Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[DP16 - Di Balik Pintu]

Matahari pagi sudah mengintip dari balik pepohonan, dan rumah masih sepi. Sepertinya Ayah tidak pulang karena pekerjaan, Dhika masih mengurung diri di kamarnya, dan terdengar suara mendengkur dari kamar Dhito. Akhir pekan. Semua orang bermalas-malasan.

Kebiasaanku setiap pagi adalah memastikan semua orang bangun tepat waktu. Lagipula, setelah mengiyakan ajakan Aditya untuk mencoba restoran baru—dia terus memaksaku, bilang kalau sesudahnya aku tidak mau lagi pergi makan dengannya, dia akan berhenti berusaha—aku harus memastikan semua orang sudah bangun. Aku tidak mungkin meninggalkan mereka begitu saja tanpa pamit.

Dhito masih tampak lelap—mungkin kelelahan. Aku tahu banyak sekali hal yang ada di pikirannya saat ini. Dhika, kuliah, event. Dia memang sudah libur, tapi kegiatannya terus bertumpuk seolah tanpa habis. Aku mengagumi kemauannya bekerja keras tanpa mengeluhkannya. Aku membangunkannya, lalu pergi ke kamar Dhika.

Aku hendak membuka pintu kamar Dhika, tapi dia menguncinya. Astaga, apakah sedari malam dia mengunci pintu? Aku seharusnya mengambil kunci itu sesegera mungkin. Mungkin saja tidak ada apapun yang terjadi, tapi tetap saja. Dhika harus dengan mudah dapat kuawasi.

"Dhika?" Aku mengetuk pintu.

Tidak ada balasan. Apa dia masih tidur? Tapi selama ini pun, Dhika mudah terbangun. Aneh jika dia tidak mendengarku memanggilnya.

"Dhika, bangun."

Masih belum ada balasan. Aku mulai panik. Aku tidak lagi teringat akan apapun, hanya ingin membuka pintu dan membangunkan Dhika. Kuharap dia hanya tidur terlalu pulas sehingga tidak mendengarku. Aku tahu aku terdengar berlebihan, tapi sejak semalam aku selalu memikirkan yang terburuk.

"Dhika belum bangun?" Dhito muncul dari kamarnya sambil menguap.

"Belum. Lo bisa bukain kamarnya kan?"

Dhito bergerak membuka pintu kamar. Entah apa yang dia lakukan pada lubang kuncinya, namun tak lama kemudian dia sudah berhasil membuka pintu. Jantungku berdebar terlalu kencang, dan aku nyaris takut melihat apa yang akan terjadi.

Firasat burukku terbukti. Dhika berbaring tak sadarkan diri. Dan ketika Dhito menghampirinya, dia tidak menemukan detak jantung Dhika.

Tubuhku membeku. Apa yang terjadi? Segalanya terasa buram, dan otakku tidak bisa berpikir. Aku hanya terdiam di pintu, menatap Dhika yang tidak merespon apapun yang dilakukan Dhito.

"KAK!" Dhito mengguncang tubuhku pelan. Tampaknya aku pun tidak merespon panggilannya. "Cari bantuan!"

Seketika aku sadar. Bantuan. Aku berlari ke arah luar. Tampak sebuah sedan bergerak pelan ke arahku—mobil Aditya. Tanpa menunggunya berhenti aku mengetuk kaca jendelanya. Dia menurunkannya dan aku menceritakan semuanya. Tentang Dhika. Yang tidak sadarkan diri. Tidak terdeteksi detaknya. Dhika....

Setelahnya, semuanya terjadi cepat. Dhito membawa Dhika memasuki mobil Aditya, lalu kami semua melaju ke rumah sakit. Aku tidak ingat lagi apa yang terjadi selain doa yang terus-menerus kupanjatkan.

Tuhan, jangan ambil Dhika sekarang.



a/n

for the next part pls bring a pack of tissue ok :'(

btw siapa #TeamAdhira di sini XD /gaada team lain yeu/

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro