Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dalih

A-akhirnya ketemu juga, panji yang berbeda dari milik Vladista... sudah berapa jauh aku pergi?

Sekarang tinggal masuk dan mencoba menetap di sini... walaupun aku juga sadar, sebagai pendatang, nggak akan bisa segampang itu sih. Barangkali mereka bakal menuntut pembuktian.

Semoga pengalamanku sebagai valet salah seorang bangsawan Vladista cukup memadai; terlebih, aku belum tahu apakah sistem di klan yang ini juga seperti itu.

Ah, ya, bagaimana pun, langkah pertama memasuki wilayah baru adalah bertanya pada para penjaga gerbang terluarnya--dan itu mereka, mendekatiku dengan tampang curiga dan senjata siap digunakan kalau coba-coba cari masalah.

"Hei, kamu! Datang dari mana?!"

"Oh, tenang, tuan-tuan. Aku bukan hendak cari masalah. Lihat, tak ada senjata kan?"

"Itu justru membuatmu terlihat makin mencurigakan, tahu. Datang dari mana, kutanya?!"

Nada suara mulai meninggi, berarti peluang upaya bicara secara logis mengecil, apalagi kalau diterapkan pada kalangan semacam ini. Salah satu jenis pengetahuan yang kudapat dari lingkungan lamaku.

Jalan lain: merendah.

"Anggap saja aku gelandangan yang kebetulan bertemu kalian... sekaligus, mungkin, mencari lahan pengabdian baru."

"Apa? Lahan pengabdian?"

Kini kedua penjaga itu mengamatiku dari kepala sampai kaki, lantas mundur, berdiskusi antara mereka sendiri. Berkat ketajaman pendengaran vampir (meski mungkin mereka tidak tahu--betapa mudahnya penampilan luar bisa membuat orang terkecoh!), isi pembicaraan itu juga dapat kuketahui.

"Hmm... posturnya terlalu bagus, sayang kalau cuma jadi penjaga gerbang biasa..."

"Bodoh. Lagipula siapa juga yang mau mempercayakan posisi seperti itu, serendah apa pun, pada orang luar..."

"Tapi kalau dia bisa lolos ujiannya, apa boleh buat kan?"

"Huh... calon kader baru lagi, ya..."

Salah satu penjaga memandangku lagi, lantas maju.

"Baiklah. Sebutkan saja asalmu, dan lewatlah."

"Sudah kubilang, dari jalanan."

"Tidak dari desa mana pun?"

Aku menggeleng. "Kalau aku memang berasal dari desa sekitar sini, tentu sikapku terhadap kalian bakal beda. Ngomong-ngomong, boleh kutahu panji ini milik klan mana?"

"Ah, sudahlah, masuk saja. Kau akan tahu lebih banyak di dalam nanti. Nikmati pengalamanmu di kota ini."

"Hei," penjaga lainnya menyilangkan senjatanya, "tidak secepat itu."

"Kenapa lagi sih? Sudah kian larut. Aku perlu cemas penginapannya keburu tutup."

"Tidak ada penginapan yang mau menerima orang tak bernama, aku yakin. Sebut namamu dulu."

"Satome."

***

"Ya, harus diakui pilihan yang kemudian Ibu tempuh dalam lingkup kewenangan beliau itu cukup masuk akal, meski secara pribadi masih sulit kuterima. Kedua bocah siluman itu, yang bikin Kouya rela menyusup jauh dalam wilayah musuh dan sekian lama membahayakan dirinya, sekarang dikembalikan ke rumah desa tempat asal mereka tanpa ribut-ribut lagi... Lagipula, kabar keberadaan Kouya sendiri saat ini belum diketahui sementara isi suratku yang menanyakan hal itu mungkin sudah terlanjur beredar dalam wilayah Gremory."

"Kamu boleh yakin isinya takkan diketahui sembarang orang, Vanya. Sudahlah. Yang lebih penting, dengan begini satu kemungkinan pemberontakan internal--yaitu yang dari Aon--sudah bisa diredakan tanpa korban, dan orang-orang Lyria itu tak memiliki alasan lagi untuk terus memberontak. Kron, Ayah rasa operasi pengintegrasian mereka kembali dalam kedaulatan kita sudah bisa dimulai."

"Tentu, begitu segala persiapan sudah selesai."

"Tunggu sebentar. Menilik keberhasilan langkah pertukaran itu, kurasa cara serupa bisa diterapkan juga untuk meredakan makar Lyria. Jika ini berhasil, kita bahkan tidak akan kehilangan seorang legiun pun."

Kron bersaudara saling pandang.

"Infiltrasi lagi, kemudian lakukan sesuatu terhadap pemimpin makar itu--itukah maksud Ayah?"

"Instingmu sepertinya kian baik saja, Vanya."

"Siapa yang akan melaksanakannya? Ayah tahu sendiri bagaimana keadaan tim valet-ku saat ini."

Grimm II mengarahkan pandangan ke perapian.

"Kita akan meminta bantuan seseorang yang sudah sangat sering menangani hal seperti ini."

"Boleh kami tahu siapa orang itu?"

"Azalrog--mantan familiar Sang Naga Betina. Suami Nurmentiaras."

Kedua anaknya berpandangan lagi seolah sang ketua Vladista sudah kehilangan akal.

"Familiar bisa menikah, ya?"

"Dan yang dimaksud Naga Betina itu, jika aku tidak salah ingat... adalah mendiang Brista I, kan?"

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro