Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Orang Luar

Hari ini, agendanya belum banyak berubah.

Rombongan pengungsi dari Distrik Bintang Tujuh masih memerlukan penanganan--sudah seminggu lebih sedikit sejak daerah asal mereka dilanda kerusuhan anti-pemerintah. Pihak Istana juga sudah membuat pengumuman yang intinya meminta kerjasama para pengelola penginapan dalam bentuk apa pun dalam radius lima kilometer dari Istana untuk menyediakan akomodasi sementara buat pengungsi atas tanggungan negara. Pasukan polisi dan militer juga disiagakan untuk menstabilkan keadaan.

Mengawasi penyaluran bantuan untuk para pengungsi sebanyak kurang-lebih 2,500 jiwa itu, yang seluruhnya adalah manusia; itulah yang kugarap saat ini di ruang kerja pribadiku.

Lupakan dulu pertandingan dengan tim Gremory, atau apalah...

Untungnya kini seluruh anggota tim valet-ku sendiri sudah kembali, jadi sedikit-banyak aku dapat meminta bantuan mereka juga.

TOK TOK.

Salah seorang sekretaris yang saat itu sedang lowong--dari tiga yang disediakan untuk membantuku memperlancar penanganan distribusi aneka logistik--membukakan pintu.

"Ya?"

"Ada pengunjung untuk Putri Vanya."

"Suruh tunggu sebentar," tukasku tanpa mendongak dari tumpukan kecil dokumen. Pesan itu diulangi. Pintu kembali ditutup.

"Tinggal ini saja ya, berkasnya?"

"Benar," sahut sekretaris yang tadi membukakan pintu, "semuanya memerlukan tanda-tangan Anda sebelum bisa mulai ditindaklanjuti."

Kugoreskan pena beberapa kali.

"Nih, antarkan ke pihak yang memerlukan; dan tolong panggilkan lagi tamu tadi."

"Siap."

"Kalian berdua juga, kalau sudah tidak ada urusan, boleh pergi dulu. Kalau ada perlu lagi, sampaikan pada saat pertemuan sore nanti."

"Baik."

Para sekretaris mundur keluar, lantas tamu itu masuk. Dalam jeda itu sudah kulepas kacamata-bacaku--yang lebih sering dipakai untuk gaya, sebab daya penglihatan supernatural sebenarnya tergolong amat baik.

"Mohon maaf mengganggu..."

Tamu yang masuk ini seorang wanita berambut sepinggang warna keperakan, mengenakan blus biru muda dan rok panjang bermotif kotak-kotak putih-coklat muda yang warnanya sudah kusam. Dalam keadaan normal, orang dengan dandanan begitu pasti sudah diminta berbenah; tapi untuk saat ini, kubiarkan saja karena benakku sedang capek.

"Ada apa?"

"Saya ingin menyampaikan pesan."

"Aku sudah dengar. Kamu dari daerah mana?"

"Eh?"

"Kamu pengungsi dari mana, kutanya."

"Saya... hanyalah orang luar."

"Namamu siapa?"

"Sindra."

"Baik. Dengar ya, Sindra. Saat ini keadaan sedang kurang mendukung untuk pembicaraan panjang. Kamu pasti lihat tadi di luar, banyak orang mengantri makanan, dan aku di sini mengelola distribusinya."

"Soal itu saya paham dengan baik."

"Kalau sudah paham, segera katakan urusannya."

"Saya katakan tadi, saya hanyalah orang luar... tetapi tidak mesti berarti saya ini pengungsi."

"Sindra! Kubilang--" aku bangkit berdiri.

"Saya datang kemari jauh-jauh dari Gremory, untuk menyampaikan pesan yang saya yakin akan Anda perhatikan... Vanya."

"He...? A-apa, barusan kamu bilang dari Gremory...?!"

"Ya."

"Mau menyampaikan soal apa?"

"Barangkali kurang pantas kalau disampaikan dalam keadaan begini, tetapi tetap harus disampaikan. Klanmu saat ini berpotensi menghadapi ancaman besar dari utara, dalam bentuk serangan legiun Klan Bael, salah satu klan jin."

"...!!"

Aku bahkan terlalu tercekat untuk menyahut.

Dia ini dari Gremory?

Vladista, padahal sedang menghadapi masalah begini, masih terancam diserang dari luar juga...?

"Sindra."

"Ada apa?"

"...apa kamu yakin kita belum pernah ketemu?"

"Apa Anda menduga demikian?"

"Soalnya, kalau memang kamu dari Gremory, tentu tidak akan repot-repot kemari tanpa lebih dulu memikirkan suatu nama alias--yang hampir pasti saat ini sedang kamu pakai. Jadi, 'Sindra' itu bukan nama aslimu, kan?"

"Ho ho, kita pernah bertemu kok. Ketika itu aku bersama putraku dengan murah-hati telah ditampung di Lycania, wilayah wewenang Nyonya Brista II."

"Oh, yang itu... Astaga, jangan-jangan kalian...!"

"Nama asliku Grayfia Lucifuge, dan saat ini bersama putraku Millicas di kota ini. Aku turut prihatin atas keadaan kalian sekarang, namun tujuan utamaku dapat dikatakan telah tercapai..."

"Benar, tugasmu cukup sampai situ. Biar kami yang menanganinya mulai sekarang, terima kasih banyak. Lantas putramu itu, si Millicas Gremory, dia pakai alias apa?"

"Prawasta."

"Hoo, kau pintar memilihkan nama... Baik, kedua alias itu biar jadi rahasia kita berdua saja untuk saat ini. Lantas, setelah menyampaikan pesan tadi, apakah Anda berdua akan segera kembali?"

"Belum, kami masih punya keperluan di kota ini; lagipula, kami juga tidak bakal bisa bergerak se-leluasa itu jika mencoba kembali pulang selagi legiun Bael menyerang."

"Kalau begitu lakukanlah sekarang selagi masih sempat."

Nyonya Grayfia alias Sindra tampak tertegun, lantas tersenyum tipis sambil menggeleng.

"Mana bisa aku yang sudah memberitahumu tentang potensi ancaman ini kini kabur demikian mudah? Toh jika kami kembali sekarang, belum tentu pihak Gremory akan menyambut dengan ramah. Dapat dikatakan, kepergian kami kemari itu tanpa persetujuan mereka."

"Jadi... apa kalian lebih memilih menjadi tawanan Bael?"

"Lagi-lagi antara kita berdua saja ya... Bael itu sebenarnya masih kerabat kami, jadi kalaupun benar-benar tertangkap kami dapat berharap mendapatkan perlakuan layak. Daripada begitu, lebih baik Anda mencemaskan kondisi legiunmu sendiri yang akan menanggung dampak langsung serangan itu."

"Hmm."

"Legiun Bael itu sekali bergerak, akan menempuh hampir segala cara untuk mencapai tujuan; dan biar kukatakan dari awal, cara-cara yang mereka gunakan barangkali akan mengacak nalar maupun nurani kaum kalian. Kabar baiknya, keberhasilan upaya pertahanan kalian juga akan turut memengaruhi apakah kami berdua benar-benar akan tertangkap atau tidak."

"Akan kuingat itu baik-baik."

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro