Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Beda Rencana

Lima hari sebelumnya.

"Eeh?! Mas Kron jangan mengada-ada dong! Ishtar juga bakal diikutkan ke garis depan... Tidakkah terlalu dini?"

"Memang kenapa, Rashir? Dia kan juga sudah dilatih--"

"Sudah dilatih tidak sama dengan sudah terlatih!"

"--lagipula," Kron melanjutkan seakan tidak disela, "akulah yang tetap akan memimpin seluruh pasukan. Ishtar bakal jadi salah satu wakil komandan saja, dan memimpin sebagian pasukan di sayap. Jangan terlalu cemas begitu."

"Jika terjadi apa-apa--"

"Kamu ini susah sekali diyakinkan, ya?" pria itu jadi tampak jengkel. "Si Ish pada gilirannya akan jadi ketua Vladista juga kan, setelah aku? Jika melampaui pertempuran ini saja tidak bisa, bagaimana nantinya?"

"Memang! Aku juga tahu itu. Hanya saja, kalau sekarang..."

"Kenapa kalau sekarang?"

"...bisa jadi musuhnya terlalu kuat," Kharashir menjawab lirih.

"Ha ha ha! Itu kan menurutmu, orang yang hampir tidak pernah dibiasakan menyibukkan diri dengan urusan militer."

"Hei, aku juga mencemaskan nyawa putraku--putra kita satu-satunya! Kalau kamu, mana paham soal itu..."

"Hmm, baik, itu tadi alasanmu. Sekarang biar kuberitahu pertimbanganku, dan jika bisa jangan menyela sebelum kuizinkan."

Wanita itu masih tampak kurang senang, namun mengambil sikap diam.

"Pertama, secara organisasional, kita sungguh beruntung susunannya belum sampai berganti. Asal kamu tahu, ayahku itu, Grimm II, tampak amat enggan ketika pertama kali diberitahu prospek bahwa klan kita masih akan berperang melawan pihak luar setelah sekian lama upaya reorganisasi klan yang beliau lakukan; toh sebelum ini, upaya ekspansi pengaruh kita sudah berlangsung selama hampir 50 dekade di bawah pemerintahan Grimm I dan turunannya. Saking enggannya, aku sampai cemas Baginda Grimm II bakal mengundurkan diri begitu ada indikasi serangan pihak luar--tetapi rupanya hal ini belum sampai terjadi."

"Hmm."

"Kedua, seperti kubilang, pertempuran ini bakal jadi pengalaman penting untuk Ishtar nantinya, sebagai calon pewaris klan."

"Hmm."

"Dan ketiga... alasan ini barangkali lebih klise, tapi pihak musuh dapat saja memanfaatkan celah ini untuk memecah-belah komandoku."

"Celah seperti apa?"

"Kau juga tahu kan, aku ini manusia biasa yang akan memimpin legiun vampir sedangkan yang akan kita hadapi ini dari kaum jin. Keadaan ini berbeda dari saat aku memimpin legiun kita menghadapi coven pemberontak; ketika itu aku masih dapat beralasan sebagai putra Grimm II. Kali ini, yang paling kukhawatirkan adalah desas-desus pihak musuh seperti, 'kalian ini vampir, mau-maunya sih dipimpin manusia?' ... Begitu. Jadi, kalau aku menyertakan Ish juga, setidaknya tendensi tadi bisa diredam."

"Oh, untuk menjaga keutuhan pasukan ya... Penting juga kalau begitu."

"Jadi, kamu mengizinkan anak itu ikut bersamaku kan?"

"Itu berbeda. Kamu tetap harus menanyainya sendiri, sambil kusaksikan."

"...apa benar-benar harus seperti itu caranya?"

"Kalau tidak, lebih baik dia tetap bersamaku."

***

Malam yang sama, Ishtar dipanggil dan diberitahukan perihal keinginan ayahnya.

"Kamu mau ikut atau tidak?"

"Yah... kalau pendapatnya seperti itu, sepertinya Ish bakal harus ikut juga. Tapi bagaimana pun, karena ini juga bakal jadi pertempuran pertama Ish, apa boleh jika aku nanti didampingi sosok manusia familiar-ku?"

"Boleh. Selain dia, kamu boleh memilih sendiri dua orang ajudan untuk jadi wakil komandan pasukanmu."

Rampung melampaui tahap itu, dalam hari-hari selanjutnya Kron mulai mengajak putranya dalam beragam diskusi taktis militer--sesi yang tentu saja tidak diikuti Kharashir.

"Salah satu daerah yang menjadi perhatian kita, tentu saja, adalah kota Arisa di Lycania. Kakekmu sudah menyetujui pengamanan di kota itu dan beberapa kota lain ditingkatkan, namun belum merata di seluruh wilayah Lycania. Dengan kekuatan yang ada saat ini, diperkirakan kota itu hanya dapat bertahan selama tiga sampai lima hari. Karena itu, kita akan mengirim pasukan tambahan dari Hospodia untuk membantu mereka."

"Langkah yang aneh menurutku, Pa."

"Kenapa?"

"Kenapa cuma sebagian saja kota-kota yang diperkuat itu?"

"Karena bibimu belum mengabarkan indikasi pasti arah serangan musuh. Serangannya bisa terjadi dari arah mana pun, dari barat, utara atau timur; mustahil kita bisa membagi kekuatan untuk mempertahankan semua daerah itu."

"Tapi Papa sendiri yakin kalau kota Arisa-lah yang bakal pertama kali diserang?"

"Begitulah. Kenapa sih?"

"Jika kota Arisa diserang, Papa tadi bilang, kita akan mengirim tambahan pasukan dari Hospodia untuk membantu. Mungkinkah itu dilakukan selagi kita masih harus menangani pengungsi dari Distrik Bintang Tujuh? Anggap saja bisa; lantas apakah tambahan yang akan dikirim itu jumlahnya memadai? Kalau tidak, sama saja dong hasilnya."

"Hmm..."

"Menurut Ishtar, tidak bisa seperti itu. Kalau Papa sendiri, sebagai komandan tertinggi pasukan, benar-benar sudah yakin kota Arisa di Lycania-lah yang akan pertama kali diserang, kenapa tidak sekalian saja mengumumkan bahwa seluruh Lycania harus mulai mempersiapkan diri? Dalam hal ini masukan berikutnya dari Bibi mengenai indikasi itu tidak perlu ditunggu, keburu telat nanti. Terus, sesuai perkembangan upaya pertahanan di sana, nanti bisa diputuskan lagi apakah pasukan dari ibu-kota benar-benar perlu dikirim atau tidak."

"Oh, baiklah, itu akan Papa pikirkan lagi nanti... Sekarang, mengenai area penugasanmu."

"Eh? Area penugasanku? Kukira Papa juga bakal berpartisipasi dalam pertempuran pertama ini."

"Tentu saja; tapi Ishtar kan juga tahu bahwa dalam pasukan itu ada yang namanya vanguard, pasukan utama, dan rear-guard."

"Oh, jadi sepertinya Papa akan memimpin pasukan utamanya dan aku ditugaskan ke pasukan vanguard ya?"

"...kamu cepat sekali mengerti, ya. Nah, balik ke area penugasanmu tadi--kamu akan berangkat dulu bersama pasukan vanguard kita ke kota Arisa. Pertahankan kota itu sebaik mungkin sampai pasukan utamaku datang."

"Lho? Tidak menunggu kota itu diserang dulu, baru kita mengirim bantuan, sesuai rencana awal tadi?"

Kron mengedip. "Keburu telat nanti."

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro