Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Naluri

*POV: Renova

"Bodoh! Kenapa kau mengikutiku?!"

Selama kami berkejaran sebagai sepasang serigala, menerabas tanah berbatu dan rerimbunan pepohonan, ia berseru seperti itu ke arahku.

"Aku heran," seruku balik, "kenapa bahkan adikmu sendiri kau perlakukan seperti itu! Disuruh ayahmu atau tidak, dia sudah susah-payah berhasil menemuimu! Setidaknya hargai dia dong!"

"KAMU KIRA AKU MEMBENCINYA BEGITU RUPA, HAH?!"

Aku terdiam, tapi masih mengikutinya. Azdim yang kukenal tidak akan sekasar itu, kecuali--

Serigala di depanku rupanya melihat suatu daerah lapang di depannya sehingga nyaris spontan memutuskan berhenti. Masih kuingat bunyi derit cakar pasanganku selagi mereka menggerus tanah berbatu itu sebelum lambat namun pasti suaranya melunak.

Di belakangnya, aku meniru gerakan itu tepat waktu sehingga berhasil menghindari tabrakan dengannya.

...

...sekarang bagaimana?

Sejujurnya, melalui kata-kataku tadi aku hanya berhasil menghentikan seorang jelmaan serigala dalam usia primanya, yang sedang amat murka.

Sekarang, aku akan merasakan langsung apa pun yang mungkin dilakukannya dalam kemurkaannya, dalam wujud manusia.

"Renova!"

"Ya..."

Aku mengernyit, mempersiapkan diri untuk skenario terburuk.

Azdim mengulurkan tangan, dan perlahan meletakkannya di pipiku.

Kemudian--yang membuatku cukup terkejut--ia ternyata hanya mengelusnya.

"Menurutmu aku kejam terhadap Irdim?"

"Kalau bukan begitu, kenapa lagi! Kau bahkan meninggalkannya sebelum ia selesai mendengar keputusanmu, mau kembali atau tidak."

"Bukankah sudah kukatakan, aku tak hendak kembali ke Kanin? Apa masih kurang jelas?"

"Sudah jelas sih, tapi setelah itu kau mengatakan 'tidak mau kembali sampai turunan Thursa IV menyelesaikan pemerintahannya'--lantas kabur. Apa yang salah dengan itu?"

Azdim perlahan tersenyum. Sinis, agaknya.

"Kau ternyata lebih polos dari dugaanku."

"Apa...?"

"Aku kenal ayahku. Sudah kukatakan beliau itu punya insting politik yang tajam--terlalu tajam. Tidakkah kau menyadari maknanya?"

Kata-katanya menyentakku.

"Jangan-jangan... kau mau bilang, seandainya Tuan Irdeas tahu soal penyebab keenggananmu kembali itu, beliau akan membantu memuluskan jalanmu dengan cara... em... membuat turunan Paduka Thursa tidak dapat lagi memerintah?"

"Ya, bisa jadi. Hampir segala cara akan dilakukannya. Kalau sudah begitu, walaupun aku memegang posisi Alpha, pemerintahanku takkan mulus. Karena kau sudah tahu sejauh itu, bisakah kau tebak langkah selanjutnya?"

"Ah... setelah menyingkirkan halangan untukmu, beliau dapat dengan mudah ganti menyalahkanmu atas tewasnya turunan Thursa, dan membuatmu dieksekusi, lantas memegang sendiri posisi sebagai Alpha... Tapi, itu tidak akan terjadi... bukan?" tutupku ragu.

Azdim diam beberapa lama.

"Karena itulah aku tak mau kembali. Selama aku ada di sini, dia tak bisa apa-apa. Astaga, karena ulahnya pula klan kami hampir berperang lagi melawan Vladista!"

"Eh?! Itu... sejak kapan...!"

"Ia pernah mengutus Irdim ke dimensi seberang," lanjut pasanganku, lebih tenang, "dan di sana, ketika itu, adikku rupanya berhasil melacak keberadaan pewaris Vladista, Ishtar namanya, kalau tidak salah."

"Astaga. Ia... juga hendak dilenyapkan?"

"Untung, rencana itu gagal--karena jika tidak, kabar deklarasi perang itu pasti sudah tersiar ke mana-mana sekarang. Akibatnya Irdim dipenjara, namun tidak lama. Lantaran dianggap masih di bawah umur, ia tidak jadi dipenggal."

Kesunyian setelahnya begitu terasa.

Memanfaatkan orang lain, sementara posisinya sendiri cukup aman... Orang seperti itu...

"Tapi..."

Aku memberanikan diri mengusulkan.

"...setelah kamu meninggalkannya tadi, si Irdim tentu akan segera kembali ke wilayah manusia itu. Jika setelah itu dia sampai berhasil kembali ke Kanin, melalui dia, ayahmu akan tahu kalau kamu sudah berhasil membongkar motif beliau dan menjadi kian waspada terhadapmu. Karena kamu sendiri sudah tahu sejauh itu, bukankah lebih baik tidak membiarkan adikmu kembali ke Kanin lagi? Dia bisa tinggal bersama kita."

"Ide bagus."

Sekali lagi kami berpacu.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro