[DP14 - Permintaan Maaf]
Aku sedang menunggu cemas di ruang tamu saat pintu terbuka. Dhito masuk bersama Dhika.
Aku tidak tahu apa yang dilakukan Dhika setelah kabur tadi. Aku takut dia melakukan hal-hal buruk, bertemu dengan orang-orang buruk, dan berakhir buruk. Dia pernah menginap di penjara tiga hari. Dihukum oleh Pak Har entah berapa kali. Nyaris dikeluarkan. Dan dengan segala urusan ini, dia bisa saja berakhir di tempat yang bahkan tidak mau kusebutkan.
Perkara ini tidak semudah itu. Dhika bukan anak SMA nakal biasa. Dia terjebak dan bertemu dengan orang-orang jahat yang mampu menyeretnya ke tempat-tempat buruk. Aku tidak mau itu. Dhika tidak boleh menjadi lebih buruk lagi. Aku harus menyelamatkannya.
Aku langsung memeluk Dhika bahkan sebelum dia sempat menutup pintu. Bau minuman keras dan rokok menguar kuat darinya, namun aku tidak peduli. Aku hanya lega dia masih hidup. Dhika masih hidup. Dan selama dia masih hidup, dia masih punya kesempatan untuk jadi lebih baik lagi.
Dhika terdiam kaku. Pundaknya menegang, meski tak lama dibiarkannya rileks. Dia sama sekali tidak bergerak dan bersuara—bahkan aku merasa dia menahan napasnya.
"Biarkan gue bantu elo, Mahardhika," bisikku—suaraku tidak mau keluar. "Biarkan gue menebus kesalahan gue."
"Lo nggak—"
"Gue bersalah, Dhik. Gue nggak bisa jadi kakak yang baik buat elo."
Dhika tidak melakukan apapun. Ketika aku sudah hendak mengatakan hal lain, kedua tangannya melingkar di tubuhku erat meski hanya sesaat. "Elo udah lebih dari baik. Gue yang nggak pernah jadi adik yang baik buat elo. Dan untuk itu...," Dhika bungkam sejenak, "gue minta maaf."
Dia melepasku kasar dan langsung pergi ke kamarnya. Mengunci diri. Untuk sekian detik, aku pun merasakan bahwa Dhika juga pecah berkeping-keping. Aku hanya tidak tahu apakah aku datang tepat waktu untuk menyelamatkannya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro