Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15. Ciuman Nggak Sengaja

15. Ciuman Nggak Sengaja

***

'Apa kamu menyukaiku?'

-Adira Ariani -


"Kamma! Lo apa-apaan sih, tadi aku udah bilang. Jangan sampe ke dalam!" kesal Adira sembari memukul punggung Kamma.

"Memang kenapa?" tanya Kamma bingung. Sepeda yang dikemudi, dia tempatkan di salah satu tempat parkiran yang kosong.

Adira turun duluan, dengan wajah kesal. Sementara, Kamma hanya bersikap acuh tak acuh. "Masih nanya lagi, itu fans lo pada lihat aku marah. Mana itu bola mata kayak mau keluar lagi."

"Hahaha." Kamma ikut turun dan memperhatikan sekitarnya. Hanya sebentar, setelah itu—dia mengalihkan pandangan ke arah Adira.

"Kok ketawa, sih!" Adira yang ditertawakan mengerucutkan bibir.

"Bukannya bagus? berati lo bakal terkenal entar, kalo sama gue terus," jawab Kamma enteng.

"Terkenal apanya. Aku nggak suka, entar aku dibully fans lo lagi. Bukannya populer, malah dapat masalah," gerutu Adira sembari berjalan duluan dari Kamma.

"Jadi lo nggak suka?" Kamma yang merasa ditinggalkan pun mengikuti langkah Adira.

"Iya, aku nggak suka jadi pusat perhatian."

"Humm ... padahal lo orang pertama yang gue tebeng, Ra. "

Deg

Adira menoleh ke arah Kamma dengan wajah kaget. Degub jantung yang terasa biasa sebelumnya, berubah menjadi rasa gugup luar biasa.

Orang pertama? Apa itu berati—Kamma tidak pernah mengizinkan seseorang duduk di sepedanya ini?

"Ke-kenapa?" tanya Adira dengan wajah ingin tau. Keingintahuannya yang tak mengerti dengan sikap Kamma yang sering sulit di tebak. Membuatnya kesulitan memahami perasaan degub seperti apa ini? Padahal dia menyukai Tama bukan Kamma. Tapi ... kenapa degub jantung itu terasa begitu nyata ke dalam dadanya?

Sebenarnya, Adira jatuh cinta pada siapa? Tama atau Kamma?

Kamma tersenyum, tangannya bergerak mengelus puncak kepala Adira. "Lo benar-benar nggak peka, Dir." Setelah mengatakan itu, Kamma membawa tangannya menjauh dari kepala Adira. "Ayok ke kelas. Sebentar lagi, bel masuk bunyi."

Adira terdiam sejenak dengan wajah bingung.  Adira akui bahwa dirinya memang tidak peka. Bahkan, terhadap perasaan sendiri, dia bingung untuk mendeskripsikan.

"Sudah, ayok! Jangan banyak mikir!" Kamma yang tak melihat tanda-tanda Adira melangkah lagi pun, membawa tangannya—hingga saling mengenggam. "Ayo, Dirdir!"

***

"Ra, kok lo bisa berangkat bareng sama Kamma? Kalian pacaran?" Ressa menatap penasaran Adira yang duduk di sampingnya. 

Hari ini, adalah pelajaran basket. Guru membiarkan anak murid cowok bermain  basket, sedangkan anak gadis duduk di pinggir lapangan menonton permainan.

"Ish, enggak lah. Itu cuma kebetulan, lagian kenapa sih otak kalian itu cuma mikir pacaran mulu. Ingat, bentar lagi ujian. Belajar yang benar saja sana!"

"Rajin benar lo, apa karena lo lagi dekat sama Kamma? Makanya berubah begini?" sahut Nadya dengan pandangan curiga.

"Nggak ada hubungannya. Aku nggak pernah berubah, kalian aja yang mikirnya kejauhan."

"Habisnya, Adira yang gue kenal—nggak mempersalahkan soal nilai yang di dapat. Lagian, kita belajar yang benar pun mau ngalahin siapa? Otak juga pas-pas an kayak karet."

Adira menghela nafas heran. Jalan pikir kedua temannya yang terlalu tak ingin maju. "Ah, terserah kalian. Cape aku lihat kalian pada."

Dengan wajah kusut Adira, mengalihkan pandangan ke tengah lapangan. Di sana ada Kamma yang tengah sibuk bermain basket bersama teman cowok yang ada kelas. Cowok itu—di mana-mana terlihat hebat. Selain bisa basket, dia juga pintar. Tak salah juga, semua gadis tertarik padanya.

Kamma menghentikan permainan dan keluar dari lapangan basket. Para gadis duduk di pinggir lapangan—melihat Kamma berjalan ke arah mereka pun berinisiatif berdiri, sepertinya  ... mereka ingin menawarkan botol minuman.


"Dirdir, minta air."

Deg

Adira yang berpikir Kamma akan menerima salah satu botol dari teman sekelasnya—berujung kaget melihat Kamma berdiri di hadapannya dengan keringat membanjiri wajah dan tubuhnya.

"Gue haus, Ra. Minta, ya?" Tanpa pikir panjang, Kamma merampas botol minuman yang ada di genggaman Adira.

Adira semakin melongo, terlalu melongonya dia bahkan tak berkedip sama sekali. Kamma benar-benar membuat jantungnya terkaget dengan sikap yang kadang menyebalkan, dan kadang baik. Tatapannya tak henti-hentinya memandang Kamma yang tengah meneguk air botol itu, hingga menyisakan setengah.

"Makasih, Dirdir. Gue cabut dulu." Dengan wajah tanpa rasa salah, Kamma menyerahkan kembali botol itu di tangan Adira, lalu pergi ke tengah lapangan.

Adira tersadar dengan apa yang terjadi, seketika panas dingin dibuatnya. Mengingat air minuman yang diteguk Kamma barusan adalah air sisa minumnya. Bukan air yang baru dan masih disegel.

"Dir, i-itu berati kalian ciuman nggak sengaja, kan?" bisik Nadya dengan wajah syok. "Kalian kok bisa seromantis itu, pliss! Res, gue yang pacaran aja iri luar biasa."

"Lo aja yang pacaran, iri. Gimana dengan gue yang LDR sama Kak Bima. Ahh, jadi kangen sama dia deh." Ressa memayunkan bibir, ketika mengingat wajah Bima yang tersenyum padanya.

Adira menahan nafas, sesaat matanya tertuju pada botol minuman yang ada di tangan kanannya. Ciuman? Nggak di sengaja? Kata-kata itu membuatnya termenung.

"Dahlah, otak kalian nggak waras. Aku nggak mau dengar lagi." Adira menggeleng pelan, mengenyahkan pikiran kotor yang masuk di otak. Dengan wajah cemberut, Adira bangkit dari duduk meninggalkan Nadya dan Ressa.

***

Adira membasuh wajahnya di wastafel. Pikirannya yang mulai tak waras itu, harus dibasmi secepat mungkin. Bagaimana mungkin itu terjadi terlalu cepat. Apa Kamma menyukainya? Kenapa dirinya masih bingung dengan kesimpulan ini?

"Ah, aku harus bagaimana? Jangan bilang, tadi ... first kiss ku dicuri Kamma? Eh, nggak, nggak, nggak mungkin. Itu belum dikatakan ciuman juga. Ngapain aku panik begini." Adira menatap wajahnya basah di balik tampilan cermin wastafel. Sebuah senyuman terlukis di bibir, dengan wajah penuh keyakinan—Adira berucap mantap. "Oke, tenang Dira. Lo nggak boleh baper sama sikap cowok. Ingat, cowok adalah penjahat yang harus dihindari, jangan biarkan mereka menyakiti lo seperti waktu itu."

***


KOMEN NEXT DI SINI! BIAR UPDATENYA CEPAT!

21 Juli 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro