Buru-sergap
"Begitulah ceritanya, An. Gimana? Kau bersedia kan?"
"Eh... jadi, saya akan dipasangkan dengan Mestra-sama dan disuruh masuk kota Zatvia lagi?"
Mestra mengedip heran. "Rissa belum sampai menyebut nama lokasi persisnya. Apa itu tempatmu bekerja dulu?"
"Benar. Saya sampai kenal wali kotanya."
"Tapi, bagaimana caranya memastikan bahwa informasi itu datangnya dari lokasi yang sama dengan tempat si informan? Wilayah Darian kan luas."
Andin tersenyum simpul.
"Makanya, lantaran saya telah mengenal wali kotanya dengan cukup baik, saya yakin ia bermaksud membantu saya dengan satu dan lain cara semenjak saya tidak lagi mengabdi padanya. Salah satunya, dengan cara menyediakan informasi semacam ini--hanya saja, si 'informan' enggan terang-terangan menampilkan diri, maka kabar itu disampaikan saja pada atasan saya sekarang yakni Putri Erissa."
"Hmm, begitu... Jadi kamu cukup yakin si informan ada di Zatvia."
"Kira-kira demikian."
"Tapi dalam hal ini yang lebih penting bukan identitas informannya, melainkan lokasi target yang ditunjukkannya. Bagaimana itu bisa membantu?"
"Jika informan ini ternyata memang berada di Zatvia, kita bisa mengunjungi kota tersebut dulu dan menemukannya; dan jika ternyata saya mengenalnya juga, kita mungkin bisa tahu lebih banyak. Pokoknya, akan sangat bermanfaat."
"Bagus. Tapi ada satu hal lagi..."
"Ya?"
"Misi ini tidak hanya akan berkisar pada penemuan lokasi Nastria serta kemudian membawanya kemari. Ada risiko pertarungan juga, yakni dengan orang bernama Kazan."
"Oh, begitu. Meski belum pernah bertemu langsung dengan orangnya, saya telah mengetahui kabarnya."
"Apa? Kamu sudah tahu?"
"Benar."
"Dari siapa?"
"Alugara, familiar saya. Dia pertama kali mendengar kisahnya dari Kaigen-sama serta familiar-nya, Nenggala--yang konon adalah saudarinya. 'Mbakyu', dia menyebutnya demikian."
"Ah, sepertinya dalam hal begitu akulah yang justru ketinggalan banyak. Jadi, Kaigen rupanya juga punya urusan dengan Kazan... tapi lantaran Rissa menganggapku lebih pro, diserahkannya misi ini padaku."
"Benar sekali. Tampaknya hanya Kouya-senpai yang belum memiliki kaitan dengan si Kazan ini."
"Oh, jangan dulu menyimpulkan begitu. Kazan adalah mantan mitra tandemnya; barangkali justru ia yang memiliki kaitan paling banyak."
Andin memiringkan kepala. "Mungkinkah Kouya-senpai membenci Nastria-chan?"
"Hmm... setahuku tidak. Kenapa? Kau kira dia akan bersekongkol dengan Kazan untuk mencelakainya?"
"Tidak. Syukurlah jika demikian. Artinya, kita hanya akan berhadapan dengan Kazan."
"Soal itu... entahlah. Jika selama ini dia sudah membentuk tim sendiri..."
"Apa? Sulit dipercaya. Bukankah semestinya bidak-bidak untuk valet hanya bisa didapatkan melalui ketua suatu klan? Cara-cara selain itu tentunya akan dinilai ilegal--"
Bertutur sampai sini, Andin tersentak sendiri.
"Jangan-jangan..."
"Ara, cepat juga kau menyadarinya. Benar, bisa jadi dia mendapatkan bidak-bidak itu dari pasar gelap atau semacamnya--dengan cara yang, seperti katamu tadi, ilegal. Ia takkan terlalu peduli; toh ia sudah dicap sebagai pengkhianat."
"Mustahil... Jika begini keadaannya, akan mirip dengan ketika kita menghadapi sindikat penyelundup familiar beberapa tahun lampau!"
Mestra mengangguk dengan raut murung. "Kita hanya harus mengulanginya lagi jika itu benar-benar terbukti, bukan?"
"...saya rasa dalam hal itu pilihan kita tidak terlalu banyak, Mestra-sama."
"Pokoknya," sang penggawa bidak Ratu bertepuk satu kali, "misi utama kita adalah buru-sergap. Temukan Nastria, bawa dia kembali secepatnya. Jika sampai bisa bertemu Kazan, sergap tanpa ampun; jika mungkin, tanpa harus melalui pertempuran besar dengan timnya atau siapa pun yang menghalangi kita. Tapi, prioritas utamanya Nastria. Mengerti, kamu?"
"Saya sudah paham. Ya ampun, padahal belum lagi melalui pertandingan dengan tim Gremory..."
Kali ini Mestra tak menjawab, berpaling lantas berlalu begitu saja.
"Mestra-sama!"
"Ada apa?" tanyanya tanpa menoleh.
"Anu, jika memang keadaannya segawat itu... perlukah kita meminta Putri untuk mengizinkan seluruh anggota tim saat ini ikut serta dalam operasi kali ini?"
Sunyi sejenak.
"Soal itu, kamu yang tangani ya."
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro