Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3

Iori mengedipkan kedua kelopak matanya menatap bingung gadis dihadapannya.
Gadis dihadapannya itu masih tetap mengulurkan sapu tangannya kearahnya.

"Itu... Silahkan hapus air matamu dengan sapu tangan ini " ucap gadis itu sambil sedikit mengalihkan pandangan matanya. Iori meraba sebelah pipinya. Terasa basah.
Dengan wajah linglung, Iori mengambil sapu tangan dari tangan si gadis yang tetap mengalihkan pandangannya. Sekedar memberi privasi untuk pemuda yang ada dihadapannya itu.

"Terima kasih... " ucap Iori dengan lirih. Ia mengenggam sapu tangan abu itu lalu terdiam. Mendengar ucapan lirih dari Iori, gadis itu kembali menatap sang lawan bicara.
"Ah- Kamu bisa mengembalikannya besok dikelas, Izumi-san" ucap si gadis. Iori mendongak menatap gadis itu. Si gadis yang ditatap sedikit memiringkan kepalanya.

"Ada apa? " tanya si gadis.
"Maaf... Apakah kita sekelas? " tanya Iori. Mendengar pertanyaan Iori si gadis tertawa terbahak-bahak. Iori menyatukan kedua alisnya. Sedikit merasa kesal karena ditertawakan.

"Ma-maaf... " ujar si gadis berusaha menghentikan tawa. Ia lalu berdeham pelan.
"Kita itu sekelas, Izumi-san. Bahkan kita duduk bersebrangan" ucap gadis itu dengan nada geli yang masih terdengar.
Iori sedikit tersentak. Ia mengelus sebelah lengannya untuk mengalihkan rasa tak enaknya. Raut wajahnya sedikit menyendu.
"Maaf... Aku tidak menyadarinya... "

Mendengar ucapan lirih Iori, gadis itu menaikkan sebelah alisnya. Lalu sebelah tangannya ia letakkan di bawah dagunya.
"Eh... Tak kusangka Izumi-san punya sisi seperti ini. Kukira kamu hanya siswa sombong dengan wajah datar"

Iori mendongak menatap si gadis yang masih memasang pose berpikir dengan pandangan mata keatas. Rasa kesal sedikit muncul di dirinya.
"Apa maksud-"
"Ternyata Izumi-san imut dengan caranya sendiri! "

Ucapan Iori terpotong. Raut terkejut terpasang jelas diwajahnya. Kembali lidahnya kelu dengan badan membeku. Si gadis tidak menyadari perubahan ekspresi dari lawan bicaranya dan duduk tepat disamping Iori.

Si gadis mendekatkan wajahnya kearah Iori lalu meneliti paras dari pemuda itu. Bola matanya bergulir memperhatikan gurat wajah gugup dari Iori tanpa berkedip.
Iori sedikit memberi jarak dengan memundurkan posisi kepalanya kebelakang sebab dirasanya jarak kedua wajah mereka terlalu dekat.

"Hum... Ternyata benar-benar tampan. Pantas semua teman perempuanku selalu membicarakanmu! " ucap Si gadis sambil menjauhkan wajahnya.
Detak jantungnya si pemuda mulai menggila, ia mengelus pelan tepat ditempat jantungnya yang sedang berdetak kencang.

Ia bingung antara ingin bersyukur sebab si gadis tidak memperhatikan wajahnya dengan intens lagi atau gelisah merasakan sesak karena rasa meledak di dadanya.
Pikirnya kembali tenggelam, sebelah tangannya masih meraba dadanya yang masih bergemuruh.

Rasanya sesak dan ada rasa sesuatu ingin meledak dari dadanya... Tapi entah kenapa hangat... Dan ia menyukainya...
Senyum tipis dengan sedikit guratan merah di pipinya terpasang diwajahnya.

"Oh! " si gadis memasang wajah terkejut.
"Benar kan kataku! Izumi-san itu imut dengan caranya sendiri tapi juga tampan diwaktu bersamaan! Ya ampun rasanya ingin ku cubit pipi-"

"Sudah cukup! " teriak Iori sambil membekap mulut si gadis agar ia tidak mengeluatkan kata-kata yang membuat dadanya semakin membuncah.
Memang ia menyukai rasanya tapi bisa serangan jantung selalu jika ia terus diserang oleh gadis dihadapannya itu.

"Ja-jangan berkata apa-apa lagi! Mengerti?! " tegas Iori walau terbata diawalnya. Si gadis menggangguk pelan. Mengiyakan ucapan Iori dengan gestur tubuhnya.
Iori lalu melepaskan kedua telapak tangannya dari mulut si gadis, ia mengalihkan pandangan.

"Mengapa kamu bisa berpikir seperti itu? " tanya Iori sambil mengigit bibirnya sambil menunduk. Si gadis meletakkan kepalanya seperti berada dipangkuan Iori. Senyum lebar kembali ia sematkan dibibirnya saat menjawab pertanyaan Iori
"Soalnya aku selalu memperhatikanmu, ehehe"

Rasa panas berkumpul dipipinya mendengar jawaban dari gadis itu.
"Ja-jawaban tidak menyambung macam apa itu?!! " protesnya sambil menutup mulutnya dengan sebelah punggung tangannya.
"Habisnya... Bila aku tidak memperhatikanmu, aku akan terus berpikir jika kamu adalah siswa sombong berwajah datar! Makanya aku memperhatikanmu dalam diam supaya bisa memahamimu, Izumi-san! " balas si gadis dengan mulut mengucut dan alis bertemu.

'Sudah cukup!! ' Teriak batinnya sambil menutup wajah memerahnya dengan kedua telapak tangannya.
'Ahhh! Rasanya bibirku ingin selalu tertarik keatas karena ucapan aneh gadis ini!'

"Izumi-san? "
"Diam dulu!! "
"Oh... baik! "

Si gadis memilih menutup mulutnya kali ini. Dengan kepala yang diletakkan dipangkuan Iori yang tidak menyadari tingkahnya karena terlalu sibuk mengembalikan kewarasannya yang sempat terenggut. Ia menikmati paras Iori yang tengah memerah. Rasa hangat membucah di dadanya. Tak salah bila teman perempuannya berkata jika ia aneh sebab tidak jatuh cinta dengan pemuda yang tanpa sadar memangku kepalanya ini.

Kikikan geli ia keluarkan saat sadar jika ia telah jatuh dalam pesona pemuda bermanik kelam itu.
"Ternyata tak buruk juga jatuh cinta denganmu... " gumam si gadis dengan lirih.

"Ukh... Sudah kubilang untuk diam, kan... "
"Ahahaha! Ternyata kamu mendengarnya, Izumi-san! Maaf kalau begitu. Lain kali aku akan bicara dalam hati saja!"
"Bukan itu maksudku... "

Iori sekali lagi tersentak, badannya bergetar saat menyadari bila ia sedang memangku kepala si gadis.
"A- aaa... "
Mendengar gumaman Iori, si gadis memiringkan kepalanya dengan kondisi masih berbaring berbantalkan paha Iori.
"Ada apa Izumi-san? " tanyanya tanpa rasa bersalah.

Iori menampar sebelah pipinya agar akal kewarasannya segera kembali ke kepalanya. Ulahnya membuat si gadis tersentak kaget.

"Izumi-san! " teriaknya dengan kaget.
Ia lalu bangun dari posisi berbaringnya, segera meletakkan tangannya di pipi Iori yang memerah lalu mengelusnya dengan perlahan.
"Duh... Kamu itu kenapa? Sampai merah begini..."
"..."
Iori is not respondent.

"AAAA-"
"IZUMI-SAN?! "

•••

"Ingat! Jarak satu setengah meter denganku! Jangan bicara jika tidak kuminta, mengerti?! " teriak Iori.

Gadis yang berdiri dengan jarak yang diminta Iori dengan ekspresi geli.
"Baik~" katanya sambil tetap berjalan pelan.

Tepat diperempatan jalan, si gadis memberhentikan langkahnya. Ia berbalik lalu melambaikan sebelah tangannya kearah Iori yang berjalan dibelakangnya. Berbalik lalu segera melangkahkan kakinya meninggalkan Si pemuda.

"MAU KEMANA?! "

Berbalik dengan delikan juga alis yang bertemu, gadis itu menatap aneh Iori. Begitu juga para pejalan kaki yang menghentikan langkah kaki mereka barang sebentar hanya untuk menatap Iori yang sedang mengulurkan tangan seperti ingin meraih si gadis.
Dengan gestur tubuh, menaikkan dagu sebentar. Si gadis menanyakan mengapa Iori berteriak seperti itu.

"Kalau begitu... Akan kuantarkan, dirimu... Emm..."
Iori menggaruk kepalanya dengan canggung, tingkah tak biasa dari Iori membuat gadis itu merasakan tawa akan keluar dari mulutnya. Segera ia menutup mulutnya dengan sebelah tangannya. Namun tentu saja tawa tertahan terdengar dari bibirnya.

"Pftt... Baru pertama kali aku tahu ada pemuda yang ingin mengantarkan gadis tapi tidak tahu namanya" geli gadis itu. Ia tersenyum simpul, angin sore menerbangkan anak rambutnya.
" (Fullname)"

"Huh? " beo Iori dengan wajah terkejut.

"Iya, (Fullname) namaku. Panggil aku (Name) saja Iori-kun~ "

"Uhuk-"

"EH?! KAMU KENAPA LAGI?! "

______________________________________
Lah... Iori keselek mulu...
Kek lagi diomongin tetangga aja '-'
Betewe... Chap ini yang paling banyak wordnya T-T

Mungkin nanti malah lebih banyak lagi-

See you next chapter

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro