Kawan Lama
Sepasang serigala itu tiba tepat waktu untuk menyaksikan suatu adegan langka.
Suasana di sekitar depan mereka amat kacau: batang-batang pepohonan ternoda bekas cakaran, bahkan ada yang terkoyak cukup dalam; terdapat pula jejak-jejak yang bagi Azdim dan Renova tak asing. Jejak serigala, bertebar tak beraturan. Agak jauh, terdengar lolongan, geraman dan desahan marah dan kesakitan silih berganti.
Sebuah duel sedang terjadi, dan tampaknya telah memasuki titik klimaks.
"Hentikan! SEKARANG!!"
Seiring meredanya gema seruan Azdim, sosok serigala adiknya terengah-engah usai bergumul dan bergulingan di tanah berumput. Bekas-bekas terseret amat jelas.
Sosok lain yang menindih Irdim berpaling, menggeram, menunjukkan taringnya. Sayap hitamnya terkembang.
Raut Azdim seketika keras.
"Vampir sialan...!"
""Tunggu!""
Dari depan dan belakang, sosok itu dan Renova berseru bersamaan, mencegah sejenak tindakan Azdim selanjutnya.
"Kakak..." pinta sosok serigala itu lirih, "tolong aku..."
Didorong rasa penasaran, Azdim justru tak beranjak meski tetap menjaga jarak dengan musuh potensialnya tersebut.
"Siapa kau, vampir? Apa maumu?"
"Aku akan menjawabmu tanpa beralih dari posisi ini, lycan; kuharap kau memakluminya," sahut sosok itu. "Namaku Ianezka, dari klan Marshir. Semula, sebelum jadi begini, aku hanya hendak meyakinkan anak yang barusan kuketahui sebagai saudaramu ini, untuk tidak lagi bertindak ceroboh."
"Lantas," sahut Renova dengan terengah-engah lantaran baru bisa menyusul, "apa yang hendak kau lakukan padanya?"
Kali ini Ianezka tidak memandang wajah sang penanya saat menjawab pertanyaannya--tampaknya vampir muda itu cukup memahami aturan dasar dalam pertarungan.
Jangan pernah alihkan pandangan dari lawanmu.
"Bergantung tindakannya selanjutnya, aku mungkin akan melepaskannya."
Perlahan, dua sosok yang saling bertindihan itu berubah kembali ke wujud manusia. Ianezka masih memandang lawannya penuh cela.
Wajah mereka berdua diwarnai bekas-bekas cakaran dan pukulan, tak ada yang tampak terlalu parah.
"Kau bisa melepaskannya sekarang, Nezka," tutur Azdim, lebih lembut. "Kujamin ia takkan melukaimu, atau riwayatnya akan segera tamat di tanganku sendiri."
Irdim terbelalak. "Kakak..!"
Pandangan sang calon Alpha sejenak kembali garang. "Diam kau."
Ia maju beberapa langkah, lantas meletakkan sebelah kaki yang terbalut sepatu larsa ke dada adiknya tanpa memberi tekanan. Nezka tertegun, namun tak urung menjauhkan diri dari Irdim, kawan sekelasnya di dimensi yang dulu.
"Nah, anggota Marshir, coba katakan tujuanmu."
Secara singkat Nezka menceritakan kemitraan klannya dengan Vladista; namun kemudian menjelaskan bahwa bukan itu tujuannya datang ke tanah Osmania ini. Kemitraan baru Vladista dengan Osmania, katanya, sedang ditangani oleh orang selain dirinya, dan ia tak hendak mencampurinya.
Sebab kedatangan Nezka adalah karena ia ingin bertemu kawan lamanya dan atas nama persahabatan, hendak menasihatinya agar tidak berusaha lebih jauh mengusik singa tidur--yakni Vladista, apalagi kini mereka sudah hampir berhasil memperoleh mitra baru yang nyaris sama kuatnya secara pengaruh maupun militer.
Dalam pemaknaan lain, bisa juga diartikan Nezka menginginkan Irdim tidak sampai menguji kesabaran Sultan Selim I yang akan berdampak rusaknya citra kaum supernatural. Jika sampai seperti itu, akibat yang bakal ditanggung Kanin tidak akan ringan.
Rupanya Irdim sempat tidak terima, sehingga terjadi duel tadi.
Selain saran dari Nezka, rupanya Azdim masih ingin menambahkan nasihatnya sendiri, secara tegas, pada sosok yang kini sedang ia tindih itu.
"Cukup sudah peranmu sebagai kepanjangan tangan Ayah, Dik. Cukup! Tidakkah kau sadari, ke keadaan macam apa ia sedang membawamu?"
Lantas, tidak seperti Nezka, Azdim menceritakan seluruh isi pembicaraannya dengan Renova hingga sesaat sebelumnya.
Pada akhir uraian itu, Irdim kembali terbelalak, tak mampu menjawab beberapa lama.
"Se... setega itu ia pada kita... sementara aku mati-matian berusaha memuaskannya!"
Sebuah lolongan panjang sarat kepiluan mengoyak malam itu.
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro