Chuuya Side 2 : Her Other Side
"CHUUYA-KUN, aku mau kau menjadi partnernya."
Aku kali ini benar-benar kembali dibuat bingung. Setelah disuruh mengintai dirinya, kini aku harus menjadi partnernya? Bukan berarti aku menolaknya, hanya saja bukankah terlalu cepat?
"Tentunya tidak sekarang, kau hanya harus terus memperhatikan dirinya."
"Maksud Anda, agar saya bisa mesinkronkan dirinya dengan saya?" tanyaku memastikan.
Kulihat bos tersenyum penuh arti. "Begitulah." Singkat kata, ini memang bukan permintaan, tapi perintah. Entah kenapa rasanya saat aku ingin menolaknya pasti bos besar mafia ini akan langsung tegas menolak permintaanku.
Jadi, mau tak mau aku harus menerima gadis itu saat sudah waktunya menjadi partnerku di Port Mafia nanti. Toh, aku tidak yakin ia akan bertahan lama kalau tahu semakin lama pekerjaannya semakin berat.
Setelah langsung menancap gas untuk ke daerah timur, kini pagi harinya aku langsung kembali menuju kantor pusat.
Begitu mobil yang kukendarai semakin dekat dengan pintu utama kantor, sesaat aku melihat Anee-san dengan seorang gadis.
Gadis itu menoleh padaku—atau sebenarnya menoleh karena melihat mobilku—Anee-san pun yang sadar mengikuti arah pandang gadis itu dan tak lama setelahnya, aku pula menghentikan laju mobilku perlahan.
Aku keluar dari mobil dan bertepatan dengan Anee-san yang menghampiriku, aku menunduk hormat padanya.
"Orang ini Nakahara Chuuya, salah satu anggota eksekutif. Kemampuan 'Untuk Kesedihan Yang Ternodai'. Karena dia maniak topi dengan tubuh pendek, jadi hati-hati kalau berbicara padanya. Tapi tidak berbahaya, kok."
Uh-oh! Entah kenapa rasanya tepat sasaran sekali Anee-san mengungkapkan hal itu, terlebih pada anak baru? Sepertinya kata 'Eksekutif' akan terabaikan begitu saja karena ucapan Anee-san.
"Kata-kata yang kejam, ya." aku tersenyum miring pada Anee-san kemudian kutatap gadis yang sedikit pendek dariku itu dengan tajam.
Apa dia ingat denganku? Pikirku. Aku harap tidak, kenapa? Karena kalau dia sadar dia pernah melawanku dan hampir menyetarai kemampuanku dengannya, rasanya akan sangat malu! Terlebih seorang gadis? Yang benar saja!
Tapi matanya... seperti bukan dirinya yang kulihat saat itu.
❄
Aku melangkahkan kakiku mendekati jendela besar di hadapanku. Kutuang anggur putih ke dalam gelas yang sudah pasti kubersihkan dengan sangat mengkilap.
Begitu terisi setengah dari gelas itu, kuangkat gelas itu dan kutempelkan pada ujung bibirku. Sementara mataku terpaku pada sosok seorang gadis di luar sana.
"Dia sudah datang, ya?" gumamku.
Untuk sesaat, bibir gelas itu masih kutempelkan begitu saja pada bibirku tanpa meminumnya, tapi selang beberapa detik aku langsung meneguknya sampai habis.
Begitu aku melangkah keluar dan mengambil jas yang kugantung di dekat pintu, kurasakan sakuku kembali bergetar. Aku segera menjawab panggilan itu.
"Bos?"
[Chuuya-kun, bisa kau datang ke ruanganku sekarang? Ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu.]
"Baiklah."
Jadi, tanpa basa basi lagi aku pun segera melaksanakan perintah itu. Menuju ruangan bos. Setelah memasuki beberapa lorong, kudapati sebuah pintu besar dengan tingkat keamanan tinggi.
Sesaat aku berhenti di depan pintu itu kemudian berucap, "Nakahara-desu."
Sepersekian detik kemudian, pintu besar itu terbuka dan kini di hadapanku seorang bos mafia besar tengah duduk di atas singgasananya dengan Elise-chan.
Aku melangkah memasuki ruangan dengan cahaya yang bersumber dari jendela besar sebagai satu-satunya penerangan dalam ruangan ini. Begitu tiga langkah di hadapan bos, aku menunduk sopan dan kembali menatapnya.
"Ada apa, bos?" tanyaku langsung.
Untuk sesaat bos menarik laci mejanya dan mengambil beberapa dokumen. Dokumen yang dia asal letakkan di atas mejanya, berhamburan foto-foto siluet seorang gadis. Ya, aku sangat mengenali sosok itu. Itu... [First Name].
Aku terdiam sesaat kemudian melangkah dan mengambil beberapa foto itu. Dia saat bertugas dengan Akutagawa waktu tugas pertamanya, dia saat memimpin Tim Kadal Hitam, dia saat mengerjakan tugas kelola keamanannya, dan beberapa konflik perselisihan di dekat markas.
"Semua tugas yang dia laksanakan benar-benar bagus, sesuai harapanku." Dari balik tangannya itu, kulihat bos menampakkan kurva tipis penuh kepuasan. "Aku ingin kau segera menjadi Partnernya, Chuuya-kun. Kau tidak keberatan, 'kan?"
Untuk sesaat aku menimbang. Bukan berarti aku tidak menerimanya saat ini, hanya saja... apa tidak terlalu cepat? [First Name] bahkan baru beberapa hari bekerja. Memang aku akui kemampuan dan bela dirinya sangat bagus, bahkan bisa menyetarai diriku.
Mungkin dia tidak akan merepotkanku seperti yang aku pikirkan. "Saya tidak keberatan, bos," jawabku akhirnya.
Bos memiringkan sedikit kepalanya dan tersenyum. "Baguslah kalau begitu. Elise-chan, bisa kau jemput [First Name]-kun?" tanyanya pada Elise-chan.
Hanya dengan satu perintah itu, Elise-chan langsung melesat dengan cepat mencari gadis yang dimaksud bosnya—atau lebih tepatnya pemiliknya.
"Sebelumnya, bos. Kenapa Anda sangat ingin secepatnya dia menjadi partner saya?" tanyaku sesopan mungkin.
"Aku yakin kau sudah lama menanya-nanyakan hal itu," ucap bos sambil mengamatiku. Aku mengangguk menanggapi pertanyaan yang tersirat itu. "Aku ingin kau dan [First Name]-kun membentuk sebuah tim yang solid. Selama ini kau bekerja sendiri dan selalu memberikan hasil yang memuaskan seperti yang kuharapkan, begitu juga dengan [First Name]-kun. Bahkan dalam waktu yang singkat ini, dia bisa menarik perhatianku."
Aku tersenyum miring mendengar pujian itu. Entah sudah berapa tahun aku bekerja sendiri setelah Si Maniak Bunuh Diri itu membelot dari mafia.
"Tapi kini semuanya akan berbeda," lanjut bos. "Aku ingin masing-masing dari kalian harus punya peranan yang sama besar dalam tim dan kembali membentuk duet yang kuharapkan ini. Kau pasti cukup mengenalnya dari pertarungan saat itu dengannya."
Pertarungan saat itu? Ah, pasti maksudnya saat aku pertama kali menangkap basah pekerjaan sampingannya sebagai Sang Lingkaran Pendosa saat itu.
"[First Name]-kun, memiliki semua kemampuan psikis pada tangannya. Semakin besar kekuatannya, semakin merekat pula akar kemampuan itu pada tangannya. Terlebih dia bisa mengendalikannya dengan baik, dengan begitu dia bisa mendukungmu dari belakang," tambah bos. "Kita akan mulai dari misi yang ini. Bisa kau laksanakan?"
Aku mengambil selebaran dokumen yang diserahkannya. Setelah membacanya sekilas dengan cepat, aku langsung memahami isinya yang singkat, jelas, dan padat itu.
Bos ingin aku menghancurkan kapal induk? Pikirku.
Begitu kudengar pintu di belakangku terbuka, aku sedikit menoleh dan melirikkan ekor mataku. Netraku mendapati sosok seorang gadis yang sederhana dengan surai [hair color]nya yang dikuncir ponytail panjang.
Begitu sampai tepat di sampingku, gadis itu menunduk sopan dan kembali menatap bos. Bisa kurasakan ia mencoba melirik padaku sekilas. Kuharap bukan hal-hal aneh yang dia ingat dariku, pikirku.
"[First Name]-kun, bagaimana pekerjaanmu hari ini?" tanya bos di depanku dengan intonasi senang.
Gadis itu, [First Name], menunduk sekali lagi dan menjawab, "seperti biasa, bos."
"Oh, aku punya permintaan untukmu."
"Eh? Maaf?"
Bisa kulihat muka air gadis di sampingku ini tampak menegang dan berpikir-pikir banyak. Tidak heran, kupikir. Toh, posisi awal yang diambilnya ada di bawah Akutagawa dan tiba-tiba bekerja langsung dibawah salah satu eksekutif mafia?
Apa aku harus katakan kalau ini sebuah predikat yang luar biasa?
Tapi itu hanya iming-imingan sementara agar dia mau bergabung, kalau syarat utamanya dia tidak keberatan dengan pekerjaan yang merepotkan. Mungkin sejak awal dia sudah pasti ditempatkan langsung bekerja dibawah perintahku.
"Aku ingin kau bekerja langsung dibawah perintah Chuuya-kun. Bagaimana? Apa kau keberatan?"
Hening sesaat.
"saya tidak keberatan, bos."
"Kalau begitu, sudah diputuskan."
❄
Jadi, akhirnya kami pun keluar dari ruangan bos. Entah kenapa aku malah sedikit takut-takut dengan gadis ini. Mungkin aku memang paranoid kala pertama kalinya memiliki partner seorang gadis—terlebih umurnya terpaut empat tahuh lebih muda dariku.
"Kita pergi sekarang," titahku.
Dan tanpa menunggu aku mengulang perintahku, [First Name] langsung menanggapinya dengan cepat. Ya, paling tidak dia berhasil mengambil point pertama soal pengambilan perintah yang cepat.
Syarat pertama, pass!
Aku terus berjalan dalam diam dengan [First Name] yang terus membuntutiku dari belakang tanpa banyak bertanya hal-hal yang jelas tidak ingin kujawab.
Setelah aku membuka pintu atap kantor menuju helipad, aku segera memegang topi fedora yang selalu menghiasi kepalaku itu agar tidak terbang kemana-mana.
Netraku kini dihadapkan dengan sebuah helikopter yang siap terbang. Begitu aku mendekat dan menyentuh pintu helikopter, aku berujar dengan suara yang kukeraskan, "naiklah."
Awalnya gadis itu bergeming, diam. Memang aku belum memberitahu detail misi kali ini, tapi misi ini sebenarnya semata-mata hanya untuk menguji sinkronisasi antara diriku dengannya.
Tapi sesaat kemudian gadis itu segera memasuki helikopter, disusul olehku tepat duduk disampingnya. Kulihat dia sudah menggunakan headphone itu untuk berkomunikasi nanti, begitu pula denganku.
"Ano... Nakahara-san, memangnya misi kali ini bagaimana?" tanyanya sesopan mungkin.
atau memang aku yang sedikit merasa kalau dia agak gugup berbicara padaku. Ah, mungkin memang hanya perasaanku saja.
"Hanya menjatuhkan pesawat."
"Eh!?"
"Pesawat itu membawa dokumen penting, informasi. Dan bos mau kita menghancurkan seluruh dokumen itu."
❄
Bagaimana, ya? Sedikit sulit mungkin untuk kujelaskan. Yang kutahu gadis itu benar-benar gila! Kuakui refleksnya benar-benar bagus dan cepat. Itu artinya saat dia melawanku langsung saat itu, itu sunggh dirinya.
Kilatan matanya memang sedikit berbeda dari yang kulihat waktu itu, tapi ketenangannya itu memberikan dia point plus untuk bisa kuterima secara resmi sebagai partnerku.
Syarat kedua, pass!
Omong-omong soal kilatan mata. Sepertinya dia memiliki kilatan yang berbeda. Pertama yang kulihat kilatan penuh kekejian dan hawa membunuh yang kuat ; kedua, kilatan penuh kehampaan seolah ia tidak memikirkan risiko yang dihadapinya ; ketiga, mungkin tidak harus kusebut kilatan mata yang mengisyaratkan sesuatu. Tapi ini yang kusuka, matanya yang bersemangat dan tampak jujur.
Sungguh, aku melihatnya saat ia tengah terjun denganku (harus kalian tahu, dia ternyata cukup fobia dengan ketinggian) dan bertanya soal kemampuanku, matanya seolah kagum denganku.
Aku yang merasa seperti itu hanya bisa tersenyum dengan menaikkan daguku setingginya. Angkuh dan sangat arogan, begitulah.
Kini aku melaju mobilku dalam suhu yang dingin. Selagi mataku memandang jalanan kosong, tanpa sengaja mataku mengunci siluet seorang gadis. Ya, tidak salah lagi kalau itu [First Name], bawahanku yang sedang tahap uji coba oleh bos.
Aku yakin dia habis membeli beberapa potong kue untuk Elise-chan. Aku membuka sedikit kaca mobilku dan melihatnya yang tersenyum pada seorang pelayan yang membawa minumannya yang tampak mengepul itu.
Saat dia menatap ke luar jendela, aku sedikit menyembunyikan wajahku kala tidak inginnya diriku tertangkap basah juga tengah memperhatikannya. Bisa-bisa dia menganggapku yang aneh-aneh.
Tapi sejauh ini, dia memang hanya gadis muda pada umumnya. Hanya saja dirinya sedikit pekerja keras seolah itu memang kebiasaannya. Entah kenapa aku merasa perlu tahu sedikit tentang masa lalunya, bukan hanya yang didapat dari data-data yang kubaca.
"Mungkin aku tanya langsung," gumamku.
Saat kulihat dia mulai mengusap lembut gelasnya yang mengeluarkan kepulan panas itu, seorang pria menyapanya.
Seketika rahangku mengeras, pandanganku pun sangat tidak suka melihat kehadiran sosok itu yang tiba-tiba saja duduk di meja yang sama dengan [First Name] seolah mereka teman akrab.
Ya, siapa lagi kalau bukan Dazai Si Brengsek yang hobinya saat ini mengajak setiap wanita untuk bunuh diri ganda yang romantis dengannya. Sebaiknya aku cepat-cepat mencari wanita untuknya agar dia juga cepat mati sekalian!
Kulihat awalnya mereka hanya berbicara singkat, mungkin bertukar sapa atau sejenisnya. Dasar brengsek! Ingin kubunuh dia sekarang juga karena berani-beraninya menyentuh partnerku.
Aku kembali menutup kaca mobilku dan lanjut bekerja. Sepertinya apa yang kutakutkan datang. Apa munkin Dazai berniat untuk membawanya ke agensi dan menyerahnya pada pemerintah?
Aku bisa saja melindunginya dari tuntutan itu dengan menggunakan nama mafia kalau itu pekerjaan legal kami untuk membunuh siapapun yang menghalangi pekerjaan kami dan mencoreng nama kami. Tapi tidak mungkin kalau sekarang, aku harus bertanya tentang ini dulu pada [First Name] dan memperingatkannya.
❄
Setelah keluar dari ruangan bos, aku langsung menghubungi [First Name] untuk segera menemuiku di depan kantor untuk melangsungkan misi lainnya.
Ini kesempatanku! Aku harus mengumpulkan informasi sebanyaknya dari dia juga, lalu soal kedekatan dia dan pertemuannya dengan Dazai Si Mumi Berjalan itu.
Begitu aku menghentikan mobilku tepat di depan kantor, [First Name] langsung memutari mobilku dan masuk melalui pintu kanan kemudian duduk di samping kursi kemudi.
"Kali ini apa, Nakahara-san?" tanyanya.
Pertanyaan yang selalu dia tanyakan pertama kali saat ada misi denganku: menanyakan detail misi. Aku langsung memberikan dokumen yang cukup tebal padanya, gadis itu pun langsung membukanya dengan cepat.
Aku menarik rem tangan pada mobilku dan mulai melajukannya. Setelah aku mulai keluar dari gerbang kantor Port Mafia, aku menjelaskan, "dia El Diablo, kemampuan 'Black Prison', pemimpin gang dan terlibat kerusuhan di dalam penjara."
"Pengendali api... ya?"
Mendengar pendapatnya, sepertinya dia sudah hampir selesai membaca report soal si El Diablo ini. Sekilas, aku melihat ia menaikkan dagu dan tersenyum miring—atau lebih mirip seringaian.
Sepertinya ini tidak jadi masalah untuknya. "Kau bisa menanganinya?" tanyaku dengan menaikkan salah satu sudut bibirku.
"Nakahara-san belum tahu, ya." Aku menoleh-noleh padanya, kulihat ia tersenyum dan mulai menggerakkan tangan kirinya dengan lembut. "Pyrokinesis, salah satu kemampuan psikis yang memungkinkan aku bisa mengendalikan api."
Kulihat tangan kiri yang ia tadahkan itu mengeluarkan sebuah api biru. Mungkin kalau dia bisa melatihnya lebih lagi, aku yakin api itu bisa menjadi api putih yang sepanas dengan inti matahari.
Omong-omong soal tangannya, sepertinya dia sudah latihan dengan keras dilihat dari tatonya yang mulai menutupi sebagian dari telapak tangannya itu. Tapi, sudahlah....
Aku berdecih dan tersenyum miring. "Kalau begitu artinya, kau sudah siap," balasku. Aku pun kembali menggas mobilku agar melaju lebih cepat.
Inilah sisi yang kusuka darinya. Sisi yang selalu bersemangat dan penuh tantangan dan ini berhasil menambah point ketertarikanku padanya.
Syarat ketiga, pass!
—oOo—
Chuuya Side 2 owari! Ini misi yang beda dari yang ada di Reader Side, sengaja emang adanya di Chuuya Side 😌 kenapa? Karena ini cerita sangat tersirat, jadi kalian tebak-tebak aja sendiri 😆
Udah selesai baca, 'kan? Vote dan komennya, ya 😍 senengin Mikajeh dapet pahala, lho 🙌
Thanks!
Hope You All Like It!
—oOo—
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro