
Cabang Samping
KRAUS...
Sekali gigitan lagi--kuandaikan saja apel ini leher calon korban Fedon. Yah, sensasinya memang hampir sama; hanya saja, apel nggak akan meronta walau digigit di bagian mana pun dan dikunyah berkali-kali. Tidak seperti manusia--kalau tempat gigitannya salah, Fedon-mu berisiko gagal. Dan pastinya, kau nggak bisa benar-benar mengunyahnya.
Itulah kenapa aku mulai suka buah-buahan berair seperti ini...
Jadi, sebaiknya harus kuapakan dia...?
Mungkin kalian bisa membantu? Buruan, sebelum apel ini habis.
Oh ya, kenalkan dulu, aku Narva Vladista, saat ini siswi Akademi Crescentium semester delapan. Panggil aja Arva--soalnya "Narv" benar-benar kedengaran seperti alien dan aku nggak suka. Mereka yang berani memanggilku begitu selagi aku bisa dengar, bakal kubikin tahu rasa, dan pendengaran vampir itu tajam.
Jangan salah paham dulu mengenai catatan akademikku. Jumlah semester di akademi kami seluruhnya ada 32. Yaa, kalau di dimensi manusia aku ini barangkali setara dengan siswa kelas empat sekolah dasar deh.
Eh, berarti masih imut kan ya? He he he...
Nah, kenapa ya aku makan apel sendirian di pojok kantin dengan tampang serius begini?
Soalnya aku sedang kesal, meski dari tampangku mungkin kalian nggak bakal menganggap begitu (maksudku, sehari-hari aku juga serius kok). Ishtar, temanku beda kelas sekaligus kerabatku dari cabang utama Keluarga klan, kabarnya harus di"suspensi". Itu istilah kami buat "masuk UKS".
Kenapa?
Salah gerak waktu latihan berpedang, katanya. Sekali lagi, ini baru desas-desus. Nanti begitu pelajaran selesai, aku mau jenguk. Masa sih anak kayak dia bisa sampai masuk UKS juga...
Akademi kami punya tiga level "keadaan darurat" kayak begini. "Suspensi" berarti UKS. Pemeriksaannya ringan, dan paling boleh keluar setelah maksimal dua minggu; "Detensi" lebih gawat lagi, yakni UGD. Pemeriksaan menengah, buat penyakit yang perlu 1-6 bulan buat sembuh. Level finalnya, yakni "Isolasi". Bisa bayangin artinya, kan?
Untunglah tempat layanan kesehatan macam itu jadi bagian integral akademi, jadi gampang jangkauannya.
Kalau gejalanya kayak si Ish, paling dia masuk level "suspensi". Semoga begitu. Jangan sampai deh naik ke level dua...
KRAUS...
***
"Hei, halo. Namamu Narva, kan? Anak kelas sebelah, kudengar..."
Seorang anak lelaki sebayaku yang mengenakan seragam akademi kami dan membawa barang yang membuatku mengernyit, menyapaku di koridor kelas.
Apel tadi sudah lama habis.
"Benar. Kamu siapa?"
"Rondra, teman sebangku Ish..." lanjutnya sambil melangkah agak sempoyongan.
"Ck. Kamu ngapain juga bawa buket bunga sebesar ini? Bawa setangkai-setangkai saja kenapa? Sini, aku ambil setangkai, kamu setangkai, terus buang sisanya!"
"Eh, galak amat..."
Karena ternyata isi buket itu nggak terlalu banyak, alih-alih membuangnya, si Rondra membagikan saja sisa bunga pada teman-teman yang kebetulan berpapasan dengan kami.
"Ngomong-ngomong, Dra, katamu kamu sama Ish sebangku... apa kamu lihat kejadian yang bikin Ish masuk UKS itu? Aku sih tahunya gara-gara latihan pedang..."
Yang membuatku kaget, ia mengangguk. Mengiyakan.
"Meski bukan pakai pedang yang berbilah tajam, tetap saja salahnya keterlaluan."
"Apa? Jadi... itu bukan gara-gara Ish sendiri? Siapa tahu ia saat itu agak ceroboh..."
Ia menggeleng lagi. "Ish itu malah cukup lihai dalam hal kayak gini, setahuku."
"Kamu lihat langsung pertandingan itu?"
"Ya."
"Siapa lawan mainnya?"
"Si Ursa."
"Lho, anak perempuan ya?"
"Benar, teman sekelas kami juga. Tapi kalau mau marah sekarang, jangan ke dia ya? Masih shock, nggak tahu kalau yang dilukainya itu Ishtar."
"Memangnya apa sih yang dia lakukan?"
Rondra memandangku sekilas. "Kau mungkin nggak akan percaya."
"Sudah, bilang aja!"
Ia tampak mikir sejenak, tapi lalu menggeleng keras. "Kau nggak akan percaya sampai lihat sendiri. Udah, jangan minta aku bilang apa-apa lagi hingga kita sampai."
Aku tertegun. Separah itu ya, keadaan Ish?
Lagipula, anak ini... orang pertama yang terang-terangan ngebantah aku. Berani juga. Kenapa?
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro