Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kala Tahta Bicara

"Wah-wah, ternyata kamu bisa sampai tepat waktu juga, Kron."

Uh... lagi-lagi, sebuah kejutan.

"Kalian, Ayah dan juga Vanya, bisa bilang begini lantaran sama-sama vampir, jadi tolong jangan mengejekku."

Erissa II mengerling sambil tersenyum. "Sudah kubilang, candaan Ayah takkan diterimanya dengan baik. Apalagi kalau bahasannya seperti ini..."

"Sudahlah!" gerutuku muram. "Ngomong-ngomong, satu calon lagi mana?"

Raut Ayah berubah serius. "Kamu tidak benar-benar bermaksud menyertakan bocah 14 tahun dalam urusan macam ini, bukan?"

Beliau mulai berjalan ke satu arah. "Yang kuundang kemari hanya kalian berdua yang sudah cukup umur. Untuk kali ini, Ishtar kembali harus bisa menerima apa pun keputusan kita; jadi, aku ingin membuat keputusan itu sebaik dan seadil mungkin. Perlukah kutambahkan," lanjut beliau sinis ke arahku, "kalau putramu itu sedang depresi gara-gara kamu?"

"Sepertinya aku sudah cukup sering disalahkan akhir-akhir ini, Yah. Kenapa lagi sekarang?"

"Dia depresi," sela Vanya, "karena tidak tahu--dan mungkin takkan pernah--kenapa Kakak dari awal begitu berhasrat pindah dimensi. Kepindahan itu saja mungkin masih bisa diterima, tapi gara-gara itu Ishtar sampai harus mengalami suntik serum beberapa kali dan kikir taring. Pernahkah Kakak berpikir gimana rasanya dua hal itu buat bocah sembilan tahun, waktu itu? Dan toh akhirnya dia kembali lagi ke sini, jadi menurutnya semua itu sia-sia!"

"Dan, ulah inilah yang bikin orang-orang grad atas berpikir lima kali kalau sekarang hendak menyaksikan klan ini dikelola orang seperti itu. Sekali lagi, ini bukan karena kamu terlahir manusia."

"Kita kan baru sampai tahap penetapan? Itu masih bisa diubah."

"Memang mudah," ketus ayahku, "tetapi yang akan lebih sukar diperbaiki adalah citra yang ditimbulkan dari penunjukan calon itu terhadap pihak lain."

"Ho, begitu. Jadi, jika sudah tahu aku orangnya begitu, Ayah sejak awal kan bisa memilih Vanya--walaupun aku meragukannya, lantaran dia wanita. Itu menyalahi aturan leluhur. Jika begitu, hanya ada satu pilihan lagi: nobatkan Ishtar. Dia masih punya waktu untuk berkembang, dan sudah punya karisma di kalangan sebayanya, kurasa."

Ayah rupanya tidak segera menjawab. "Jika perlu, aku akan menobatkan Vanya. Mengenai aturan itu, aku sudah... menerima beberapa saran."

"Bagus, jadi pertemuan ini sudah bisa kita anggap selesai. Tujuannya sudah tercapai."

"Jadi, Kron, kamu benar-benar menolak posisi ini? Apa itu yang mau kamu katakan?"

"Apa masih ada hal yang bakal membuatku bisa diterima dalam posisi ini, dalam anggapan Ayah? Para petinggi, bahkan sampai Kakek Grimm, sudah tahu kalau aku nekad menyeberangi dimensi, dan mereka nggak suka itu."

"Yang belum mereka semua ketahui adalah alasannya untuk semua itu. Jika kamu dapat menjelaskan itu dengan cara yang bisa mereka terima..." beliau menggerakkan bahu.

Hmm, licin juga perhitungan orang-orang ini.

"Alasannya... apakah nggak bisa disampaikan secara tertutup begini saja?"

"Kalau mau mendapatkan posisi ini, bertindaklah sesuai aturannya."

"Jika tidak?"

"Maka, menimbang kematangan usianya, aku akan memilih Vanya. Tapi, aku tahu kamu tidak cukup bodoh untuk paham bahwa kami sedang berusaha membantu memulihkan nama baikmu sebisa mungkin."

"Oh, sekarang bergeser jadi upaya pemulihan nama baik... Jadi, kalau bisa mengakui alasannya, akulah yang kemungkinan akan dipilih?"

Baginda Grimm II maju mendekatiku, kini kami hanya terpisah empat meter.

"Kron Vladista. Cukup sudah basa-basimu. Kau mau melakukan ini, atau tidak? Jika mau, lakukanlah dengan cara yang tidak akan merusak wibawa Bristan--karena kalau sampai demikian, Ishtar, cucuku yang begitu penurut itu, akan harus menyaksikan sesuatu yang sangat tidak menyenangkan yang akan dikenangnya seumur hidup."

"Maka jangan buat ia menyaksikan hal itu."

Kini Vanya pun berdiri dan ikut berjalan ke arahku, matanya sendiri sudah merah, pupilnya menyipit layaknya milik ular.

"Astaga, ayolah, jangan mengancamku dengan kemampuan khas vampir--kalian tahu kan, aku bakal kalah dalam soal itu," kucoba menenangkan mereka, lantas mundur dua langkah.

"Jika memang hanya penjelasan seperti itu yang diperlukan untuk memulihkan nama baikku sekaligus menjadi pewaris Baginda Grimm II yang hebat ini, baiklah, akan kuberikan. Sesuai aturan. Jangan sampai kalian membawa-bawa nama Ishtar. Ia sama-sekali tak bersalah, dan akan meneruskan namaku kelak. Sekarang, Ayah, tolong tentukan kapan aku boleh menghadiri acara dengar-pendapat itu."

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro