Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Pancingan

Selagi aku mengenakan pakaianku untuk hari itu tanpa dibantu—yang rupanya bikin kaget para pelayan di kamarku—kemudian berjalan menuju ruang makan, jujur saja, aku merasa nggak tenang. Gelisah.

Ternyata aku belum lupa letak ruang-ruang di wisma ini, yang untunglah belum banyak berubah sejak kepindahanku ke dimensi seberang. Tapi aku tetap belum yakin apakah benar-benar siap menghadapi ujian penyelarasan kelas hari ini. Soal ujiannya bisa berubah, dan aku nggak tahu apa aku masih akan bisa lancar ngerjainnya.

Gimana kalau aku nggak lulus?

Maka, kalau dipikir, kelasku nggak akan selaras dengan teman-temanku lainnya. Lagian, berdasar hitungan di sini, sudah cukup lama aku absen. Cukup untuk bikin tinggal kelas.

Duh, entah kayak gimana rupa-rupa nilai di raporku nanti...

"Eh, Ishtar! Bukan ke situ!"

Panggilan itu bikin aku kaget, menoleh.

"Oh, Arva ternyata..."

Ia nyengir. "Kau masih ingat aku? Syukur deh. Yuk, sini."

Kuturuti lambaiannya, dan dia mengantarku ke arah yang benar menuju ruang makan.

"Melamun ya barusan?"

"Hari ini aku ada ujian penyelarasan kelas. Takut gak bisa ngerjainnya."

"Oh, kalau Ishtar, pasti bisa kok! Aku yakin!"

Si Narva ini berasal dari Keluarga Vlossite yang kedudukannya setara sama Keluarga Bristan yang kutempati. Ia masih terhitung sepupuku.

"Arva mau ujian juga?"

"He he, iya nih. Tapi bukan penyelarasan kelas kayak kamu. Kalau aku, sekarang ujian tengah enam-bulan." Seperti itu cara dia menyebut 'semester'. Ada-ada aja.

"Uh... paling nggak kalaupun nilainya jelek, kelasnya bakal masih sama."

"Iih, jangan gitu dong! Aku kan juga mau naik kelas! Mau belajar terbang dan cara nge-Fedon juga!"

"Wah, kalau Fedon sih masih lama... mungkin di Tingkat Dua nanti."

Lebih baik aku nggak bilang padanya gimana rasanya diterapi dengan Fedon itu. Nanti dia jadi iri.

Arva merengut. "Pokoknya! Aku mau naik kelas!"

"Iya, iya... maaf."

Menu sarapan hari itu kentang rebus dan irisan daging sapi yang dipanggang, dan salad buah setelahnya. Menyehatkan, kata Mama—sampai-sampai aku lagi-lagi dibawain menu itu sebagai bekal. Padahal sih, menurut jadwal, sehabis tes aku bisa langsung pulang—dan tesnya paling hanya satu-dua jam.

"Dihabiskan ya, Ish," pesan beliau. Selalu begitu sejak kami benar-benar menetap di dimensi Vikr ini. Papa juga akhirnya mau ikut, untunglah. Aku gak bisa bayangin seandainya beliau tetap ngotot di dimensi manusia.

Fiuh... paling nggak, di sini aku nggak perlu lagi pakai sepeda buat ke mana-mana. Tinggal terbang aja. Lebih seru, pastinya.

***

"Hei, itu kan si Ishtar?"

"Wah, iya! Lama nggak kelihatan, ke mana aja ya dia?"

"Katanya sempat ikut nyeberang dimensi bareng ayah-ibunya..."

Ini koridor utama gedung Akademi Crescentium di wilayah ibu-kota, dan beberapa anak yang bisik-bisik tadi teman-teman sekelasku--kayaknya. Perlu waktu untuk mengenali lagi nama sama wajah mereka, terutama gara-gara dari tadi aku hanya mikir ujiannya. Hmm, mungkin habis ujian...

Untungnya mereka nggak sampai memanggilku dengan julukan aneh kayak 'Pangeran', 'Yang Mulia', atau semisalnya. Konon aturan nggak tertulis itu sudah ada sejak masa leluhurku, mendiang Tuan Urdin, sejak bangunan ini dibangun.

"Ish! Apa kabar nih?" Salah seorang anak menjajariku yang masih jalan bareng Arva. "Tadi aku kaget banget waktu lihat kamu terbang. Sudah lama ya."

"Sudah... anu, berapa lama ya aku nggak masuk, Dra?"

Si Rondra cuma menggumam. "Kayaknya mendingan nggak kujawab deh."

"Kenapa?"

"Soalnya kamu mau ngerjain ujian yang penting banget."

"Eh? Kamu juga udah tahu..."

"Semuanya udah. Kemarin diumumin Bu Nimra menjelang bel pulang."

"Terus, yang bakal ikut ngerjain ujian penyelarasan ini berapa orang?"

"Dari kelas kita, kayaknya cuma kamu deh."

Hah...?

***

Syukurlah--benar-benar untung--aku nggak sendirian dalam ujian itu. Ada 14 anak lagi, jadi cukup dijadiin satu gelombang aja ujiannya; dan aku baru tahu dari pengawas ruang, kalau ragam soal ujian penyelarasan itu bakal disesuaikan dengan alasan para siswanya mengikuti ujian ini. Begitu masuk, tiap anak akan diberi pita berwarna tertentu; kuperhatiin, warnanya nggak ada yang sama.

Wah, kira-kira karena apa aja ya sampai mereka semua harus ikut ujian ini? Aku aja tahu adanya ujian ini dari Nenek Rishka, dan memang memerlukan itu kalau nggak mau malu... tapi, apa aja ya sebab-sebab lainnya?

<<Sekarang Ujian Penyelarasan Kelas Akademi Crescentium cabang Ibu-kota Klan Vladista, akan dimulai. Harap siapkan alat tulis dan mulai serta mengakhiri pengerjaan setelah bunyi bel.>>

Itu dia pengumumannya, disampaikan dari loudspeaker. Lingkupnya cuma untuk ruang ini aja.

Soal-soal dibagiin, memberi waktu singkat untuk berdoa, sebab rupanya tempat-dudukku di baris agak belakang.

SREK. Suara kertas ujian diletakkan di mejaku. Kupandang wajah si pembagi soal. Dingin. Tanpa kompromi. Kayaknya dia sudah berulang-kali menangani hal kayak begini, dan nggak mau repot-repot mengenaliku. Buat dia, aku cuma satu lagi peserta ujian yang bisa lulus atau gagal. Lupakan gelar pewaris.

Setelah menulis nama sendiri dengan alfabet dimensi ini, dengan dag-dig-dug kumaknai soal pertama:

1. Sebutkan setiap cabang Keluarga dalam seluruh coven Vladista.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro