Arahan
"Nekomata, Bi?"
"Benar, katanya itu istilah untuk siluman kucing. Salah satu valet-ku sedang berada dalam wilayah klan asing dan sedang berupaya meyakinkan makhluk yang disebut nekomata tadi..."
"Sudah berapa lama ia melakukan itu?"
"Kayaknya... sudah sejak sebelum ayahmu di sana itu dinobatkan menjadi pewaris klan."
"Berhasilkah ia?"
"Semoga begitu. Opini masyarakat Desa Aon terhadap kita makin hari makin rendah saja..." Bibi Rissa tertegun. "Eh, maaf, barusan aku menyinggung hal yang rumit..."
Kubalas dengan senyum maklum. "Tak apa. Saya paham maksudnya kok."
Hai, aku Ishtar Vladista. Hari ini adalah saat pertama ketika aku diizinkan ikut makan bersama di aula keluarga--biasanya hanya orang dewasa yang boleh ikut. Mungkin karena itu aku diberi tempat agak jauh, berhadapan dengan bibiku, Erissa II. Tapi gimana pun, ini sebuah kehormatan!
Terlebih, setelah momen pembelaan-diri dalam 'mahkamah keluarga' tempo hari, Kakek akhirnya berkenan menentukan secara resmi siapa calon pewaris beliau: papaku, Kron. Itu sudah menjadi haknya. Dengan begini, sementara ini garis pemerintahan klan kami bisa diamankan...
Paling nggak, begitulah menurutku dulu.
Kematian moyangku, Grimm I dan kemudian istri beliau seminggu kemudian, rupanya dimanfaatkan sebagai alasan beberapa pemimpin coven (setara provinsi) klan kami untuk memberontak, mau memisahkan diri. Dalam hitungan minggu, pemberontakan pertama--oleh Coven Serenia--berhasil ditumpas.
Itulah kenapa acara makan-makan ini diadakan: untuk memperingati kemenangan itu sekaligus syukuran penobatan Papa.
Karena itu, lumayan banyak yang hadir. Ada Kakek Dastra dan istri; Kakek Rashida dan istri; Nenek Kirana dan suami; Kakek Erian; Kakek Janus dan Rosham (saudara-saudara kandung mendiang moyangku); keluarganya Arva dari cabang Keluarga Vlossite; serta tentu saja semua anggota Keluarga Bristan kami. Mamaku, Kharashir, duduk di sebelah istri Kakek Rashida dan sesekali memandangku; jauh di kursi tinggi, Kakek Magnar--penguasa klan sekarang--sedang serius membahas sesuatu dengan Papa.
He he he. Dalam keramaian kayak gitu, amat menakjubkan aku masih bisa runtut mendengar penjelasan bibiku mengenai nekomata, ya kan?
Menilik suasananya, kayaknya sebentar lagi mereka semua bakal membahas yang lebih serius, yang belum pantas untuk ikut kudengarkan...
"Bibi, apa saya sudah boleh meninggalkan meja ini?"
"Oh, aku baru saja mau menyarankan begitu. Cari angin di luar deh," beliau tersenyum lagi melihat sendok-garpuku sudah tersilang terbalik di atas piring, penanda keengganan tambah lauk lagi.
"Kalau gitu, Ishtar permisi dulu..."
***
"Serenia sudah ditangani!" seruku, sejenak menyita perhatian orang-orang di ruang itu--untungnya, tidak tampak lagi putraku maupun Arva di antara mereka. Artinya, kami langsung bisa membahas inti urusan ini tanpa segan lagi.
"Serenia sudah ditangani," ulangku, lebih tenang, "tetapi hal itu lebih disebabkan campur-tangan para panglima bawahan saya yang seorang vampir. Para anggota legiun--yang loyal, maksud saya--tampaknya belum benar-benar siap menerima kepemimpinan saya yang seorang manusia ini, meski saya telah berada di posisi yang sekarang. Pewaris Vladista! Bagaimana pemerintahan dapat berjalan mulus, jika untuk hal ini saja masih terdapat keretakan..."
"Keretakan macam apa yang dimaksud itu?" tanya Azkar, kepala Keluarga Vlossite, lantang. "Semua perlu waktu, Pangeran. Legiun kita telah mencecap kemenangan pertama dalam pertempuran aktual setelah sekian dekade hanya difungsikan sebagai penjaga perbatasan. Bahwa ternyata kemampuan tempur lapangan, penguasaan senjata, serta moral mereka secara keseluruhan masih tetap terjaga sebagaimana halnya pada masa mendiang Grimm I, adalah hal yang patut Pangeran serta kita semua syukuri. Mengenai sedikit kesalahpahaman yang mungkin sempat timbul selama kampanye pertama ini, harap Pangeran bersedia memberikan toleransi. Hal yang Anda alami, menurut saya--dan saya sendiri telah merasakan mengepalai suatu pasukan yang dikirim dalam ekspedisi--bukanlah tanda ketidaksetiaan. Mereka hanya perlu waktu untuk lebih mengenal komandan barunya."
"Hmm, begitukah..."
"Aku setuju!" Kakek Rosham mengangkat gelasnya--yang kukira hanya untuk mendapatkan perhatian saja. "Kau sungguh beruntung tidak harus menempa lagi dari awal legiun binaan Kanda itu, Kron--legiun dengan sejarah panjang kesuksesan, kenyang asam-garam pertempuran. Manfaatkan mereka dengan baik. Kami semua yakin kau mampu. Kemenangan yang kau raih ini menjadi bukti pertama; akan ada lebih banyak hal lagi yang bakal perlu pembuktian."
"Saya mengerti, Kek. Untuk langkah pertama setelah kemenangan ini, saya akan terus mencari para pemberontak dan memberi ganjaran setimpal. Selama itu, tentu saya tetap mengharapkan dukungan serta bimbingan kalian semua--"
Kalimatku terhenti sejenak. Sebuah sentuhan lembut di bahuku membuatku memandang wajah Ayah yang berubah khidmat. Sarat keseriusan menggetarkan, sekaligus gestur pribadi beliau dalam mengakui pencapaianku kali ini. Dengan sebelah tangan tetap di bahuku, tangan yang sebelah lagi mengangkat gelas berisi anggur rempah setinggi wajah. Kulihat, gestur serupa diikuti semua orang di meja jati panjang, sejauh mata memandang.
"Vladista."
"VLADISTA!!!"
Anggur itu direguk penuh syukur. Sarat kenangan.
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro