[DP4 - Markas Rahasia]
Dhika
KVLR punya markas lain yang dirahasiakan dari semua orang. Dan di situlah kebanyakan petinggi KVLR menginap malam-malam. Termasuk gue.
Rumah ini sebenarnya milik salah satu alumnus Mayapada yang memulai KVLR—Hardian namanya. Dia dibelikan rumah oleh orang tuanya, jadi selalu dipakai untuk nongkrong. Kebiasaan itu berlanjut sampai sekarang, puluhan generasi setelah Hardian.
Hanya ada lima orang di sini, dan dua makhluk terlemah di antara kami sudah tidur. Dua lainnya, Jaka dan Fajar, nemenin gue ngerokok di teras rumah. Hawa terlalu dingin. Merokok adalah satu-satunya cara menghangatkan diri.
"Dhik, kenapa lo nggak ikutan Ruben sama Dhimas tobat aja sih?" tanya Jaka dengan nada meledek. Dia emang suka banget ngeledekin gue karena nggak ikutan tobat.
"Eh, justru lo bersyukur dia nggak ikutan hengkang." Fajar menoyor kepala Jaka. "Kalau nggak ada Dhika, Mister V nggak akan ngasih kita stok."
Mr. V adalah pengedar narkoba yang pernah dikontak Ruben. Caranya menjual rada eksklusif, dan dia nggak mau nerima pesanan kalau nggak dari orang-orang yang dia pilih. Ruben dapat kontaknya dari Herman, sementara gue turut diperkenalkan setelah Ruben keluar. Semenjak gue terpilih jadi Komandan, sudah dua kali gue pesen narkoba ke dia.
Gue sangat blak-blakan di sini. Bukan rahasia lagi. Anggota KVLR pasti pernah nyobain nge-drugs seenggaknya sekali dalam hidupnya. Dan gue nggak berniat menjadikan pengalaman pertama gue yang terakhir.
Lo harus tau, perasaan nge-fly yang selalu orang-orang bilang itu... sangat adiktif. Gue bisa lupa semuanya, gue bisa lepas dari semua masalah yang pernah gue punya. Untuk sesaat, gue merasa bebas. Gue bener-bener merasa terbang, kayak jiwa gue lepas dari tubuh gue. Seolah-olah, gue bukan Dhika yang nasibnya menyedihkan ini.
Gue hanya nyengir, lalu mengganti posisi duduk. "Nah, tuh. Dengerin."
Jaka mengomel. "Yah, apakah lo akan ngerayain ultah KVLR dengan pesta? Lumayan tuh, lo borong biar semua ngerasain."
"Entah, gue nggak berani. Kalau lo semua dipenjara gara-gara pesta kan nggak lucu."
"Lucu kok." Fajar mendengus. "Come on, Dhik, ntar bisalah kita akalin biar nggak ada yang ketangkep. Masih seminggu buat ngerancang perayaan, lo pikir-pikir dulu aja."
Gue meniupkan asap rokok sambil berpikir. Sebenarnya, itu ide yang bagus. Gue cuma nggak mau gegabah. Gue udah ngerasain tiga hari di penjara, dan gue tau rasanya nggak enak sama sekali. Ngadain pesta weed untuk 30 orang terlalu berisiko buat gue.
"Yah, entah. Gue nggak mau mikirin itu untuk saat ini."
Jaka dan Fajar diam saja. Gue mendengus. Ah, jadi Komandan nggak seenak yang gue bayangin.
P.s. Aku lupa masa buat banner nya tulisannya trd bukan dp X'D
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro