Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sang Pendua

Rupanya, meski Andin telah memohon demikian rupa sehubungan dengan penambahan jumlah anggota yang hendak ikut dalam operasi penyelamatan Nastria, Vanya tak hendak meluluskannya.

"Kalian itu mau menyelamatkan rekan setim, bukan piknik!"

"Tetapi, Putri, bagaimana jika kekhawatiran tersebut benar adanya--"

"Jika perlu, jangan pedulikan Kazan sama-sekali. Selamatkan saja Nastria. Kamu mau melakukannya atau tidak?"

"Tentu akan kami laksanakan, tetapi untuk jaga-jaga..."

Vanya berdecak. "Asal kamu tahu, An, lidah Mestra lebih tajam dari dugaanmu. Ia amat lihai bernegosiasi. Jika memang diperlukan, dia kan bisa menantang Kazan berduel satu lawan satu demi Nastria. Tidak perlu sampai main keroyok."

"Jadi, Putri tidak mengizinkan langkah tadi dilakukan."

"Tidak. Kamu sama Mestra saja yang pergi. Tidak akan ada tambahan. Terhadap kedua anggota timku lainnya, aku punya rencana sendiri. Katakan begitu juga pada Mestra."

"Saya rasa hal tersebut tidak diperlukan. Sayalah yang semula mengajukan gagasan tersebut."

"Baik, pergilah... dan hati-hati."

Andin kembali merendahkan pandangan. "Kami pamit."

***

Dalam dua minggu, kelompok kecil Operasi Penyelamatan Nastria kembali mencapai perbatasan luar kota Zatvia.

"Whew, jauh juga..."

"Nah, dalam kota itulah saya berjumpa lagi dengan Kouya-senpai; lantas belakangan saya tahu bahwa Kaigen-sama juga tinggal di luarnya, yakni di sekitar hutan sana."

"Oh... Jadi, sebenarnya apa sih pekerjaanmu di sana dulu?"

"Pengawas turnamen."

"Apa...?"

"Ya, dapat dikatakan saya menjadi juri sekaligus pembawa acara turnamen yang rutin diselenggarakan wali kota itu."

"Aku tidak tahu bawahan Darian ternyata bisa punya selera seperti itu juga... Eh, jika kita masuk sekarang, mungkinkah dapat menyaksikan turnamen yang kamu maksud itu? Sepertinya menarik, aku jadi penasaran."

"Ho ho ho, bisa saja--tetapi harap jangan lupakan misi utama kita."

"Aku tahu. Nah, karena kamu pernah di sini juga, barangkali kamu tahu penginapan yang agak murah..."

Andin kembali tersenyum. "Jangan khawatir. Saya tahu sebuah tempat yang biayanya cukup terjangkau. Kouya-senpai juga dulu ke situ. Mari..."

***

Rupanya si Andin ini lebih dari sekadar terkenal.

Barangkali begitulah kesan yang Mestra dapatkan segera setelah ia memasuki penginapan yang katanya pernah dikunjungi Kouya--dan yang baru saat itu ia ketahui namanya: Tulip Merah.

Meski keadaannya tidak seramai saat Kouya menginap di sana, sebagian orang di sana sempat histeris.

"A-Andin-sama! Anda sudah kembali...!"

"Rupanya Anda berkeputusan tidak meninggalkan kami... Aduh, saya jadi terharu..."

"Saya sempat mengira hati Anda sudah mendua..."

"Apa kabar bocah kampungan yang pernah bersama Anda itu?"

"Ah, lupakan saja dia! Lihat, ada gadis yang lebih manis di sini..."

"Hei, bodoh! Dia itu temannya Andin-sama, kau jangan bicara sembarangan ya..."

"Jadi, An," ujar Mestra di sela keriuhan itu, "kamu ini sebenarnya diam-diam sudah punya fans club sendiri atau gimana sih?"

"Ah... sepertinya begitu. Tapi, mereka ini lebih baik tidak terlalu dihiraukan."

"...aku sependapat."

Setelahnya, semua berlangsung sedikit lebih normal. Andin memesan satu kamar untuk dua orang dengan durasi stay seminggu, dan selama semalaman pertama itu bersembunyi dari para 'penggemar'nya sambil mulai merencanakan kapan akan menemui si informan.

"Menurut keterangan yang Putri sampaikan ketika menemui kita dulu, nama informan tersebut adalah Ursa. Ia tinggal di suatu tempat di kota ini."

"Apa Rissa tidak memberikan alamat lengkapnya? Pelit sekali sih dia."

"Ah... saya kira hal itu karena Putri telah cukup paham bahwa saya akan berusaha bertanya pada wali kota ini--dengan kata lain, atasan saya."

"Hmm... dan itu memang menjadi tujuan kita selanjutnya, bukan?"

"Benar sekali. Besok itu waktu kerjanya hanya hingga tengah hari, tetapi mari berharap kita masih sempat menanyakannya."

"Hee... memangnya ia sesibuk itu?"

"Biasanya Nona Santika memang memiliki banyak agenda di luar turnamen, setahu saya."

"Masih sempat mengadakan turnamen, padahal sesibuk itu... benar-benar orang yang kurang tahu menghemat biaya ya."

Andin tertawa lirih.

"Ya ampun, barangkali ketajaman kata-katanya itu karena sudah kebiasaan sewaktu jadi pedagang ya. Bagaimana jika saya katakan bahwa turnamen tersebut bagi beliau justru merupakan suatu cara menikmati hiburan setelah rutinitas pekerjaan? Bagaimana pun, kita akan coba menemui beliau besok, jadi sebaiknya segera beristirahat..."

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro