Segel Mawar Merah
*POV: Vanya
Baiklah... kini pencarian terhadap Nastria sedang dilangsungkan. Saatnya menuntaskan proyek ini; tidak boleh dibiarkan terlalu lama. Siapa tahu suatu saat ada surat tantangan dari Gremory...
Setelah Mestra, Kaigen-lah yang menurutku paling dapat diandalkan; maka, ia bersama Kouya kuserahi tugas menemukan sisa dua rekan mereka, Juma dan Anji. Biasanya, agar lebih mudah memanggilnya dalam pertandingan, sebutan dua nama tadi dijadikan satu saja: Jumanji.
Kedua orang itu, sudah pernah kuceritakan, adalah penggawa bidak Menteri--yang artinya, mereka amat mahir dalam soal pengobatan maupun serangan jarak jauh. Mereka adik angkatanku di Akademi Crescentium, dan keduanya sama-sama mengambil spesialisasi Herbologi--dengan hasil mengagumkan pula. Sempat pula beredar kabar bahwa duo Jumanji itu kembar identik, meski hal ini tak pernah benar-benar kuperhatikan sebelum ini. Biarlah Kouya dan Kaigen saja nanti yang memastikan langsung.
Jika waktu itu aku sudah sempat diberitahu seorang informan mengenai kemungkinan lokasi Nastria (itu pun belum tentu benar), untuk lokasi kedua Menteri ini kami benar-benar harus mulai dari awal--mencari informasi sendiri, kemudian mencarinya sekaligus menghadapi masalah yang mungkin terjadi.
Sejauh ini, belum ada kabar lagi mengenai kemajuan proses pencarian Nastria maupun Jumanji. Barangkali dalam satu atau dua minggu lagi...
Tadi sudah sempat kusinggung, salah satu alasan mengapa kali ini aku terkesan agak terburu-buru menyelesaikan proyek ini yaitu lantaran khawatir ada surat tantangan dari Gremory. Kalau sampai demikian, enggan rasanya aku menolaknya--bahkan sekalipun anggota valet-ku belum lengkap...
Karena itulah, semoga suratnya jangan datang sebelum aku siap--
"Permisi..."
Terdengar panggilan itu, diikuti ketukan di pintu ruanganku yang kukunci.
"Ada apa?" sahutku lantang tanpa membuka pintu.
"Ada pesan untuk Putri Vanya."
"Apa ada seseorang ingin menemuiku? Katakan aku sedang tidak bisa diganggu--"
"Bukan. Sebuah surat."
DEG!!
"A-apakah surat itu... ada segelnya?"
"Benar, Putri."
"Seperti apa bentuknya?"
"Seperti... sebuah mawar merah."
Oh, tidak. Itu dia.
"Putri, apakah Anda baik-baik saja? Mohon buka pintunya..."
Apa yang sebaiknya kulakukan...? Tentu saja tidak mungkin surat semacam itu kusuruh selipkan saja lewat celah pintu...
"I... iya, sebentar!"
Saat kubuka pintu, kulihat seorang pelayan pria menjura sambil mengulurkan surat beramplop putih bersegel Gremory itu di atas sebuah nampan. Segelnya belum rusak.
Baguslah. Belum ada yang tahu iai surat ini... Pelayan ini pasti langsung mengantarnya kemari segera setelah sampai.
"Apa surat ini diantar kurir, atau bagaimana?"
"Benar, Putri. Melalui kurir."
Hmm... berarti isinya bukan sepatah-sepatah. Memang selayaknya surat tantangan.
"Kurirnya menunggu?"
"Sudah pergi."
"Baiklah. Terima kasih."
Pelayan itu kembali menjura sebelum pintu kututup sewajarnya, lantas kembali kukunci.
Tanpa menunggu lama, langsung kurusak segel suratnya dengan ibu-jari dan membaca isinya:
Yth. Vanya Vladista,
Apa kabar? Sudah lama kita tak berkirim pesan lagi seperti ini semenjak pertandingan itu; tetapi kuharap hal itu tidak menjadikanmu salah paham mengenai tujuanku mengirim surat ini.
Aku menyadari bahwa apa yang kulakukan ketika itu, dampaknya sungguh berat bagimu; serta sudah tahu pula--sejauh yang kubisa--bahwa timmu sedang disusun ulang. Kuharap proses itu segera selesai, sebab aku sangat ingin sekali lagi mengajukan tantangan Rating Game padamu. Anggap saja kesempatan balas dendam, jika kau memang lebih suka memandangnya demikian.
Sekali lagi, aku sangat minta maaf atas tindakan tersebut. Aku hanya melakukannya berdasar aturan pertandingan ketika itu.
Tetapi, melalui surat ini, aku juga hendak bertanya padamu. Sepertimu, aku juga memiliki sejumlah kontak--dan baru-baru ini salah seorang kontakku melaporkan bahwa lantaran suatu sebab, klanmu telah layak menjadi sasaran lidah-lidah baja Gremory. Kiranya apa yang sebenarnya telah kalian lakukan?
Sekali lagi, Vanya, aku menanyakan ini bukan untuk memancing kebencianmu. Aku hanya ingin tahu, dan kuharap kau dapat memberikan jawabannya sebelum pertandingan kita nanti, paling lambat.
Sudilah mengabariku lagi begitu persiapanmu sudah selesai. Sampai jumpa di pertandingan.
Salam hormat,
Rias Gremory.
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro