada apa dengannya?
"Aku mau jenguk teman, Tam," jawab Adira dengan wajah ikut bingung.
"Siapa nama teman lo?"
"Kamma Onfarta."
Deg
Adira semakin kebingungan saat matanya menangkap raut keterkejutan Tama. Sebenarnya apa yang terjadi?
"Humm, kenapa ya? Kok lo kaget gitu? Ada yang salah sama Kamma?" tanya Adira dengan pandangan bertanya-tanya.
Tama menggelengkan kepalanya singkat, seulas senyum terpatri di bibirnya.
Aneh.
Cowok itu benar-benar sangat aneh. Seperti menyimpan sesuatu tersembunyi. Jiwa Adira yang penuh rasa kepo kian bangkit, dirinya ingin bertanya kembali. Namun, kegagalan mengatasinya, saat Tama berucap pelan.
"Yaudah, gue balik dulu. Hati-hati lo di sini!" Tama berjalan menjauh dari Adira yang masih diliputi rasa ingin tau. Seketika, gadis mencebik karena tak menemukan apapun yang menganjal di otaknya.
Adira mengedik bahu tak peduli lagi. Langkahnya mulai masuk menyulusuri dari satu kolidor hingga ke kolidor yang lain. Hingga—sepatu miliknya berhenti tepat di depan pintu kediaman Kamma.
"Humm, benar enggak ya? Ini kamar Kamma?" Adira menggigit bibir bawahnya takut salah kamar. Dia merasa ragu karena dirinya baru sekali pergi ke Apartemen cowok itu. Jadi ... mana mungkin dirinya cepat hapal seperti anak-anak yang lain.
Entah sampai kapan gadis itu berdiri di depan pintu yang tertutup. Gadis itu masih sibuk dengan pikiran yang penuh rasa dilema. Adira menarik nafasnya perlahan lalu membuangnya. Oke, Adira tenang. Nggak apa-apa. Apa yang perlu kamu khawatirkan di sini? Kamma orangnya baik juga kok.
Adira mulai memencet tombol yang didekat pintu. Menunggu seseorang membuka pintu dari dalam. Tapi ... nihil, Kamma belum kunjung membuka pintu. Dirinya menjadi cemas tak terkira ada apa cowok itu. Adira yakin cowok itu pasti sedang di Apartemen. Dia yakin hal itu.
Deg
Tiba-tiba pintu terbuka. Adira melihat Kamma berdiri di sana dengan wajah memerah, keningnya di tempel oleh benda tempelan khas orang sakit. Nafasnya memburu, matanya tampak sayu memandang Adira.
"Dirdir, lo—"
Adira memotong ucapan Kamma dengan wajah super khawatir. Tangannya buru-buru menarik tangan Kamma untuk masuk ke dalam dan menutup pintu Apartemen itu kembali. Kamma sendiri tidak memberontak, tubuhnya yang lemah, membuatnya tak bisa apa-apa.
Adira terkejut, saat tiba-tiba Kamma terjatuh dengan posisi terduduk di lantai. Adira melihat itu memekik takut, dia benar-benar takut cowok itu kenapa-kenapa.
"Kam, lo ke-kenapa? K-kok jadi gini?" isak Adira dengan wajah khawatir. "Gue hubungi dokter, ya?"
Kamma menggeleng cepat, jarinya bergerak mengusap keningnya sebentar. "Jangan, gue benci bau obat-obatan."
"Te-terus aku harus apa?" tangis Adira makin tak terkontrol, dia semakin takut karena cowok itu tak bersedia di antar ke sana. "Gimana kalau keluarga lo aja? Di mana mereka?! Lo sedang sakit begini harusnya mereka berada di sini."
Kamma terdiam lesu, wajahnya makin memerah, dengan emosi memuncak cowok itu berusaha berdiri dari duduknya.
Adira hanya menatap bingung, isakkannya sudah mulai berhenti. Adira memperhatikan pergerakan Kamma yang menuju ranjangnya yang ber-pas pas an dekat dengan cermin besar menggantung di sana.
Brukk
Adira berteriak kaget, saat cowok itu kehilangan kendali—memukul tangan di depan kaca secara tiba-tiba. "Pria sialan! Kurang ajar lo brengsek!"
Adira melihat itu berlari cepat ke arah Kamma, lalu memeluk tubuh cowok itu dari belakang. Tangisannya kembali datang. Dirinya benar-benar merasa syok dengan perbuatan Kamma kali ini—yang tak wajar dengan menyakiti diri sendiri.
"Cukup Kamma! Tolong, jangan sakiti diri lo seperti ini! Gue nggak tau, kenapa lo bisa begini? T-tolong jangan gini, Kam. Gue takut—" Adira terisak-isak takut di tempat. Baru pertama kali baginya melihat kondisi kacau Kamma.
Kamma tersadar dengan tingkahnya yang membuat Adira ketakutan, tangannya yang tak terluka terulur mengusap pipi gadis itu lembut.
Deg
"Ma-maafkan gue, Dirdir." Setelah mengatakan itu, Kamma—cowok itu terjatuh tergeletak di lantai.
Adira yang syok, bergegas membimbing cowok itu menuju ranjaknya. Dia mencoba menguatkan diri sendiri agar cowok itu bisa di sembuhkan. Adira meletakkan salah satu tangan Kamma ke bahunya, dan mencoba menarik tubuh cowok itu—walaupun rasanya sangat berat.
Dengan segala perjuangan, Adira berhasil membawa cowok itu mendekat ke kasur. Dengan hati-hati dirinya, membaring tubuh cowok itu ke kasur. Namun, saat dirinya menjatuhkan Kamma ke atas kasur. Dirinya ikut terjatuh ke tubuh cowok itu.
Deg
Mata Adira sontak membulat, saat menyadari bibirnya tak sengaja bersentuhan dengan bibir Kamma.
Deg
Adira sontak melepaskan diri dari cowok itu dengan wajah memerah semerah tomat. Degub jantungnya terasa sangat berdebar kali ini. Adira beralih memegang bibirnya dengan wajah tak percaya. Barusan—Kamma mengambil ciumannya dalam keadaan tak sadarkan diri. Oh tidak! Apa itu berati first kiss nya telah direnggut Kamma?
Adira menggeleng kepala cepat, mengingat sekarang bukan waktu yang tepat untuk memikirkan itu. Adira dengan cepat berlari ke dapur, tak lupa mengambil bubur yang di beli untuk dipanaskan. Sekalian mengambil kain untuk mengganti kompres-an yang ada di kening Kamma dan juga obat untuk menyembuhkan tangan luka cowok itu.
"Ah, itu dia!" Adira bergumam pelan, saat pandangannya tertuju ke dalam lemari yang ter-ekspor dari luar. Namun, melihat kotak obat itu terlalu tinggi, membuatnya memanyunkan bibir kesal.
Adira mengalihkan pandangannya dan menemukan sebuah kursi tak jauh dari sana.
Tak ada pilihan, dia harus menggunakan itu.
Dengan gerakan cepat, gadis itu meletakkan kursi itu dan menaikinya. Tapi ... sepertinya memang takdir berkata lain, saat tangan nya sudah mengampai kotak obat—dirinya justru terjatuh ke lantai. Untung saja, kotak obat itu baik-baik saja. Adira meringis sakit, merasakan sakit di pergelangan kakinya. Dirinya duga pasti kakinya terkilir.
"Ah, sial! Pake acara terkilir lagi!"
***
KOMEN NEXT DI SINI! BIAR UPDATENYA CEPAT!
30 Juli 2023
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro