Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kado

"Sikap kita terhadap manusia biasa? Rashir menyuruhmu bertanya itu?"

"Ya," jawabku apa adanya, "katanya Papa lebih paham soal itu. Lagian, Papa sendiri manusia."

"Kenapa harus bertanya padaku?"

"Kalau bukan ke Papa, aku nggak tahu harus tanya ke siapa lagi."

"Hmm, baiklah, biar kuceritakan yang aku tahu--dan kamu sebaiknya pahami baik-baik bahwa Papa tidak sedang menakut-nakutimu, Ish."

"Baiklah. Aku juga ingin tahu. Akan kudengarkan."

"Tidak keberatan kalau kuceritakan segalanya dari awal secara runtut?"

"Siap." Aku bersandar, mencoba duduk senyaman mungkin di kursi berlapis beludru itu.

"Bagus. Begini, Benua Vikr ini telah mengalami tiga jenis masa sebelum pendirian coven dan klan kita ini. Dulu sekali, seluruh benua ini dikuasai para manusia; namun mereka lantas terjerumus dalam peperangan besar antar negara 'adikuasa'nya, memperebutkan hampir segala hal. Situasi berkembang menjadi demikian parahnya hingga muncul suatu kaum yang semangat berperangnya begitu tinggi--mereka tak peduli lagi siapa yang dilawan, pokoknya harus ada musuh bersama agar kelangsungan kaum itu terjaga. Mereka mulai membunuhi para manusia yang selamat dari rangkaian peperangan sebelumnya, terus dan terus, hingga mendapat julukan 'von pyros' yang dalam bahasa semesta ini berarti 'kaum yang suka menyaksikan segalanya larut dalam api'. Lambat-laun anggota kaum itu menyebut diri 'vampir'. Sebutan boleh berganti, namun kebijakan mereka terhadap manusia tak berubah selama beberapa generasi pertama. Ini disebut 'Era Sanguista'.

"Hingga suatu ketika, para vampir menyadari persaingan dari beragam ras selain manusia--di antaranya elf, werewolf, dan jin--terhadap mereka kian kuat. Dengan jumlah populasi manusia saat itu yang sudah menyusut, gairah 'perburuan' terhadap mereka pun menyurut. Kaum vampir mulai menata diri dalam klan dan unit-unit masyarakat lain, bahkan mengadakan sejumlah inovasi. Era ini dinamakan 'Sivista'.

"Hanya saja, setelah lewat sekian abad lagi, persatuan internal kaum vampir serta 'supernatural' lainnya mulai goyah. Akibatnya, mirip dengan kondisi pada Era Sanguista, masa ini juga kerap diisi peperangan--namun pesertanya kini sesama kaum supernatural. Di sinilah kita berada sekarang; jauh dalam pusaran Era Kannibalista."

"Oh? Sesama supernatural pernah saling berperang..."

"Benar. Perang Dunia Supernatural Pertama terjadi satu milenium lalu. Menjelang akhir perang itu, mendiang Tuan Urdin mendirikan sebuah coven."

"Hospodia, bukan?"

"Tepat. Saat itu coven ini hanya satu dari sekian banyak kekuatan vampir lain di sana-sini--dan keadaannya masih demikian ruwet hingga belum memungkinkan bagi para vampir untuk menyinggung pihak manusia. Keadaan ini diperbaiki dua generasi setelahnya, di bawah komando para moyangmu, Grimm I dan Areena."

"Dengan bergerak menaklukkan manusia lagi, seperti dalam Pertempuran Padang Elvirium? Bahasannya ada di buku-buku sejarah klan kita."

"Benar lagi. Itu dilakukan setelah internal kita sendiri cukup tertata; lagipula, kaum manusia saat itu bukanlah seperti yang kamu kenal sekarang. Temperamen mereka lebih... labil."

"Kaum mana pun akan begitu kalau wilayahnya diusik. Mereka cuma mau dapat tempat untuk tinggal."

"Dan itulah yang kita lakukan sampai sekarang pada sebagian dari mereka, setelah menyaring sebagiannya lagi untuk dijadikan valet potensial," sahut Papa, tiba-tiba jadi sinis, "salah satunya di Distrik Bintang Tujuh yang sudah kamu kunjungi itu."

"Ng... jadi sebenarnya kaum kita menganggap manusia itu sebagai apa sih, Pa? Rekan atau bawahan? Ishtar jadi bingung."

"Bisa dua-duanya, bergantung bagaimana kamu melihatnya. Kalau kamu perhatikan bagaimana longgarnya pengawasan kita terhadap orang-orang di Bintang Tujuh itu, misalnya, Papa rasa kamu bakal percaya para manusia itu rekan. Terhadap para valet, mungkin kamu tidak akan berpikir begitu."

"Memangnya Papa pernah ngerasain punya valet? Mereka pun bisa kita anggap rekan lantaran banyak membantu memenangkan aneka Rating Game, kan?"

"Ah... ya, soal itu tanyakan sama bibimu deh. Dia yang lebih pengalaman."

"Jadi bisa disimpulkan, manusia mencapai keadaan kayak sekarang gara-gara dulu nggak menghargai negara mereka sendiri ya? Saling perang melulu, jadinya gampang dikuasai deh sama supernatural--tapi mestinya setelah itu antara kaum kita juga jangan perang sendiri, biar nasibnya nggak seperti mereka."

"Kayaknya kamu belum perlu khawatir soal itu, Ish."

"Ya, ya... soalnya yang jadi pangerannya kan masih Papa, he he he. Tapi ngomong-ngomong... ada bedanya nggak Pa, antara manusia yang tinggal di distrik sama yang udah jadi valet?"

"Memangnya mau dibedakan gimana lagi?"

"Soalnya, gini... waktu Ish ke Bintang Tujuh, ada manusia yang nawarin diri jadi calon valet-ku. Baiknya diterima gak ya?"

"Jawabmu gimana?"

"Yah... kutolak, karena memang belum sampai batas umurnya buat mulai rekrut. Lagipula, aku belum dikasih bidaknya."

"Oh, baguslah. Tahan sebentar ya, kan tinggal setahun lagi."

"Berarti... Ish boleh ya, ambil valet dari distrik?"

"Sekali lagi, soal itu lebih baik tanyakan bibimu saja. Kalau menurut Papa sih, pengertian valet itu ya manusia yang bersedia melayani kita, tanpa peduli dia dari distrik atau tidak."

"Oke deh! Makasih ya Pa! Udah lama kita nggak ngobrol akrab kayak gini..."

"Sama-sama. Penjelasan tentang sejarah tadi juga... Papa kira cukup ya sekalian jadi kado ulang-tahunmu yang kelima-belas? Selamat ulang-tahun, Ish."

Aku tersentak; mataku berangsur berbinar.

"Ya ampun... Papa ingat itu juga, ya, ternyata?! Makasih sekali lagi, Pa! Ini lebih banget dari yang Ish harapkan..."


Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro