Chuuya Side 8 : It's You
HARI ini adalah waktunya. Waktu dimana aku akan bertemu dengan Viktor Yamada, seorang pembunuh profesional yang paling dicari juga seorang pedagang persenjataan hebat.
Mungkin, karena dua alasan itulah Port Mafia setuju untuk bekerja sama dengannya. Terlebih, Yamada ini adalah sosok guru bagi [First Name].
Atau, lebih tepatnya begitu?
Karena waktunya masih lama, akhirnya aku mengambil tugas lain seperti saat ini. Beberapa hari belakangan ini, terjadi tiga kasus percobaan pembunuhan.
Masalahnya adalah... kasus itu terjadi di atas tanah milik Port Mafia. Lebih buruknya lagi, kasus pembunuhan ini korbannya adalah anak buah mafia sendiri.
Pertama, untuk kesekian kalinya, gudang persenjataan kami diserang. Para mafiosi yang berjaga semua dibuat tertidur, pun dengan luka tembak pada tubuhnya.
Untungnya, semua senjata masih lengkap. Tidak ada yang dicuri maupun digunakan untuk menyerang para mafiosi.
Padahal, waktu tubuh mereka aku otopsi, peluru yang digunakan adalah peluru yang sama dengan yang ada di gudang.
Kedua, Akutagawa sempat diserang, namun hanya para bawahannyalah yang mengalami luka parah tapi tidak dengannya.
Saat sosok yang menyerangnya ingin dibekak, justru malah kabur tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.
Ketiga, ini yang lebih hebat. Dia berhasil mengelabuiku dan [First Name]. Entah bagaimana, tapi caranya benar-benar ampuh. Bahkan [First Name] sendiri sampai terkejut.
Entah bagaimana mereka melakukannya, mereka selalu bisa memprediksikan jalan yang kami pilih sesuai perkiraannya.
Itu juga yang membuat kami-aku dan [First Name]-mengeluarkan ratusan rencana yang sia-sia hanya untuk menangkap tikus ini.
Kurasakan ponselku bergetar. Begitu aku merogoh sakuku dan mengangkat panggilan itu, suara yang amat kukenal menyapa.
[Chuuya-kun, bisa kau ke ruanganku sekarang?]
"Baiklah, bos."
Lalu, hanya dari panggilan itulah aku segera melesat lantai teratas Gedung Port Mafia menemui bos.
Dan sepersekian menit kemudian, setelah aku berdiri di depan pintu besar dan memberikan namaku, pintu terbuka.
Kulihat [First Name] sudah lebih dulu berdiri di sana. Dari kejauhan, gadis itu menatapku yang baru saja datang.
Aku menunduk hormat pada bos begitu sampai di depan mejanya dan berdiri tepat di samping [First Name], kemudian menyapa, "ada apa, Bos?"
"Chuuya-kun, aku akan menyerahkan rencana menjadi Pengawas Malam padamu dan [First Name]-kun."
Eh? Jadi soal kasus baru-baru ini masih belum terpecahkan?
"Bagaimana dengan pertemuannya, Bos?" tanyaku memastikan keadaan.
Ini yang membuatku terus berpikir, kalau seperti ini, bisa-bisa malah pertemuan dibatalkan.
Lalu niatku untuk mengorek detail tentang [First Name] akan diundur, lebih buruknya gagal.
"Aku sudah mengaturnya. Akan tetap terjadi dan itu...."
Jangan-jangan-!
"... malam ini."
❄
Misi ganda. Di waktu yang bersamaan dan di hari yang sama. Selagi aku memikirkan tentang pertemuan dengan Yamada, Bos menyerahkan tugas Pengawas Malam padaku dan [First Name].
Apa itu artinya bahkan cara licik yang biasa kami gunakan bahkan dapat diprediksi olehnya?
Benar-benar sesuatu yang tidak bisa diduga. Akutagawa dan bawahannya pasti sudah kewalahan juga karena gagal sampai-sampai misi ini diberikan padaku.
Dan juga, aku tidak menyangka [First Name] bisa sesantai ini. Gadis itu hanya berjalan seraya tersenyum entah apa dan menatap kedepan.
Entah apa yang dipikirkannya, tapi rencana yang sudah diberikan Bos inilah satu-satunya cara.
Pastinya juga harus berhasil.
Belum sampai pada tujuan kami. [First Name] bergumam, "waktunya memangsa." Tapi aku mendengarnya dengan cukup jelas.
Siapa yang bergerak pertama kalilah yang akan menang, kah? Seolah kalimat itu terlukis pada wajahnya.
Apa mungkin sebenarnya rencana ini adalah rencana [First Name]?
Entah bagaimana caranya. Namun, ini rencana yang cukup hebat. Sesuai data yang dikumpulkan dari Akutagawa dan bawahannya.
Sinyal dari alat pengendali yang memicu ledakan pada apartemen kecil yang diduga milik orang ini, muncul dari sini.
Terlebih, bercak darah yang aku lihat tak jauh dari posisi ini. Lalu tepat beberapa meter di hadapan kami....
Seseorang bertudung dengan topeng berdiri di sana.
Dan dari arah belakangnya, sosok bertopeng lainnya muncul. Topeng putih polos tanpa wajah seperti slenderman.
Sosok polos itu tetiba menyerang dengan menendang. Namun, gerakannya dapat ditangkis dan membuat seorang bertudung itu lari.
Saat kutolehkan kepalaku melihat [First Name], gadis itu sudah menghilang entah kemana.
"Nakahara-san!"
Aku berdecih. "Tidak perlu memerintahku!"
Tentu saja aku ikut bertarung. Tepat saat sosok bertudung itu mendarat selepas dari menghindari serangan [First Name], aku menyusul serangan keduaku.
Namun sialnya, dia bisa menghindarinya dengan cara yang membuatku heran. Melompat, lompatan yang cukup tinggi.
Tapi tak lama, dari atasnya [First Name] menyusul serangan lagi dengan sayatan pada pisau di tangannya.
Tepat saat itu juga, sosok bertudung itu menghindar seraya menendang tubuh [First Name] sampai terpental dan mendarat di dekatku.
Untung saja gadis itu bisa mendarat dengan sempurna tanpa terjerembab sama sekali.
"Sudah kuduga...."
[First Name] membuka topeng polosnya seraya menyeringai dan menatap sosok bertudung itu.
Saat kalimat itu terucap, sebuah suara retakkan yang cukup keras terdengar 'crack' di sana.
"Itu kau, kan? Si Makelar, Aria-san."
Topeng Si Bertudung terbelah dua dan jatuh ke atas tanah. Saat itulah, sosok seorang gadis-yang kukira awalnya pria karena rambutnya yang dipotong model pixie-terlihat.
"Ara, ara, aku kena."
Brengsek, jadi dari tadi lawanku adalah perempuan? Dan lagi, bisa-bisanya rencana Port Mafia digagalkannya.
Tapi, hebat juga kalau ini benar-benar rencana [First Name] sendiri. Dia bahkan bisa membuat wanita yang dipanggilnya Si Makelar atau Aria-san ini keluar.
"Aku tidak menyangka akan berhadapan denganmu lagi, [First Name]-chan?
-chan? Batinku. Mereka sudah saling kenal?
Eh, bukankah [First Name] menyebutnya Si Makelar? Apa jangan-jangan Si Makelar yang itu? Yang kudengar setiap orang yang bertransaksi dengannya, tidak pernah bertemu dengannya?
"Ohisashiburi, Aria-san. Sepertinya aku masih menang, ya?"
"Ah, aku sebal." Wanita itu merucutkan mulutnya. "Kukira setelah kau lama tidak berlatih dengan Yamada-sensei, aku akan bisa menang."
[First Name] tertawa kecil kemudian menatapku dan tersenyum. Gadis itu mengenalkan, "Nakahara-san, dia Aria, Si Makelar. Mungkin kau sering mendengar namanya, 'kan?"
"Iya, begitulah," jawabku seadanya.
"Sebagai catatan: itu nama samaranku saja, ya, Mr. Fancy Hat."
Cih! Sialan. Bisa-bisanya dia menyebutku begitu. Memangnya dia kira siapa dirinya? Ya, aku tahu dia Si Makelar itu, tapi hanya itu, 'kan?
Omong-omong, yang membuatku penasaran adalah bagaimana ia bisa membaca seluruh rencana kami, jalan pikir kami, bahkan rencana yang sudah sangat hebat pun dapat di prediksinya dengan pasti.
Dan lagi, kenapa aku merasa pernah bertemu dengannya, ya? Tapi kapan? Dimana?
"Oh, dan satu lagi!" Sekali lagi, [First Name] melihat ke arahku. "Kemampuannya 'Bayangan dan Jalan'. Mungkin seperti indigo, tapi sedikit berbeda."
Seperti indigo? Apa artinya dia dapat melihat masa depan? Mungkin kalau dikatakan seperti itu, akan masuk akal dan aku mengerti.
"Bedanya...," wanita itu melanjutkan seraya tersenyum. "Aku bisa memprediksikan seratus jalan yang akan dipilih. Satu diantaranya adalah yang pasti terjadi, sisanya hanya uji cobaku."
Oh, begitu? Aku mengerti. Artinya ia melaksanakan seratus rute itu dalam waktu bersamaan? Benar-benar kemampuan yang merepotkan. Tapi kalau seperti itu, musuh sekuat apapun kalau tidak bisa melihat semuanya itu akan percuma.
"Nakahara-san, apa kau merasa seperti pernah bertemu dengannya?"
Eh? Bagaimana dia tahu? Tunggu, aku tidak pernah menceritakannya, kan? Iya, aku yakin. Aku belum menceritakan apa pun padanya.
Lalu, bagaimana gadis ini tahu?
"Itu kekurangan kemampuannya. Aria-san melakukan seratus percobaan dan saat target itu ada dalam pengelihatannya, seolah ini déjà vu."
Cih, ternyata aku benar! Mungkin dikatakan déjà vu itu tepat. Kalau boleh jujur, aku memang pernah melihat Si Makelar ini. Kalau tidak salah-
"Dan salah satu di penglihatan itu ada kau, [First Name]-chan. Entah bagaimana caranya, padahal aku sudah berusaha agar menghapus keberadaanmu itu."
Sesaat [First Name] tampak tercenung. Kemudian ia melirikku seraya tersenyum. Apa? Memangnya ada yang aneh denganku?
Terserah anak ini saja. Yang jelas sekarang, misi ini sudah selesai. Begitu membawa wanita ini, aku bisa melaksanakan pertemuanku untuk bisnis.
"Oh, iya. Jadi kau... Nakahara Chuuya yang akan mengurus bisnis ini dengan Yamada-sensei?"
Oh, jadi dia sudah tahu? Ya, tidak heran, sih. Karena sebelumnya dia sudah mengenal [First Name] dan menyebut Viktor Yamada itu Yamada-sensei.
Tapi, apa maksudnya?
"Ayo ikut aku dan [First Name]-chan...." Wanita itu melirik [First Name] dan melanjutkan, "datang ke lantai empat puluh tujuh nanti, dia menunggumu."
Begitu kalimat itu terlontar, manik [eyes color] [First Name] berbinar. Gadis itu tersenyum lebar dan bersemangat seraya mengangguk senang.
Sebenarnya ada apa? Kenapa dia tidak memberitahuku maksudnya? Oi! Oi! Oi! Ini bukan jebakan untuk [First Name], 'kan?
Aku mengkhawatirkannya.
❄
Setelah aku memasuki sebuah ruangan yang cukup mewah. Bahkan ruangan ini dilengkapi karpet sebagai alasan, wallpaper yang melapisi temboknya, pun terdapat sebuah bar pribadi.
Setelah segelas wishky dituangkan dan diletakkan di hadapanku, percakapan kecil soal perjanjian kami pun di mulai.
Setelah mengecek semua senjata yang kami pesan dan lengkap, aku tersenyum miring. Pantas saja Bos juga sangat menginginkannya, bukan hanya menambah pertahanan dan keamanan Port Mafia, tapi juga memperkuat squad kami.
300 CornerShoot dengan tingkat keefektifan 100 meter sampai 200 meter, kemudian, 150 krummlauf yang bisa membelokkan peluru dan memungkinkan penembak untuk mengarahkan dan menembak di sekitar tikungan dengan larasnya yang bengkok dan pemandangan.
Alasan harganya yang mahal dan mendapatkannya yang sulit adalah karena senjata ini memiliki usia yang singkat, terlebih sulit mencari kolegan atau orang dalam untuk bertransaksi.
Tapi, mungkin kalau soal membelokkan peluru, [First Name] tidak memperlukannya. Toh gadis itu lebih mahir soal menembak dan membelokkan peluru entah bagaimana caranya.
"Jadi, Nakahara-san...," sahut Si Makelar selagi aku mencicipi wishkyku. "Kau atasannya [First Name]-chan atau sejenisnya?"
Kata 'atau sejenisnya' itu maksudnya apa? Padahal hanya mengatakan kalau aku atasannya saja sudah cukup. Omong-omong, aku harus membalas apa, ya?
"Begitulah."
Sejujurnya saja, itu yang terbaik. Tapi mungkin juga aku akan mulai bertanya soal masa lalu [First Name] saat mulai dilatih oleh Yamada ini.
Mungkin sedikit ketidakberuntunganku adalah yang bertransaksi denganku adalah Si Makelar bukan Yamada. Namun, disisi lain aku bisa bertatap muka langsung dengan orang paling misterius.
"[First Name]-chan... sedikit berbeda, ya?"
Eh? benar, kah? Ya, lagi juga dia yang jauh lebih tahu soal gadis itu, tapi apa yang berbeda darinya?
"Kalau boleh kutanyakan sesuatu...." Si Makelar menoleh padaku, muka airnya tampak penasaran. Aku pun melanjutkan, "apa dia selalu seperti itu?"
"Eh? Oh... perasaannya itu, ya?"
Tepat sasaran! itulah yang ingin kutanyakan. Tidak kusangka alur percakapan ini sebenarnya membicarakan perasaan [First Name]. Tapi, memangnya apa yang berbeda?
"[First Name]-chan itu gadis penuh pertimbangan. Pertama kali aku melihatnya ia terkesan sangat dingin, tapi sebenarnya dia itu baik, pun ucapannya sangat jujur. Makannya aku sangat mempercayainya."
Aku mulai menyimak.
"Semua orang menyukainya karena sering tersenyum dan sangat baik. Yamada-sensei pun sangat terkesan dengannya, terlebih pada kemampuannya itu. Dia juga...."
Wanita di depanku mulai tersenyum miris. Pandangannya seolah mengisyaratkan sesuatu.
"Menyebalkan."
Ya, sudah kuduga.
"Gerakannya yang tidak pernah bisa kuduga, selalu menjadi kelemahanku. Dia benar-benar menyebalkan karena itu."
Plus seratus point untuk ini. Aku setuju, memang anak ini menyebalkan terlebih sedikit banyak selalu menggodaku. Tapi itulah bagian yang kusuka, tidak melihat siapa diriku. Dia memandang orang sama.
"Omong-omong, Nakahara-san. Sebaiknya kau berhati-hati, [First Name]-chan itu labil dan kadang tidak tahu apa yang dilakukannya benar atau salah. Walaupun begitu, ia tidak pernah sama sekali menyesalinya."
Labil? Apa karena itu juga Dazai Si Tukang Manipulator Ulung itu selalu memanfaatkannya? Maksudku, menggodaku dengan menggunakannya?
Dasar brengsek! Kemampuan memperalat semua orang seperti ini, benar-benar memuakkan!
"Maksudmu, seperti saat ini?"
Wanita itu mengangguk seraya tersenyum. "Ya, seperti saat ini. Ia sangat mencintai panti asuhan dan tempat ini, dilain sisi ia tidak bisa memilih salah satunya. Karena itu yang kupikir juga... bisa menyakiti hatinya."
Baik dan banyak pertimbangan... ya?
Saat orang-orang di panti asuhan tahu kala [First Name] menjadi seorang pembunuh bayaran dan sekarang mafia, pasti kekecewaan merekalah yang menusuk hati gadis ini.
Dan saat itu terjadi, Si Makelar tahu kalau [First Name] sewaktu-waktu tidak akan bisa mengendalikan emosinya.
Aku mulai mengerti....
Alasan kenapa perasaannya itulah yang disebut sebagai kelemahannya.
Bagaimana pun, itu artinya, gadis itu sesugguhnya benar-benar baik. Apa yang dilakukannya itulah, tidak pernah ada kebohongan sama sekali.
"Dan satu lagi!" Si Makelar menyeringai. Kenapa perasaanku tidak enak, ya? "Dia tidak menyadari dikala dirinya tengah menyukai orang lain."
Oh....
Tapi apa perlakuannya padaku juga karena dari dalamnya?
❄
Ting!
Akhirnya aku sampai di lantai 47, tempat dimana [First Name] dipanggil. Entah untuk apa, tapi aku juga harus ke sana. Anggap saja menjemputnya, begitulah.
Si Makelar juga sempat menyebutkan sesuatu soal menunjukkan keteguhan hati. Aku tidak tahu meksudnya, tapi aku yakin itulah alasan [First Name] dibawa ke sini.
Tak perlu waktu lama, akhirnya aku sampai di sebuah pintu besi besar. Begitu pintu terbuka, sebuah ruangan luas berwarna putih kuhadapkan.
Sayangnya aku hanya dibatasi sekat berupa kaca tebal, mungkin kaca anti peluru dan senisnya. Tapi aku masih bisa melihat pemandangan ditengah itu dengan jelas.
[First Name] dan seorang pria.
"Mereka yang mencari bimbingan, harus menunjukkan keteguhan hatinya," sahut Si Makelar seraya tersenyum miring.
Menunjukkan keteguhan hati? Jadi maksudnya [First Name] harus bertarung? Kalau boleh kukatakan, dia benar-benar hebat. Walaupun sudah ada luka di beberapa bagian tubuhnya, ia masih bisa mengatur nafasnya dengan baik.
Kulihat [First Name] menerjangkan kedua tombaknya ke arah pria itu, tapi pria itu bisa menangkisnya. Tapi gadis itu tidak berhenti menyerang. Ia masih bertahan.
Menghindar, serang, menghindar, dan serang. Terus menerus ia lakukan. Pria itu juga tidak bisa menghindarinya sampai terkena beberapa luka sayatan dari mata tombaknya.
Begitu [First Name] mengambil jarak cukup jauh, sambil mengenai mata tombaknya pada tanah dan mengelurkan kilatan petir yang membuat silau mata. Gadis itu melompat tinggi dan menghantamkan kemampuannya.
Ini yang tidak kutahu, ternyata kemampuannya juga bisa disalurkan seperti itu jika ada perantaranya, ini menjadi catatan yang bagus.
Tapi sesaat kemudian, serangan [First Name] ditangkis dengan kapak milik pria itu. Dan saat itu pula, tubuh mungil [First Name] terpental sampai menabrak tembok di belakangnya.
"Akan kutunjukkan keteguhan hatiku." [First Name] berdiri dengan darah yang mulai melewati sebelah matanya. Tangan kirinya menggenggam pergelangan tangan kanannya sampai mengeluarkan petir. "Akan kulakukan semua yang diperlukan."
Saat itu juga, sebuah pola kristal segi enam terbentuk di belakangnya. Pria di hadapannya hanya berdiam diri saja tanpa memberikan ekspresi apa pun. Aku pun sama.
Saat kristal itu menembakkan petir yang kuat dan mengarah ke pria itu, pria itu justru menghindarinya dengan sangat mudah. Namun, saat ia mendarat sempurna, ia terkejut....
Sesuai yang [First Name] perkirakan. Saat gadis itu membuat garis dengan tombaknya itulah kuncinya. Membuat pola kristal segi enam yang sama.
"Wahai kekuatan langit. Patuhilah aku dan hancurkanlah musuh di hadapanku!"
Seolah tidak memberikan celah, dalam sekejap, kristal segi enam yang dipijak pria itu mengeluarkan cahaya.
"Binasalah!"
Pun saat kata itu keluar, ledakan yang dahsyat sampai memekakan telinga dan cahaya yang tinggi sampai melewati langit-langit ruangan seperti kilatan halilintar, menyusul setelahnya.
Selang beberapa saat kemudian, cahaya itu lenyap digantikan dengan senyuman penuh kemenangan dari [First Name].
-oOo-
Chuuya Side 8 owari! Huehuehue~ ternyata sudah hampir selesai 😀 begitu juga dengan deadline-nya 😥 BTW, target Mikajeh selesai pertengahan Februari, yeu 🙂
Oh! Saia juga ceritanya mau laporan 😐 dua tokoh tambahan disini (Viktor Yamada & Aria) itu bukan tokoh dari saia 😂 pernah baca Omen Series atau Dark Series karya Lexi Xu, gak? Nah, saia cuman pake namanya aja ._. Tapi khusus Aria, itu LevIria39 yang milih 😃 jadi ceritanya nak ini pengen dimasukin ke cerita ini juga (then, saia tanya pake nama apa, katanya Aria aja. Oke lah) 🤣 secara fisik, gambaran Aria disini kek Erika Guruh bukan Aria Topan 🤗
Penasaran sama ceritanya? Beli aja buku Omen Series di Gramedia 😎 khususnya bagi pecinta cerita gore Indonesia 😃 sumpah itu keren sangadh! Recomended, deh! Oke, abaikan bagian promosi ini ヽ('▽`)/
Selesai, kan? Vote dan krisarnya di kolom komentar, yak! 😆
Thanks!
Hope You All Like It!
-oOo-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro