Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ada Maunya

"Eeh? Kamu sudah pingin dengar soal itu?"

Arva mengangguk.

"Beneran nggak bisa ditunda?"

"Jangan sampai."

"Kamu mau tahu soal pertandingan itu apa Ursa-nya?"

"Dua-duanya!"

"Jadi mana dulu nih yang harus kuceritain?"

"Ursa-nya lah! Enak aja dia bikin sepupuku yang imut nan ganteng ini terkapar di sini..."

"Ga-ganteng...?" Ups. Blak-blakan bener sih ini anak...

"Anu... lantas, yang di sebelahmu kamu anggap apa, Va?"

"Tukang bawain bunga."

JLEB!!

Maaf, Rondra... lain kali kutraktir es teh lima porsi deh...

"Buruan ceritain!!"

Astaga... maaf banget ya, atas pembukaan yang barangkali kurang menyenangkan ini. Kalau begini, selain Arva sama Rondra, ada baiknya kalian juga tahu kenapa aku sampai 'mendarat' di UKS ini; berikut secuplik penjelasan tentang orang yang membuatku sampai demikian.

Kalian perlu tahu dulu, Akademi Crescentium itu mirip sekolah internasional. Artinya, anak-anak bangsawan dari beragam klan lain pada rebutan ingin bersekolah di sini. Inilah sebabnya Vladista jadi terkenal, selain karena luas wilayah dan kekuatan tentaranya selama beberapa generasi...

Ah, tapi aku lagi nggak ada minat buat bahas yang dua itu. Aku saat ini cuma mau kasih tahu tentang Ursa.

Dia itu, setahuku, "anak transferan" dari klan vampir Darian. Beda sama Marshir, klan satu ini tidak menyatakan diri tunduk sama Vladista tapi cuma menjaga hubungan baik aja. Mereka katanya kagum sama sistem pendidikan sini, jadi dari sana banyak yang amat berminat menerima beasiswa dari Crescentium.

Waktu pengacakan kelas--yang aku nggak tahu, gara-gara masih ikut Papa--si Ursa itu ditempatkan di kelasku. Selesai Ujian Penyelarasan kulihat namanya ada di daftar absen, dan aku baru ingat lagi hal itu tepat sebelum pertandingan pakai pedang bambu itu, ketika dia dengan lantang memperkenalkan diri. Aku berbuat yang sama, dan pertandingan dimulai. Nggak ada yang aneh sampai sini.

Sepertinya Ursa baru sadar akibat perbuatannya selama aku disuspensi dan masih belum siuman. Dari entah siapa, dia tahu aku ini punya peluang jadi pewaris Vladista berikutnya, jadi (ini menurut Nezka) Ursa buru-buru mendatangi kamarku, menggenggam erat telapak tanganku yang lengannya masih terbalut perban yang masih ada bercak darahnya, lantas mencium telapak itu dengan... yah... khidmat.

Aku sampai merinding, seandainya itu benar...

Mungkin ini perasaanku aja, tapi siapa tahu Ursa jadi takut banget kehilangan beasiswa yang susah-payah didapat kalau kabar itu sampai diketahui terlalu banyak orang.

"Siswi Darian mencelakai pewaris Vladista!"

Kalau kabar itu tersiar, habis deh peluangnya. Bukan cuma dia, kalau mau dipandang lebih luas, seluruh Darian bisa kena imbasnya. Makanya dia rela berbuat begitu... tapi...

Masa sih aku pantas diperlakuin segitunya?

Ketika aku bercerita sampai sini, Arva kelihatannya sedang mencoba menahan emosi.

"Karena itu Rondra menyuruhku jangan marah ke Ursa..."

Ha ha, benar, soalnya kalau kamu lakuin itu, banyak anak bakal jadi tahu... dan marahmu itu nyeremin tahu, Va...

BIIP!!

Oh, ada yang datang lagi...

"Ishtar!"

Sosok kali ini tampak pucat, dan hampir kehabisan nafas--sekaligus membuatku terperanjat banget.

"Mama?!"

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro