Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chuuya Side 11 : That Jerk!!

SIAL! Sudah hari ke berapa sekarang aku meninggalkan kantor pusat? Aku bahkan hampir tidak ingat ini tanggal berapa.

Aku harus menyelesaikan misi disini dan segera pulang. Seperti yang [First Name] duga waktu itu, pelakunya memiliki hubungan dengan Port Mafia.

Yang tidak kuhabis pikir adalah... memangnya mereka tidak lelah terus menerus melancarkan serangannya dan terus menerus gagal?

Dan lagi, kenapa harus aku juga yang menyelesaikan masalah ini? Rasanya jadi benar-benar... membosankan.

Kuhentikan laju mobilku perlahan dan kuparkiran tidak jauh dari gudang bekas yang sudah bobrok ini.

Begitu aku mendekati pintu gudang, ribuan peluru sudah lebih dulu menyambutku.

Namun, aku berhasil menghentikannya dengan kemampuanku. Dengan gerakan yang cepat, kulancarkan serangan balikku dengan menjatuhkan orang-orang itu dengan kuat.

Aku menaikkan sebelah tanganku dan kubuka kelima jariku tepat di depan pintu gudang. Begitu kukeluarkan kemampuanku, pintu gudang langsung berdebum kencang.

Saat itu juga, aku kembali disambut oleh sederet orang yang bersenjata. Namun, sekali lagi dalam waktu yang singkat, mereka semua tumbang dan hanya menyisahkan satu orang.

Aku mencengkram kuat kerah bajunya dan menariknya kasar, kemudian bertanya, "dimana Bosmu?"

"Entahlah," jawabnya seraya tersenyum miring.

Aku berdecih sebal. Kulempar asal tubuh pria itu sampai membentur barang-barang di sana.

Kulirikkan ekor mataku kebelakang, hanya ada orang-orang yang meringis-ringis kesakitan kala luka sayat yang kuberikan.

Mungkin kalau saat ini ada [First Name], gadis itu pasti sudah membakar habis mereka dan menyisahkan debu.

Aku menghela nafas dan memejamkan mataku sesaat, sebelum akhirnya aku melanjutkan langkahku menuju lantai di atas.

Begitu aku sampai di sana, aku hanya disambut oleh sesosok pria yang jelas tidak kukenal.

Dilihat dari mana pun, pria itu sepertinya benar-benar sudah menduga kedatanganku.

Sambil berjalan pongah dengan memasukkan kedua tangannya dalam saku celana, ia berujar, "sepertinya kau orang yang dibicarakan itu, ya?"

"Hah? Apa maksudmu?"

Cih, memangnya apa yang ia tahu soal diriku? Dan lagi, apa saja yang orang bodoh ini dengar? Siapa juga orang kurang kerjaan yang membicarakanku?

"Bagaimana kalau kita-"

"Tidak butuh!"

Brak!

Dalam sekejap, aku langsung menyambar dirinya dan melayangkan sayatanku yang mengenai lehernya.

Namun, saat aku sadar, pria itu sudah hilang. Tidak ada. Seolah dirinya ditelan bumi.

Kemana dia?

Selagi kepalaku menoleh-noleh mencari sosok itu, telingaku menangkap sebuah suara tawa.

Kuadahkan kepalaku ke atas, netraku mendapati sosoknya duduk tepat pada tiang besi di sana.

"Ternyata kau cepat juga, ya."

"Aku tidak punya waktu untuk mengurusmu."

"Begitu, ya? Sayang sekali...." Pria itu menghilang tiba-tiba! Dimana dia-! "Kau tidak bisa pergi begitu saja."

Sialan! Sejak kapan dia ada dibelakangku?! Aku melakukan roll depan untuk menghindari serangannya.

Ada yang aneh, kenapa aku tidak melihatnya berpindah sama sekali? Teleportasi, kah? Atau-manipulasi-?!

"Sepertinya kau sudah menyadarinya, ya?" Sosok itu muncul kembali dari balik kabut tipis. Ia tersenyum miring dengan menaikkan dagunya. "Kenalkan aku... Yamazaki Kasumi. Kemampuan 'Kabut dan Cahaya'. Aku sudah memanipulasi ruangan ini dengan kabut tipisku, pasti kau sadar, kan?"

Aku menatapnya sengit. Jadi begitu, itu alasan dia bisa berpindah seolah bertransportasi.

Selang beberapa saat, tanpa kusadari, kini aku sudah dikelilingi kabut hitam pekat. Sialan, kalau begini aku tidak akan bisa bergerak bebas!

Aku melirik-lirikkan mataku, mencari benda yang bisa kugunakan sebagai senajata.

Dewi Fortuna berpihak padaku! Ya, sebuah bom. Aku harus mengambilnya.

Aku kembali menerjangnya, lalu sesuai dugaanku. Kubiarkan tubuhku terhempas begitu saja. Tepat saat itu, kuraih dua bom yang ada di sana.

Begitu kusembunyikan bom itu, aku mengangkat batu-batuan di sekitarku dan melemparkannya ke arahnya. Tentu saja ia bisa menghindarinya dengan dirinya yang dibuat melayang karena kabutnya itu.

Namun, rencanaku tentu tidak sampai disitu. Begitu ia tepat berada jarak yang pas, kulemparkan bom dengan pemicunya yang sudah lulepas.

Boom!

"Boleh juga kau," serunya. Tapi wajahnya seketika muram begitu sadar tepat di bawah kakinya, kembali kulemparkan bom lain dan....

Boom!

Meledak.

Berbeda dengan yang sebelumnya, bom yang tadi memiliki daya ledak jauh lebih kuat.

Begitu ledakan mulai menjalar ke seluruh ruangan, aku segera kembali mengambil jas panjangku dan melompat keluar melalui celah atap yang terbuka.

Tepat kulihat saat itu juga, pria itu sempat meloloskan dirinya. Namun, aku tidak menberikannya celah sedikit pun.

Saat pria itu merasa dirinya sudah aman, langsung dari depannya-dengan gerakan yang cepat-kusayat lehernya itu sampai darah mulai keluar dari sana.

"Bagaimana... bisa?!"

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, kuberikan wajah malas untuk menjawab pertanyaannya yang merepotkan itu.

"Entahlah."

Cih, sudahlah! Tidak ada untungnya juga kujawab pertanyaannya, lagi juga sebentar lagi orang itu mati.

Bagaimana bisa... ya? Kalau boleh kukatan, mungkin ini karena [First Name]. Dirinya yang selalu membuat rencana dan berhasil.

Terlebih rencananya itu, selalu bisa membuatku terkejut. Entah ada berapa rencana dalam satu misi yang selalu ia pikirkan.

Setiap kali rencana pertama gagal, ia langsung menggantinya di waktu yang tak terduga dan tidak lebih dulu memberitahuku.

Tapi aku tahu, karena itulah yang selalu membuat rencananya berhasil. Seperti kasus Si Makelar waktu itu, rencana sebenarnya adalah kami hanya harus menyerangnya dan menyudutkannya. Tapi tidak kusangka, [First Name] akan sampai menyerangnya dari belakang dengan menggunakan topeng.

Sudahlah, akhirnya misi ini selesai juga. Aku menarik tubuhku ke atas, meregangkan sendi-sendiku yang mulai kaku.

Akhirnya markas kelima sudah beres. Brengsek, apa tujuan mereka membuat lima markas dengan jarak yang berbeda-beda ini?

Sialan, sepertinya aku benar-benar dipermainkan!

Eh-! Lima?! Kubuka maps pada ponselku, begitu kulihat kelima titik berbeda di sana, titik itu membentuk pola.

Bintang.

Dan di tengahnya... bukankah itu perusahaan farmasi?

Begitu, ya? Mereka melakukan percobaan pada beberapa orang dengan menggunakan bunga lily yang dibuat menjadi teh?

Itu artinya Port Mafia sendiri dijadikan kelinci percobaan mereka.

Apa mereka ingin menjualnya di Black Market? Karena itu mereka menjadikan Port Mafia sebagai kelinci percobaan sekalian melenyapkannya?

Aku menghela nafas singkat. Setelah mempersiapkan diriku, aku memasuki perusahaan.

Sesekali kulirikkan mataku melihat para penjaga keamanan di sekiar. Sepertinya mereka sendiri sudah diberikan informasi soal orang-orang yang harus diperhatikan.

Termasuk diriku di sana. Pantas saja orang-orang berkemampuan yang kulawan mengucapkan kata yang sama!

Omong-omong, aku bisa santai berjalan disini. Toh, aku tidak menuju ke tempat ini dengan diriku yang sebenarnya, tapi menyamar.

Ya, kalau boleh aku sedikit bercerita, ini salah satu cara [First Name] memasuki sebuah pesta saat menjadi pembunuh tentunya. Ya, tentu saja aku tahu itu karena dia yang menceritakannya sendiri.

Tapi tidak kusangka. Menggunakan wig sepanjang bahu yang lurus pirang dan topi yang sangat berbeda ini, benar-benar mengubah penampilanku. Seperti orang lain.

Dalam jalanku dengan penuh kehati-hatian, aku menyelipkan bom berbentuk micro chip di beberapa titik.

Setelah aku keluar dari gedung itu, lalu tepat berdiri di atas gedung tinggi tak jauh dari gedung perusahaan farmasi itu, kutekan tombol merah pada pengendali jarak jauh ini.

Dalam satu tekanan, seketika seluruh bom melumpuhkan pilar-pilar bangunan dan meruntuhkannya sampai rata.

Aku menghela nafas singkat dan langsung menuju mobilku. Kutarik rem tangan pada mobilku dan kumulai melaju menuju kantor.

Dalam waktu kurang dari dua jam, aku sudah menghentikan laju mobilku dengan hati-hati.

Saat aku keluar dari mobil dan mulai memasuki kantor, beberapa pandangan tertuju padaku.

Oi! Memangnya apa yang aneh denganku? Aku berdecih sebal dan mulai menggaruk kepalaku yang tidak gatal dengan kesal.

Begitu aku sampai di ruang bersantai, di sana sudah ada Anee-san yang duduk dengan segelas wine putihnya.

Begitu suara pintu berdebum pelan kala tertutup, Anee-san menatapku lamat-lamat seolah melihat orang lain.

"Ada apa, Anee-san?" tanyaku mulai risih.

"Kau mengubah model rambutmu, Chuuya?"

Apa? Gah! Sial, aku lupa melepaskan wig bodoh ini. Dengan kesal, aku melepaskan topi dan menarik kasar wig pirang ini.

Benar-benar memalukan, kalau saja-

"Kalau saja [First Name]-chan melihatnya, entah apa yang ia pikirkan."

Sialan! Kenapa Anee-san bisa memikirkan hal yang sama denganku?! Lagi juga, kenapa harus [First Name].

"Okaerinasai, Chuuya. Bagaimana pekerjaanmu?"

"Seperti biasa, membosankan," jawabku sekenanya. "[First Name] masih belum kembali?"

"Ara, kau menanyakannya?" Cih, sialan! "Dia masih mengerjakan misi itu. Mungkin sekarang sudah menemukan pelakunya."

Eh? Dia benar-benar hebat. Aku heran dari mana ia mendapatkan informasi semacam itu.

Sepertinya, informasi sekecil apapun baginya jadi berharga. Sangat berharga malah.

Aku meraih dokumen hasil laporan dari [First Name]. Semuanya diketik dengan sangat mendetail. Perkiraan, foto-foto, dan informasi kecil lainnya, lalu... sumbernya.

Tertulis di sana dengan sangat jelas: Detektif Agensi Bersenjata.

Jangan-jangan dia bekerja sama dengan agensi? Dazai Si Brengsek itu? Jangan bilang kalau dia-

Tidak, dia tidak mungkin tiba-tiba pergi seperti ini. [First Name], jangan katakan kalau ini jadi misi terakhirmu disini! Dan jangan sekali-kali kau perpikir untuk ikut membelot seperti Si Bajingan Gila itu!

Dalam waktu singkat, aku langsung menyempurnakan informasi dari bagian-bagian kecil yang dikumpulkan [First Name].

Ini benar-benar gawat! Kalau yang dilawannya adalah psikopat sungguhan, terlebih pemilik kemampuan, ini benar-benar gawat.

Aku segera membuka layar ponselku dan mengetik pesan panjang berisi informasi. Tidak lupa pula, aku menanyakan posisinya saat ini.

Setelah lima belas menit tidak ada balasan, aku mencoba untuk menelponnya. Namun, tidak ada jawaban sama sekali sampai beberapa kali kuhubungi.

Sialan! Sialan! Sialan! Aku yang mulai frustasi, akhirnya memilih untuk langsung turun tangan menjemput gadis itu.

Dari keterangan yang [First Name] tulis, informasi yang di dapatnya berasal dari Agensi Detektif Bersenjata. Kalau begitu, akan kumulai dari sana.

Saat aku tengah bersiap-siap, Anee-san tiba-tiba menepuk pelan bahuku seraya berkata, "pastikan kau membawanya kembali. Hari ini waktunya."

Waktunya? Jadi dia akan benar-benar menjadi eksekutif mafia? Tanpa sadar aku tersenyum, senyuman puas.

Senang juga mendengar ini. Apa ini artinya aku juga akan bisa terus bersamanya?

Eh? Kenapa aku malah memikirkan ini? Padahal, dia belum tentu-tidak! Aku harus membuang pikiran itu. Dia harus kembali.

Dan akulah yang akan membawanya.

"Ha'i, Anee-san."

Belum sampai aku di agensi, kini dihadapanku berdiri sosok paling menyebalkan yang ada di muka bumi ini!

Ya, Dazai.

"Yo, pendek! Bagaimana pekerjaanmu?"

Cih, ucapannya itu benar-benar menyebalkan sialan! Akan kubunuh dia, pasti akan kubunuh dia!

"Dimana... [First Name]?"

Jujur saja, baru kali ini aku bisa memendam rasa dendam pribadiku padanya dan langsung bertanya dengan frontal.

Aku menatap pria brengsek di hadapanku tajam. Namun, dia hanya tersenyum seolah tidak mengetahui apapun.

"He~ dia tidak memberitahumu?"

"Aku tidak akan bertanya kalau sudah tahu, gelandangan!"

"Begitu, ya." Cih, sialan! Kenapa bisa-bisanya ia santai seperti ini? Hanya menanggapinya dengan menggaruk kepalanya tidak jelas begitu. "Padahal aku sudah mulai serius. Kenapa kau pulang cepat sekali?"

"Ho~h, jadi aku kembali tepat waktu, ya?" balasku menyeringai. "Jadi, apa rencana busukmu kali ini?"

Dazai tersenyum penuh arti, pandangannya mengeluarkan kilatan seperti saat itu, pun auranya... terasa berbeda.

Kali ini dia sungguh serius.

"Tentu saja, membuat [First Name]-chan bergabung dengan agensi."

Sudah kuduga! Aku mengeraskan rahangku, kubalas tatapannya dengan tatapan mengintimidasi yang sama.

Refleks, aku pun menyambar tubuhnya dengan jeratan pada kerah bajunya dan menariknya sampai di depan wajahku.

"Berani menyentuhnya, akan kupastikan itu menjadi sentuhan terakhirmu."

Ada apa ini? Kenapa dia menjadi seserius ini? Bukankah awalnya hanya sebuah permainan bodoh?

Apa rencana dia sebenarnya?

Dazai tidak merespon, hanya tersenyum seperti tadi seolah ucapannya itu tidak berefek apapun padaku.

"Apa rencanamu sebenarnya, Brengsek?"

"Sudah kukatakan dari awal, bukan? Kemampuannya dan juga...."

Mataku membulat mendengar jawabannya yang satu ini, aku merespons dengan sangat tidak suka.

"Dirinya."

Bug!

Dengan satu pukulan telak itu, aku menjatuhkan dirinya dan membuatnya langsung terjerembab.

Namun, pria bajingan itu hanya mendengus dan tersenyum seakan-akan sudah tahu dengan pasti aku akan melakukannya.

Dasar bajingan! Permainan apa lagi yang ingin dia mainkan? Kenapa harus [First Name]?

Dazai berdiri sambil mengusap ujung bibirnya yang mengeluarkan darah segar kala kupukul.

Sialan, dalam situasi begini dia masih bisa tersenyum!

"Akan kukatakan dengan singkat. Karena permainan yang kuminta itu, aku tertarik pada [First Name]-chan dan kali ini aku serius."

"Jadi kau akan melakukan apapun agar membuatnya tetap bersamamu, begitu?" tanyaku dingin.

"Ya, anggap saja begitu."

Aku menggertakan gigiku, geram. Rahangku semakin menguat karena amarah ini.

Tidak mungkin [First Name] kulepaskan begitu saja. Tidak akan kubiarkan!

"Akan tetapi... itu semua tergantung dari gadis cantik itu sendiri."

"Apa maksudmu?"

"Kalau kau bisa menghentikannya, akan kubiarkan dia tetap disana." Apa? "Hanya memberikannya tanda, itu sudah cukup."

Tanda? "Apa maksudmu?"

"Menciumnya, mungkin."

"Apa kau gila?! Kau jelas tahu, kalau aku-"

"Karena itu... jelas kau tidak akan bisa dan aku akan menang."

Jelas karena kau tahu, kau sengaja melakukan itu? Jelas karena kau tahu gadis itu sangat jujur, kau bisa mempermainkan perasaannya yang labil seperti ini?

Dasar brengsek!

Aku mengepalkan tanganku kuat. Tidak ada habis-habisnya kalau aku meladeni ucapan tidak jelasnya ini.

Aku berbalik, meninggalkan pria itu dan mulai berjalan tak tentu arah sampai kurasakan tetiba ponselku bergetar.

Aku merogoh sakuku dan menjawab dengan kesal, "apa?!"

[Maaf mengganggu Anda, Nakahara-san. Saya mendapat informasi baru.]

"Akutagawa, kah? Apa? Cepat kata-"

[Ayah orang itu... bunuh diri saat ingin kami tangkap.]

Apa?! Kenapa ini bisa terjadi? Apa itu artinya saat ini... [First Name] lebih dalam bahaya karena orang yang kami pikir akan menjadi jaminan malah mati bunuh diri?

[Posisi orang itu saat ini masih di pinggir pelabuhan, dekat dengan gudang kargo bagian D nomor 24. Sepertinya dia sedang memangsa.]

Tanpa mengucapkan apapun lagi, aku memutuskan sambungan itu sepihak dan langsung menekan tombol speed dial angka dua pada layar ponselku.

Dalam sekejap, terdengar suara sambungan dari sana.

"Apa kau mendapatkan informasi lain? Ayahnya... bunuh diri."

[Aku mendapatkannya dari Agensi Detektif Bersenjata. Orang ini memiliki kelainan jiwa dan mereka sendiri pun tidak bisa membekaknya lantaran ayahnya yang sempat melindunginya.]

Suara gadis itu terdengar semakin merendah.

Ayahnya mati bunuh diri... sempat melindungi orang itu... apa mungkin maksud melindunginya itu statusnya? Kejahatannya dihapus? Apa karena itu agensi tidak bisa membekaknya lantaran kurangnya bukti?

[Apa mungkin....]

"Moshi, moshi, [First Name]? Kau jangan pergi sendirian."

Gawat! Anak ini sadar. Apa dia berpikir untuk mengendalikan psikopat ini? Tidak, itu berbahaya. Aku harus mengehentikannya!

[Nakahara-san.] Kudengar gadis itu menghela nafas singkat, kemudian melanjutkan, [apa kau tahu posisi pasti dia saat ini?]

"Dia masih di pinggir pelabuhan, dekat dengan gudang kargo bagian D nomor 24."

"... Sepertinya dia sedang memangsa."

Tetiba, satu kalimat itu terdengar kembali dalam kepalaku. Memangsa? Ini bahkan lebih berbahaya, aku benar-benar harus menghentikan anak ini untuk tidak bertindak sendirian.

[Baiklah.] Ia membalas singkat.

"Oi! Kau jangan pergi sendirian! Dia-"

[Nakahara-san, aku akan berbicara dengannya baik-baik, jadi dia akan menyerahkan dirinya ketimbang aku harus membunuhnya.]

Sudah kuduga! "Oi! Jangan! Itu-"

[Arigatou. Ja.]

Sialan! Justru kau harus membunuhnya, [First Name]. Kenapa kau senang sekali mengambil risiko setinggi ini?! Kenapa kau suka sekali-

-membuatku khawatir?


























-oOo-

Chuuya Side 11 owari! Yeay udah pingin selesai 😌 untung masih bisa ngejar deadline :""" Mikajeh lagi tyduck bisa ngetik cepet lantaran hape dede rusak :'3

Oke, jadi Mikajeh mau sekadar nanya nih 😃 kalyan disini ada yang maenin game Bungo to Alchemist, gak? 😄 nah, kalo ada mungkin untuk ngebayangin Chuuya pake wig pirang yang lurus sepanjang bahu, plus topi fedora yang crownnya itu datar gak bakal ribed 😅 tapi kalo yang belum tau, ada di media 😎 kalo ada yang penasaran siapa model yang Mikajeh pake fotonya di media, itu Chuuya Nakahara versi di gamenya 😂

Note : Gamenya gak ada di PlayStore :v


JADI AWALNYA MIKAJEH KIRA DIA CEWEK 😂😂🔫 /ditembak mati langsung ma Chuuya/

Then, kalo ini tau lah siapa, ya 😆 Dazai Osamu-kun 😗😗😗 BTW, Dazai-kun di game itu kakkoi, jadi makin cinteh deh😍



Oke, sekian infonya 😀 kurang lebihnya mohon di maapkeun 🙂 jangan lupa di vote sama kasih krisarnya, yeu! 😘

Thanks!
Hope You All Like It!

-oOo-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro