Sinkronisasi
"Hei? Kenapa malah berlutut? Siapa kalian ini?"
"Ya. Saya adalah Mestra Sadanastra, dan ini Andin Eumiria. Kami anggota tim valet Putri Vanya."
"Oh, anggota valet Bibi. Kenapa cuma dua?"
"Kami sedang dalam penugasan mengumpulkan kembali rekan-rekan kami yang terpencar setelah salah satu pertandingan Rating Game beliau."
"Oh, begitu. Dua anak yang di situ, tentu jelmaan familiar kalian ya?"
"Benar. Nama mereka Alugara dan Maira."
"Pas sekali. Tak kusangka aku bisa bertemu vampir lain di hutan ini. Kenalkan, wanita berzirah yang hampir menyerang kalian tadi namanya Valerin. Memang aku memintanya berpenampilan seperti itu, maaf kalau mengejutkan."
"Kami paham. Keselamatan Anda, yang bepergian ke tempat seperti ini dalam usia se-belia ini, amat penting."
"Anak di sebelahnya itu namanya Narva. Sepupuku."
"Suatu kehormatan dapat bertemu kalian."
"Setelah ini kalian mau ke mana?"
"Hendak melanjutkan perjalanan."
"Tadi kamu bilang, mau mencari sisa rekan kalian. Apa salah satunya ada di hutan ini?"
"Kami yakin demikian."
"Va, gimana pendapatmu kalau kita bantu saja mereka ini?"
Mestra buru-buru mendongak. "Kami sama-sekali tidak menyarankan demikian--"
"Memang bukan kamu yang bilang. Aku yang menginginkannya. Kamu mau, kan?"
"Tetapi... membahayakan orang seperti Anda..."
"Begini, pikirkan saja seperti ini. Kami baru saja mendapatkan familiar baru dan sedang ingin mencoba langsung kemampuannya dalam situasi realistis; sementara kalian berdua hendak menemukan rekan kalian yang katanya ada di hutan ini. Kalian kan juga belum tahu pasti bagaimana kondisinya?"
"Mohon maaf. Justru karena kami sendiri belum sepenuhnya mengetahui kondisi medan, sebaiknya Anda berdua juga tidak turut campur..." tutur Andin. "Lagipula, meski kami cukup yakin bahwa vampir sekelas Anda berdua tentu mampu mendapatkan familiar dengan kelas yang tidak dapat diremehkan pula, kami menyarankan Anda melatihnya terlebih dulu sebelum benar-benar menerjunkannya dalam misi pertama."
"Alasannya masuk nalar, Ish," Narva menukas. "Kalau sampai terjadi apa-apa sama si Valerin dalam misi pertamanya cuma gara-gara kamu lalai mengasah kemampuannya, nanti kamu juga yang menyesal--dan sampai situ, aku juga nggak bakal bisa bantu apa-apa lho."
"Hmm..."
Selama menunggu harap-harap cemas tanggapan Ishtar, Andin dan Mestra pun diam-diam memperhitungkan aneka kemungkinannya. Jika pergi bersama figur berkedudukan setinggi ini, walau mungkin familiar-nya dapat membantu dalam kemungkinan bentrok dengan Kazan, akan berbahaya jika si Kazan itu ternyata sedang menjadikan Nastria--target utama pencarian mereka berdua--sebagai perisai hidup.
Salah-salah, ia malah akan menukar 'perisai'nya, dari Nastria ke Ishtar atau Narva, atau keduanya.
Sekali Kazan paham kedudukan kedua anak itu dalam keluarga Vladista, bahkan kelihaian negosiasi Mestra pun barangkali takkan cukup untuk membuatnya bersedia mengembalikan mereka begitu saja.
Jika sudah begitu, mereka terpaksa melibatkan Vanya, dan pada akhirnya seluruh warga klan vampir dengan pengaruh terluas di Vikr itu serta para bawahannya, akan tahu bahwa anggota andalan tim valet utama Vladista ternyata tidak becus melaksanakan tugas sesepele ini...
Itu jika Kazan sudah paham kedudukan mereka... tetapi lebih baik tidak mengambil risiko.
"Ya sudah," Ish bertutur sambil menggerakkan bahu.
"Apa...?"
"Memang kesalahan besar kalau bertempur tanpa berlatih dulu, atau berenang tanpa pemanasan. Bisa kram nanti. Baiklah, kalian boleh pergi sendiri; toh aku juga masih punya urusan di Istana."
"Terima kasih banyak." Mestra kembali merendahkan pandangan.
"Kalau gitu, Valerin dan Narva, mari kita pu--"
"Oi, tunggu dong!" seloroh Narva, "enak aja kamu mau semua bagian enaknya! Kamu udah dapat familiar sesakti ini--yah, walau katanya masih perlu dilatih sih. Sekarang gantian dampingi aku cari punyaku juga!"
"Eh? Narva juga mau bawa pulang familiar-nya sendiri?"
"Iya lah! Jenis pelayan itu kan bisa didapat tanpa harus punya bidak valetry--jadi kenapa nggak sekalian diambil sekarang saja mumpung sempat. Dengan begitu durasi latihannya juga bakal bisa lebih lama, dan hubungan majikan-familiar bisa lebih akrab."
"Tapi..."
"Ish, jangan pakai dalih lagi." Narva menempelkan telunjuk ke hidung rekannya--gestur yang hanya bisa dilakukan vampir yang telah memiliki hubungan personal sangat dekat, di luar orang tua sendiri; sesuatu yang tak luput dari perhatian Valerin.
"Waktu itu kamu udah gagal nemanin aku pelesir di pasar-pasar Distrik Bintang Tujuh. Jangan sampai diulangi."
"Eh?! Ke-kenapa yang itu juga jadi salahku? Waktu itu keadaannya beda--"
Terdengar deham lembut.
"Mohon maaf menyela, Pangeran," lerai Valerin, "Anda berdua sedang berperilaku kurang pantas."
"Ah, benar... masih ada anak-buah Bibi... Duh, gara-gara Narva nih..."
Gadis itu tersenyum jahil, berkacak pinggang. "Dengan begini, kamu nggak bisa segampang itu nolak kan?"
"Awas kau nanti, Nar..."
Ishtar Vladista berpaling dengan rona merah, lantas berjalan cepat melewati Andin, Mestra, Alugara dan Maira yang masih merendahkan pandangan dengan menahan senyum.
"Ihihihi... dia malu..."
"Anu... Putri Narva."
"Hm?"
"Kami doakan Anda dapat menemukan familiar yang sesuai idaman."
"Oh, makasih. Semoga kalian juga cepat bisa nemuin rekan-rekanmu ya."
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro