Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Konferensi

Begitu kerai kusibak, tiga orang di sana serempak menujukan tatapan ke arahku. Ibuku, setelah sekali lagi mengarahkan pandangan sarat permohonan izin ke salah satu sosok lain, mulai bicara, memandangku sarat cemoohan.

"Tak perlu basa-basi lagi, Magnar. Ibu heran kau belum bisa juga memutuskan calon pewaris yang pantas. Penting sekali klan kita dikelola orang yang tepat."

"Meski harus melanggar aturan leluhur?"

"Aturan yang bagaimana itu?"

"Bahwa yang harus mewarisi adalah putra sulung dari turunan penguasa klan saat ini."

"Bukankah itu sudah kau punyai? Tunggu apa lagi?"

"Jika hendak kuturuti aturan itu, yang paling berhak mewarisi adalah Kron, tanpa memperhatikan fakta bahwa ia manusia. Tetapi para kerabat kita kurasa telah antipati padanya gara-gara penyeberangan dimensi itu."

"Omong kosong!" sembur Nenek Brista sambil sesekali membelai kepala piaraan beliau--yang jenisnya, harus diakui, memang agak khas.

"Ya, memang kita sudah tahu kelakuannya--tapi, lantas kenapa? Dia toh masih punya putra yang sikapnya tidak seperti itu. Pilih saja anak itu. Lagipula, ini masih tahap penetapan. Kamu sendiri belum akan secepatnya pensiun kan?"

"Memang benar..."

"Kalau kamu beralasan Ishtar belum dewasa, masih ada Vanya. Biar saja meski dia wanita. Ilishtar saja bisa, kenapa tidak memberi putrimu sendiri kesempatan?"

"Tetapi jika demikian... berarti dapat dikatakan penobatan ibu saya merupakan pembantahan pertama terhadap aturan leluhur. Mengapa Kakek Grimm mengizinkan itu terjadi?"

"'Aturan leluhur'... dari tadi kamu terus saja mempersoalkan itu," sebuah suara berat menyela. "Aku tanya, apa pernah klan kita ini selama empat generasi hingga sekarang, mematuhi aturan itu?"

Aku tersentak. "Apakah yang Kakek maksudkan...?"

"Dengar ya." Beliau sejenak berhenti memain-mainkan senjatanya, "sekarang aku ini leluhurmu, jadi biar kujelaskan apa maksud sebenarnya aturan itu sebelum kau salah paham terlalu jauh. Selama ini, yang kau pahami sebagai pengertian 'aturan leluhur' itu lebih berkenaan dengan urutan seorang anak dalam pewarisan klan, benar?"

"Ya."

"Selain harus menjadi putra sulung penguasa klan, kalau anak itu ternyata juga berasal dari kaum vampir akan lebih dipertimbangkan, bukan?"

"Oh, saya tidak tahu bagian ini."

"Kalau aturan itu diikuti secara kaku, berarti aku--Grimm I ini--sudah layak disebut pembangkang sejak saat aku menobatkan Areena. Meski putra sulungku, dia seorang manusia! Bayangkan saja bagaimana sengitnya perdebatanku dengan Brista soal itu ketika itu!"

"Hmm..."

"Tetapi, kami lalu membuat keputusan pribadi--yang hanya akan kami ceritakan padamu, Magnar, Grimm II, karena kamu turunan kami. Keputusan itu: sudah, tidak penting apakah dia vampir atau manusia. Nobatkan saja dia, biar waktu yang akan membuktikan kebijaksanaan pilihan ini; dan saat ini kalian semua sudah paham bagaimana akibatnya. Nah, apakah keputusan yang diambil berlawanan dengan 'aturan leluhur' tadi ternyata berdampak buruk?"

Nenek Brista mengangguk, bahkan tersenyum sekilas. Lantas beliau melanjutkan,

"Kemudian, Areena pada waktunya memutuskan bahwa ibumu-lah--Ilishtar itu anak kedua, wanita pula--yang akan melanjutkan pemerintahan. Kau tahu sebabnya?"

"Tidak, selain karena saudari tuanya, Bibi Tishrena, telah menolak kehormatan tersebut."

"Kau tahu kenapa Tishren ketika itu menolak?"

"Sayangnya, tidak."

"Lantaran anaknya sendiri, satu-satunya, merupakan hasil adopsi. Dia mengalami... yah, apa yang disebut manusia sebagai 'mandul'. Pada gilirannya, Ilishtar memilih kamu, Magnar, putra tunggalnya, sebagai pemangku jabatan berikutnya. Kamu ini harapan besarnya, dia pernah bilang begitu, karena kamu seorang vampir dan juga laki-laki. Tidak sepatah pun disinggungnya tentang aturan itu lagi."

"Oh..."

"Bagaimana? Pada posisimu sekarang, pilihanmu sedikit lebih leluasa. Apakah putramu, yang kelakuannya begitu, atau cucumu, yang karismanya begitu. Pilihlah."

"Bisa disimpulkan, kami yang telah menyebabkan klan ini berkembang demikian pesat ini sebenarnya adalah para 'pembangkang' lantaran terang-terangan menyalahi aturan tadi," lanjut Kakek Grimm, "dan aturan itu bermula karena ayahku, mendiang Tuan Urdin, punya lima anak. Wajar kalau beliau saat itu lantas mengharapkan putra sulungnya yang sekaligus juga seorang vampir, yaitu aku, kelak menggantikan posisi beliau--dan itu sudah kulampaui sekarang. Begitulah asal ketentuan 'aturan leluhur'. Masanya berbeda jauh, Magnar. Jangan sampai kamu yang hidup dalam masa sekarang, kembali terjebak pola pikir delapan abad lampau. Buktikan bahwa kau layak menggelari dirimu dengan namaku! Paham?!"

Kurendahkan pandangan dalam diam.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro