Infiltrasi
"Istana ini kian sepi saja rasanya." Venelana bergumam. "Tak heran; isinya cuma pelayan."
Rias, yang kembali diharapkan kehadirannya untuk kesekian kali, kini bersikap lebih waspada. Lebih baik tidak sampai mengundang kecurigaan beliau terlalu jauh...
Sejauh ini beliau belum mengetahui rencana infiltrasi ke Vladista--dan aku sendiri belum sampai melaksanakannya.
Sebab, nama alias yang akan jadi salah satu sarana penyamaranku itu belum ketemu.
"Dua orang dari keluarga kita, yang jumlah anggotanya toh tidak terlalu banyak, sepertinya sudah menyeberang ke pihak lawan."
"Ibu bisa saja menghentikannya."
"Oh? Jadi menurutmu aku sendiri yang harus pergi ke sana dan meminta mereka pulang, begitu?"
"Menurut Ibu, apa yang menyebabkan mereka dahulu pergi?"
"Alasan mudah dicari, Rias. Yang dapat kukatakan hanyalah, mereka itu kurang perhatian, pergi ke wilayah yang tak lama setelahnya diserang."
Gadis itu tertegun.
"Jadi... apa Ibu menganggap tidak ada masalah jika kemudian mereka tertawan, misalnya?"
"Aku tidak bilang begitu."
Hmm, orang ini lihai juga.
Sejauh ini dia belum menyinggung sedikit pun soal Bael, dan tidak menyisakan celah buatku untuk melakukannya...
Soal itu perlu secepatnya disinggung, tapi pelan-pelan.
"Kenapa tidak coba menghubungi Bael saja?"
Venelana menoleh, menancapkan pandangannya pada putrinya itu.
"Apa urusannya dengan mereka?"
"Bukankah mereka keluarga asal Ibu?"
"Sekarang aku bagian dari Gremory. Mereka cuma klan sederajat dengan kita. Kenapa lagi harus mencampuri urusannya?"
"Kabarnya mereka sedang memiliki urusan tertentu dengan Vladista."
Sang pentolan Gremory memicingkan mata.
"Apa itu ada kaitannya dengan Millicas atau Grayfia?"
"Dapat saja Bael menemukan kemudian menampung mereka. Lantas Ibu dapat meminta pengembalian mereka kemari."
"Baiklah... tapi biar kuingatkan dulu, aku tak lagi punya pengaruh seperti apa pun dalam klan itu."
***
*special POV: Venelana
Akhirnya anak itu pergi juga. Aku sempat khawatir soal itu akan terbongkar.
Kalaupun mereka menuduhku bersekongkol dengan Bael saat ini, mereka tak punya bukti apa-apa. Dengan tawaran seperti itu, adikku hampir pasti akan menutupi segala jejaknya--setidaknya, yang paling kentara.
Lagipula, bukti yang ada hanyalah pembicaraan kami berdua saat itu. Tidak ada saksi lain. Jika pun Bael nantinya hendak menuntutku, itu hanya akan terjadi antara kami berdua saja. Rias, Zechs maupun suamiku takkan bisa ikut campur.
Dan alasan untuk tuntutan itu memang mulai terbentuk.
Kudengar ia sudah gagal satu kali ketika mencoba menyerang kota Arisa dalam wilayah Lycania-nya Vladista, dan kini sedang mengupayakan serangan kedua langsung ke kota Elbar--kali ini dalam kewenangan Hospodia. Jika ini gagal lagi, kemungkinan pasukan Bael sudah berkurang demikian banyak hingga selanjutnya dapat memengaruhi keputusannya dalam melanjutkan peperangan dengan Vladista.
Akankah aku, Venelana, jadi kambing-hitam atas kekalahan itu? Atau ia masih akan terlalu bangga untuk membahasnya kembali?
Dengan begini, masalah Bael dapat dikatakan beres--setidaknya, ia akan dapat kutangani. Berikutnya, masalah Zechs, Zeoticus dan Rias.
Jangan salah. Meski di depanku mereka masih berlaku seolah tak terjadi apa pun, antara mereka sendiri pasti sudah direncanakan tindakan untuk menelusuri penyebab perang ini. Terutama Zechs--ia pasti amat memerhatikan peristiwa ini dari konteks politik, sehubungan dengan posisinya sebagai raja kaum jin daerah sini. Baginya, Bael hanyalah bawahan. Kita lihat saja seberapa jauh keberhasilannya meyakinkan Bael untuk menghentikan operasinya...
Rias? Ia tentu mengingat komentarku tempo hari mengenai penghancuran tim Vanya.
Zeoticus? Aku pernah berdebat agak panas dengannya. Tak mungkin ia melupakannya segampang itu.
Ketiga orang ini perlu ditangani dengan hati-hati. Jangan sampai jadi skandal.
Selanjutnya, kedua kerabatku yang masih berada dalam klan vampir itu serta yang paling kucemaskan, Millicas dan Grayfia. Mereka berdua sedang mendapatkan kesempatan istimewa untuk mempelajari aneka penyebab perang ini langsung dari pihak musuh, dan hingga saat ini telah berada cukup lama di sana. Mengenai perang ini, mereka bakal jauh lebih kritis dibanding dua kalangan sebelumnya; terutama Grayfia, namun si Millicas juga tidak dapat dianggap terlalu enteng. Anak itu cukup cerdas.
Jika mereka sungguh-sungguh berhasil kembali kemari, bagaimana sebaiknya kutangani kedua orang itu?
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro