Motif
"Kalau memang kamu punya niatan begitu, untuk apa kamu ikut pindah ke dimensi ini?! Lantas bagaimana jadinya dengan pewarisan klan ini dan semua upaya terapi itu--"
Mama menghentikan sejenak ucapannya.
"Maaf atas barusan... tapi, ya ampun, Ishtar, seingat Mama baru sekarang ini kamu mengajukan permohonan se-gegabah ini. Kenapa?"
Aku, yang tak menyangka akan dapat tanggapan sedahsyat itu, juga mengembuskan napas sebelum mulai menjawab.
"Apa Mama pernah tahu kalau dalam klan kita ada wilayah yang namanya Distrik Bintang Tujuh?"
"Belum pernah dengar. Apa itu?"
"Aku juga dengar tentang itu pertama kali dari Arva. Itu salah satu wilayah tempat para manusia diizinkan tinggal."
"Oh... dan kamu sudah ke sana?"
"Ya, sudah. Salah satu keluarga manusia bahkan mengizinkan kami menginap. Aku banyak berbincang dengan mereka... Salah satunya bahkan menyediakan diri menjadi salah satu calon valet-ku."
"Apa nama keluarga itu?"
"Okazaki."
"Untuk soal valet tadi, kamu sudah tahu batasan usia majikannya, kan? Jangan sampai dilanggar."
"Ya, aku juga sudah bilang gitu pada si calon itu."
"Lantas?"
"Salah seorang dari keluarga itu ada yang menanyakan pendapat kaum kita terhadap manusia biasa. Nah, selama ini aku nggak tahu banyak tentang itu... Barangkali Mama mau kasih tahu?"
Mama menatapku lekat-lekat.
"Kamu belum tahu... tapi pertanyaannya kamu jawab juga?"
"Mau gimana lagi."
"Gimana jawabmu?"
"Kubilang, para vampir itu menganggap manusia seperti keluarga tuan-rumahku itu sebagai bagian dari rakyatnya juga. Buktinya, mereka dibiarkan mengurus diri sendiri, dilindungi dari ancaman luar, diberi kesempatan naik jenjang dengan menjadi valet... pokoknya hampir semua hak minoritas udah dipenuhi. Apa... jawabanku itu keliru?"
"Memang kenyataannya demikian, bukan? Maka, ya, jawaban tadi bisa dibilang benar."
"Apa ada lagi yang mau Mama beritahukan?"
"Soal itu, lebih baik tanyakan sama papamu."
"Eh, kenapa?"
"Bukan aku yang menghuni Keluarga ini sejak kecil. Mama nggak tahu terlalu detail soal kebijakan kayak gitu. Lagipula, kamu kan sudah jadi calon pewaris klan; pengetahuan kayak gini perlu juga, tapi bukan aku orang yang tepat kau tanyai, Nak. Daripada itu..." beliau bangkit berdiri, "kamu tadi belum jawab pertanyaan Mama, kenapa tiba-tiba mengusulkan kikir taring sekali lagi, hm? Apa gara-gara manusia itu juga?"
***
"Kenapa baru bilang sekarang?!" jerit Vanya, kecewa. "Tahu begini, surat itu nggak akan kukirim ke Gremory. Kalau mereka tahu dan menafsirkannya salah, gimana dong? Aduh, Ibu itu..."
"Memangnya kamu bilang apa dalam surat itu?" tanya Magnar. "Hal yang serius?"
Gadis itu tidak segera menjawab.
"Ayah juga! Padahal tahu ada orang-orang penting Gremory, kenapa malah mau dilepasin? Tawan saja mereka, jadiin umpan untuk ditukar dengan si Kouya! Kumohon!"
"Tidak bisa. Suratnya sudah dikirim."
"Uh..."
"Selain itu, Vanya, pikirkan juga persatuan klan kita. Ayah kira saat ini kamu juga sudah tahu penyebab lamanya perlawanan Lyria. Kalau dua orang itu ditahan sesuai keinginanmu, bisa jadi serangan para pemberontak Lyria malah makin beringas gara-gara ingin menyelamatkan tokoh-tokoh utama klan yang mendanai mereka--dan demi apa? Seorang valet! Gunakan nalarmu!"
"Ayah tidak tahu berapa banyak Rating Game yang sudah kumenangkan bersamanya--"
"Kamu tidak perlu mencemaskan Rating Game lagi kalau klanmu hancur! Tapi apa maumu memang begitu?"
Erissa II berangsur merendahkan pandangan. Mengalah.
"Tetapi..."
"Lagipula," lanjut Magnar, lebih lembut, "adakah kabar pasti bahwa dia sudah menunaikan tugas yang kamu amanahkan padanya?"
"Ia masih berusaha."
"Apa dia tahu kalau kedua targetnya sudah berada dalam jangkauan ibumu?"
"Barangkali tidak."
"Kalau begitu, sudah benar dia kabur. Jangan lupa, dengan atau tanpa suratmu itu, klan Gremory tetaplah wilayah musuh baginya. Jelas tidak aman berada lama-lama di sana, apalagi kalau sudah jelas targetnya sudah kabur. Ia mungkin gagal dalam pemenuhan tugas yang ini, tapi percayalah, ia juga sadar kalau dirinya akan lebih berguna bagimu kelak jika tidak mati di sana. Lagipula, pemenuhan tugas pengembalian dua bocah siluman itu sedang diambil-alih ibumu; dengan begini kita tak perlu mencemaskan wilayah Aon untuk sementara. Itu harga yang lebih pantas dibanding lolosnya dua orang Gremory saat ini."
"...begitu, ya. Baiklah. Tapi tetap saja, suratku untuknya terlanjur terkirim."
"Biar klan jin itu menafsirnya sesuai mau mereka. Yang lebih penting, dengan begini, orang-orang Lyria tidak akan punya alasan lagi untuk terus memberontak."
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro