Info
*POV: Mestra
The best for last.
Kalau ditanya sebelum ini, bisa jadi akan kujawab bahwa aku tidak benar-benar mempercayai makna semboyan tersebut--sampai saat ini, lantaran sekarang aku benar-benar mengalaminya.
Mulanya sempat kukira Vanya sentimen terhadapku, kawan sekelasnya yang baru memutuskan kembali bergabung dalam tim. Waktu ia bilang barangkali tidak ada anggota lain yang mampu melakukan misi ini jika bukan aku pun, masih kuhadapi dengan sikap itu.
Barangkali kalian juga telah dapat menduga, setelah sampai pada bagian ini (jika belum pun tidak mengapa), bahwa aku, Mestra Sadanastra, adalah valet pertama yang direkrut sendiri secara langsung oleh Vanya alias Erissa II.
Ah... baiklah, sebelum dilanjutkan, tidak ada salahnya kalian tahu bahwa terhadap kawan sekelas sekaligus atasanku itu aku punya lima panggilan, yaitu (mulai dari yang paling formal): Erissa, Rissa, Vanya, Anya dan Van; kuharap kalian tidak akan terlalu bingung jika nantinya kugunakan salah satu dari nama-nama itu ya.
Barangkali, selain tentunya orang-tuanya sendiri, amat sedikit orang lain yang cukup ia percayai untuk memanggilnya dengan nama sebanyak itu.
Nah, balik ke misi spesial tadi. Tiga hari yang lalu, si Vanya menemuiku di ruanganku dan secara cukup blak-blakan memberikan penugasan tadi. Aku dimintanya menemukan seorang lagi rekan sesama anggota tim, si Nastria, yang informasi keberadaannya katanya dimiliki seorang informan dari Klan Darian. Vanya juga menambahkan, si Andin--rekan kami yang lain--pernah mendapat pekerjaan di salah satu kota dalam kuasa klan itu.
"Kalau begitu, mengapa kamu tidak menugaskan Andin saja?" tanyaku.
"Itulah masalahnya. Info itu baru diperoleh setelah Andin kembali kemari."
"Hah? Kalau begitu, tugaskan saja dia ke sana lagi. Apa susahnya?"
"Dia tidak mau."
"Apa maksudmu, tidak mau? Itu kan dapat dianggap perintah atasan."
"Mestra, kamu pasti juga tahu, aku ini hanya atasannya selama Rating Game. Di luar itu, pengalaman apa saja yang ia temukan, siapa saja yang dia hubungi, mana saja yang ia kunjungi, ia yang lebih paham. Jika ia tak mau kembali, pasti ada alasannya."
"Sudahkah kamu tanyakan, alasan itu?"
"Belum. Jika kamu mau melakukannya, silakan saja--siapa tahu, jika memang itu perlu, aku bahkan akan menugaskan kalian berdua."
"Huh. Katakan saja kau belum sepenuhnya mempercayaiku."
"Astaga, aku tidak bermaksud begitu. Dengar, si Andin sudah mengenal medannya; kau punya lebih banyak pengalaman bertarung. Bukankah cocok?"
"Oh? Kenapa aku bakal memerlukan pengalaman itu? Kukira kamu sudah berkeputusan tidak akan menerjunkan tim ini lagi dalam Rating Game--"
"Apa kau masih ingat si Kazan?"
Disebutnya lagi nama ini membuatku tertegun. "Kenapa lagi kau bawa-bawa dia, Rissa? Kalau bisa, aku bahkan tak ingin mendengar namanya lagi..."
"Maaf mengecewakanmu dalam soal itu... tapi aku juga punya indikasi kalau si Kazan bisa jadi merupakan pelaku penculikan Nastria."
Kupijit-pijit kepalaku sendiri sebentar, sebagai cara meredam kejutan ini.
Dia... sungguh-sungguh masih hidup?
"Apa informan Darian-mu juga yang mengatakan itu?"
"Kalau info yang ini, kuperoleh sendiri--tapi, kurasa tidak ada bedanya kan? Yang penting kau dapat intinya."
"Hmm, karena itu kau menyuruhku... Jadi, akulah yang tetap akan bertugas menemukan Nastria, dengan risiko bertarung melawan si pendua itu, Kazan--dengan bantuan Andin yang sudah lebih paham medan. Begitu maumu?"
Rissa mengangguk tanpa senyum.
"Kau bersedia?"
"Oh, bagaimana mungkin tidak mau, setelah uraian sepanjang itu... namun hendaknya kau pahami juga, Rissa: aku bersedia melakukan ini karena ada Nastria, salah seorang juniorku yang kuanggap paling berpotensi sebagai pemimpin regu valet sekunder di luar wangsa Vladista, jika hal itu masih diizinkan. Kalau di dalamnya... bukankah keponakanmu si Ishtar hampir masanya memperoleh bidak-bidaknya?"
"Ya ampun. Tak kusangka kamu juga masih memperhatikan soal ini, setelah sekian lama."
"Hanya saja, terhadap Kazan... aku terpaksa minta otorisasi darimu untuk membiarkanku melakukan tindakan apa pun yang kuanggap perlu. Tindakannya ketika itu sungguh telah mencederai wibawamu, kurasa; dan juga tim kita."
"Memang. Dia pantas mendapatkan itu."
Raut Rissa juga keras tatkala mengatakan itu.
"Jadi, kapan penugasannya bisa dimulai?"
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro