Yang Tua, yang Muda
Hmm... kayaknya masalah pemilihan anggota valet ini nggak bisa dianggap enteng.
Begitulah kesan yang aku, Ishtar Vladista, dapatkan dari dialog empat-mata sama Bibi Vanya. Itu terjadi karena aku menuruti saran Papa.
Waktu itu, setelah cerita panjang-lebar mengenai sejarah keberadaan vampir beserta era-era dalam semesta ini yang telah kaum kami lalui (bahkan kemudian menyebutnya sebagai 'kado' ulang-tahunku), Papa menyuruhku menemui Bibi kalau mau tahu lebih soal valet. Kalian juga ingat, kan?
Sebelum itu, aku juga sempat kena omel Mama gara-gara mengajukan cabut taring dan sayap sekali lagi supaya bisa tampak lebih alami kalau berbaur sama manusia... Aku yang ceroboh.
Tapi, sudahlah... Barangkali kalian lebih ingin tahu apa saja yang sampai barusan kubicarakan sama Bibi. Ya, kan?
Harus kuakui, beliau tadi tampaknya kurang berminat kuajak ngobrol panjang-lebar soal valet dan malah menceritakan kondisi tim valet-nya sendiri saat ini.
Bahwa anggota tim itu kini terpencar-pencar setelah kalah dari tim Gremory, aku juga udah tahu. Sekarang yang jadi perhatian beliau adalah kondisi salah seorang valet-nya, Kouya Satome, yang sejak diberi penugasan menemukan dan membawa pulang dua bocah siluman dari Aon, mendadak tidak diketahui keberadaannya. Ironisnya, dua bocah itu sekarang justru sudah kembali duluan.
"Entahlah apa yang si Kouya pikirkan, padahal melalui suratku yang terlanjur terkirim ke wilayah Gremory, aku cuma mau bilang kalau dia juga sudah boleh pulang..."
"Anu... menurut Ishtar, barangkali dia menganggap dirinya gagal, Bi."
"Apa kamu bilang?"
"Tidak seperti Bibi, Kouya mana mungkin tahu kalau tamu-tamu dari Gremory itu pernah nyasar ke wilayah Lycania. Yang ia tahu, sampai sebelum itu ia tidak bisa memenuhi amanah Bibi untuk membawa pulang dua bocah siluman itu. Jadi, ia memilih kabur saja daripada pulang tapi kemudian Bibi hukum dengan alasan gagal menunaikan tugas."
"Siapa bilang aku mau menghukumnya?"
"Eh... ini cuma dugaan Ishtar sih."
"Ish, aku juga udah tahu dia kabur. Yang ingin aku tahu adalah ke mana, dan apa yang dilakukannya di sana. Bisa gawat kalau dia diperlakukan tidak baik, kan... Lagian, selama itu aku jadi nggak bisa ikut Rating Game lagi... Aah, sial~"
"Sudahkah Bibi coba mencari-tahu kondisi valet selain Kouya?"
Aku datang tadi mau minta bimbingan, kok sekarang kesannya malah aku yang membimbing ya...
Bibi menggeleng lesu. "Waktu itu hanya Kouya yang bilang kalau lokasinya di Gremory. Dia juga sempat kuharapkan bisa menemukan sisa rekannya, tapi rupanya tidak ada juga. Familiar-ku, Nevaska, juga sudah kumintai tolong, tapi cakupan wilayah pencariannya begitu luas. Kamu juga sudah tahu kan, familiar tidak bisa sembarangan meninggalkan wilayah klan majikannya tanpa seizinnya--dan sampai pemberontakan ini selesai, rasanya aku tidak akan ke mana-mana, Ish. Kehadiranku juga amat diperlukan."
"Rumit juga, ya..."
***
Karena dengan kondisi sekarang info mengenai valet maupun familiar yang bisa kudapatkan terbatas, apa sebaiknya aku cari keterangan sendiri saja, ya...
Dalam keluargaku saat ini, orang-orang yang bisa kutanya mengenai kedua hal itu amat jarang. Tidak semua vampir mempunyainya--bahkan ada yang tidak mempunyai keduanya, seperti Papa, meskipun beliau berkedudukan sebagai pangeran.
Karena untuk mulai membahas soal valet, aku terlebih dulu harus punya 'bidak'nya (dan ini tidak bisa kudapatkan sampai tahun depan), lebih baik aku berfokus ke perolehan familiar dulu.
Seperti biasa, cara termudah untuk itu adalah dengan mengunjungi tempat seperti Hutan Aon, yang merupakan salah satu tempat tinggal familiar yang paling umum dirambah.
Lagipula, aku tidak perlu khawatir akan pergi sendirian. Si Arva juga pasti punya pikiran yang mirip; bahwa dia seharusnya mulai mencari familiar yang cocok. Kalau beruntung, barangkali nantinya kami berkesempatan mengunjungi Desa Aon-nya juga dan bertemu langsung Pierre dan Davin, yang telah begitu merepotkan si Kouya beserta majikannya.
"Ke Aon? Kau tidak bermaksud menipuku lagi, kan?"
"Menipu bagaimana maksudmu, Va?"
"Seperti saat di Bintang Tujuh itu... padahal udah semangat ngajak, malah ditinggal pulang pas acara pentingnya justru mau mulai."
"Oh, mengenai pelesir itu..."
"Iya!" sergahnya kesal, lantas kembali manyun. "Aku belum lupa, lho. Sampai sekarang aku belum kembali lagi ke sana, gara-gara katanya tempat itu mulai didekati para pemberontak. Kalau sekarang Ish mau ngajak aku ke tempat kayak Aon, untuk apa? Cuma hutan lebat... Jangan-jangan di sananya nanti kamu malah main petak umpet. Ngajak berantem!"
"Hei, hei, sabar dulu. Kali ini, janji deh, aku nggak akan gitu lagi. Aku juga mau tahu kayak gimana sih perolehan familiar itu--"
"Jangan cari alasan!"
"Aku serius!"
Beberapa lama kami berpandangan.
"Jadi, karena kali ini tujuannya cari info tentang familiar, kamu nggak akan didampingi familiar juga, kan? Nggak bareng sama Nurmen?"
"Yah, walaupun sebenarnya pemandu tetap perlu sih."
"Kamu juga nggak tahu jalannya?!"
"A-apa boleh buat! Ini juga pertama kalinya aku mau ke sana..."
"Pokoknya jangan sama Nurmen lagi. Titik."
"Lantas, sama siapa?"
Arva terdiam beberapa menit.
"Coba nanti aku tanya papaku, kapan beliau senggang."
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro