Laporan Mendadak
"Apa kabar itu dapat dipercaya?!"
"Masih belum terbukti, aku tahu, tapi... Kak, kabar ini disampaikan langsung oleh pihak yang menurutku paling dapat memahami situasinya dari dekat. Dekatnya jarak tadi membuat info ini lebih berharga dibanding yang disampaikan mata-mata secerdas apa pun."
"Klan kita akan diserang Bael, katanya..."
Malam yang sama usai menerima peringatan dari 'Sindra', Vanya kembali mengemukakan pokok laporan itu dalam sesi pembicaraan selama makan malam dengan keluarganya
Dalam acara itu Ishtar juga turut hadir; namun lantaran belum tahu detail peristiwa yang dialami bibinya, ia tidak bereaksi selain turut memperhatikan dan turut terkejut mendengar rencana serangan itu.
"Apakah kabar itu benar atau tidak, kan legiun kita yang di sini sudah disiagakan sebagian selama beberapa minggu ini untuk membantu proses distribusi bantuan," tutur Grimm II. "Berarti tinggal menambah jumlah personil yang dipanggil, kemudian mengubah alasan penyiagaan-nya."
"Andai bisa selancar itu."
"Memangnya ada kendala apa lagi?" tanya Mirsa ingin tahu.
"Masalahnya pada lingkupnya, Bu," sahut Kron, "untuk saat ini, penyiagaan itu hanya berlaku dalam wilayah Coven Hospodia, gara-gara ada kejadian Distrik Bintang Tujuh itu. Penyiagaan itu belum merata di seluruh Vladista."
"Yah... kalaupun hendak dilakukan peningkatan status siaga sekarang, para panglima di tiap coven akan ingin tahu alasannya--dan akan sulit meyakinkan mereka jika dasarnya hanyalah rumor, seberapa pun meyakinkannya sumber rumor tadi."
"Berarti sepertinya Ibu pun meragukan peringatan tadi."
"Tentu saja begitu, Vanya--meski tidak berarti aku menolaknya mentah-mentah juga. Aku juga punya coven yang mesti diawasi. Yang kurang dari infomu tadi yaitu indikasi arah serangannya; begitu potongan itu sudah dapat dipastikan..."
Bagus. Udah kayak konferensi militer pribadi, batin Ishtar.
"Jadi, bagaimana?" tagih Mirsa. "Potongan info tadi masih kurang, kan?"
"Um... dia memang belum sampai memberitahukannya."
"Temukan informan itu lagi dong. Suruh dia memberitahukannya," tandas Kron.
Vanya kembali tampak bimbang. Tidak mungkin aku bilang terang-terangan bahwa aku tidak tahu di mana dapat menemukan si Sindra itu lagi...
"Hei, Vanya!"
"Ya, Kak."
"Mengerti tidak? Info kamu tadi hanya kurang indikasi arah serangan. Begitu itu dipastikan, kita akan adakan penyiagaan umum."
"Baik, akan kuusahakan mendapatkannya... tapi sementara itu, tidak bisakah Ibu tetap mencoba menyiagakan legiun Lycania selain dengan alasan kemungkinan serangan tadi? Aku tetap khawatir..."
"Kamu jangan mengada-ada. Mau pakai alasan apa lagi?"
"Soalnya... wilayah itu kan dapat dikatakan sebagai gerbang Vladista dengan dunia luar."
"Justru itu. Kalau diketahui secara luas bahwa pasukan wilayah terluar dari klan ini mendadak mulai mengadakan persiapan militer tanpa alasan jelas, bisa jadi disalahpahami bahwa kita sengaja cari masalah..."
"Tapi..."
"...kamu tetap yakin bahwa karena Lycania itu wilayah terluar, ialah yang akan mengalami serangan pertama?"
"Iya. Ya, bisa dibilang begitu."
"Selain Lycania, masih ada Coven Serenia yang terletak di ujung timur, bukan?"
"Rasanya peluang serangan dari sana lebih kecil."
"Begini saja," lerai Grimm II, "Mirsa, kamu turuti saja saran anakmu ini dan perintahkan penyiagaan terbatas di wilayahmu. Di mana saja kamu akan menerapkannya, terserah kamu. Akan memalukan juga kalau sampai diketahui wilayah Vladista kurang penjagaan... tapi sementara itu, Vanya, kamu juga harus segera mendapatkan penjelasan tentang indikasi tadi--tanpa itu kita jadi tidak dapat mempersiapkan diri secara penuh."
"Baik, Ayah."
***
Beberapa minggu berlalu.
Selama itu, rencana sekunder Sindra dan Prawasta mengunjungi tempat tinggal Pierre dan Davin sudah terlaksana (alamat pastinya mereka dapatkan dari Narva). Kedua bocah siluman itu juga amat senang kembali menerima tamu, meski si Pierre agak kecewa lantaran Ishtar--dan dengan demikian, Valerin--kali ini tidak turut serta.
Dengan begini, agenda utama kepergian mereka ke wilayah Vladista sudah dapat dikatakan terpenuhi.
Namun kini, perkembangan baru kemungkinan serangan Bael yang kian mendekat (kabarnya pertama kali mereka dapatkan dari televisi ruang tamu Losmen Sandiko persis ketika Sindra turun ke sana dari ruangannya sambil menenteng koper terakhir) memaksa mereka mempertimbangkan ulang jadwal kepulangannya.
Dalam salah satu sesi breaking news dikabarkan, saat itu legiun Bael hanya berjarak lima jam dari kota Arisa di Lycania.
Sedangkan, Sindra dan Prawasta masih berada jauh dalam wilayah Hospodia. Kesempatan mereka mencapai Arisa saja amat tipis, tanpa mempertimbangkan kemungkinan kereta yang nantinya akan mereka tumpangi dibajak di tengah jalan.
Jadi, setelah pembicaraan muram dengan putranya, Sindra memutuskan memperpanjang durasi stay mereka di losmen itu selama dua minggu lagi, sambil memantau perkembangannya.
Namun, belakangan Prawasta tahu bahwa durasi stay mereka berdua telah diperpanjang hingga tidak terbatas--dengan tanggungan resmi pemerintah Hospodia--oleh seseorang, melalui satu bisikan cerdas. Begitu mengetahui soal ini, mata bocah itu berlinang.
Sementara itu, Ishtar Vladista yang berusia 15 tahun kini mulai menyibukkan diri dengan masalah militer di Istana Vladista, lantaran adanya pertimbangan dari ayahnya, Kron.
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro