Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24. Ending Versi Wp

Beberapa kali aku mencubit pipiku. Sakit. Ternyata aku masih berada di bumi manusia bukan di dunia perhaluan. Bahkan sesekali memegang dada kiriku guna memastikan jantungku masih berdebar dan aku masih hidup.

"Kenapa?"

"Yah." Aku menoleh ke laki di samping kananku.

"Kamu kenapa? Sakit?"

"Oh, enggak."

Lelaki di sampingku kembali diam dan fokus menyetir sementara aku, masih sibuk menormalkan debaran di dada.

Sejak tadi pagi, lelaki di sampingku memang aneh. Dari mulai tiba-tiba kami berada di toko oleh-oleh yang sama, kedatangan Pak Gito, dia naik motorku untuk makan bareng, belanja batik bareng, mengantarku pulang, hingga ngobrol dengan Bapak Ibuku hingga berujung pada tawaran pulang bareng. Dan itu disetujui oleh Bapak dan Ibu. Ibu bahkan dengan antusias menyiapkan beberapa jajanan atau makanan kering seperti kerupuk mireng, karag, manggleng, oyek dan semua olahan dari singkong yang ada di rumah, dibawakan ibu dan ditaruh di jok tengah. Bagasi sendiri sudah penuh dengan jajanan gethuk dll.

"Tolong jagain Kania ya, Pak Andro."

"Iya, Pak."

"Terima kasih ya Pak Andro udah mau direpoti sama Kania."

"Iya gak masalah. Mari kami berangkat dulu."

"Hati-hati."

Lambaian penuh cinta aku terima dari seluruh keluargaku dan keluarga Bu Risa. Sebelum masuk ke mobil, aku bisa melihat senyum tipis dan tatapan jahil mampir di bibir dan mata Dokter Abyan. Wow! Cakep. Ternyata Dokter Abyan makin cakep kalau lagi senyum.

"Mahes, kayaknya kamu mesti cari tahu maksud si Bos deh. Aneh, kesannya kok dia sengaja memojokkan kamu agar bisa satu mobil sama dia. Hati-hati dia nama depannya 'A'," bisik BIP saat kami berpelukan.

"Kamu juga ati-ati. Si AC kalau senyum bikin melting. Jangan sampai kamu jadi kepanansan dan minta didinginkan sama cintanya si AC." Aku pun ikut berbisik.

"Dan satu lagi, AC juga huruf depannya 'A'."

Lalu kami berdua tertawa dan saling memeluk lagi.

Setelah berpamitan pada semuanya, aku dan Pak Andro akhirnya masuk ke dalam mobil.

"Dadah Mahes, ati-ati ya?"

"Hati-hati Bro."

"Hati-hati ya, Nak."

"Sampai ketemu lagi."

"Hati-hati "

"Dadah, Mbak Kania."

Aku melambaikan tangan pada semuanya. Mobil pun melaju membelah jalanan untuk menuju ke Jakarta. Sungguh aku masih tak percaya kalau bisa pulang sama si Bos. Tapi, disinilah aku. Di kursi penumpang di samping Pak Andro yang sedang menyetir.

Pak Gito sendiri langsung bablas ke Solo. Mudik ceritanya. Meski aku merasa sikap Pak Andro aneh dan terksesan sedang mengambil kesempatan tetapi aku berusaha menepis dugaan-dugaan yang berseliweran. Takut jatuhnya hanya aku yang terlalu pede.

"Tumben diem."

"Bingung."

"Kenapa bingung?"

"Bingung sama sikap Pak Andro."

"Memang saya ngapain?"

Aku menarik napas dalam lalu menghembuskan dengan pelan juga. Setelah itu sengaja aku duduk menyamping dan menatap Pak Andro dengan intens.

"Saya tahu, saya ganteng. Tapi gak usah segitunya natap saya."

Pak Andro sedikit melirikku lalu kembali menatap ke jalan.

"Justru itu, Pak. Bapak ganteng, kaya, kerjaan mapan, makanya Bapak itu calon kandidat yang berbobot banget buat jadi suami Kania. Tapi ... Kania sadar diri. Kania itu siapa, Bapak siapa."

"Terus. Kalau kamu sadar, penginnya gimana?"

"Penginnya Kania, Bapak jangan kasih harapan dong buat Kania. Jujur satu minggu ini sikap Pak Andro bikin Kania mikir berat."

"Kenapa harus mikir berat?"

"Ya soalnya sikap Bapak ini bikin Kania berharap tapi juga sadar kalau kita terlalu berbeda."

"Beda gimana?"

"Bapak orang kaya dan Kania cuma wanita sederhana."

"Dan gila."

"Nah itu. Yak! Yang itu gak perlu dipertegas kali!" Aku mengerucutkan bibir sementara Pak Andro hanya tertawa saja.

"Malah ketawa."

"Kamu lucu."

"Iya dong, mana unik lagi ya kan Pak?"

"Hem"

"Cantik, baik hati tidak sombong ... dan calon kandidat istri sama menantu yang baik, 'kan?"

"Hem."

"Pak Andro suka gak sama Kania."

"B aja."

"Gak ada rasa apa itu sama Kania?"

"Ada."

"Rasa apa?"

"Heran kok ada cewek aneh kayak kamu."

Aku hanya bisa memberengut. Karena sebal dengan jawaban Pak Andro, akhirnya aku membalik tubuh dan fokus menatap ke depan.

Lagi-lagi keheningan melanda diantara kami. Tapi baru lima menit aku sudah merasa bosan. Akhirnya aku menuju ke bagian dashboard mobil dan mulai menyalakan lagu.

Urip sun lagi .....

"Ck. Bisa nyari lagu yang lain gak sih?"

"Ish Pak Andro ini. Ini lagu bagus yak!"

"Bagus apanya? Norak iya."

"Bagus buat jomblowati macam Kania. Siapa tahu kayak isi lagunya dapat juragan empang."

"Ck."

Aku tak mempedulikan reaksi Pak Andro. Justru aku malah sengaja mengeraskan suaraku dan mengikuti lirik 'Juragan Empang' dengan sangat keras. Bodo amat suaraku mau terdengar kayak orang tercekik atau macam Rita Sugiarto terserah. Tapi dilihat dari tingkah Pak Andro sepertinya dia malah menikmati suaraku. Selama menyetir mobil, sesekali kulihat dia ikut menepuk pahanya sesuai dengan ketukan musik. Pun dengan kedua kakinya juga ikut-ikutan menghentak-hentak.

Jiah! Bilangnya tadi norak. Yang ada sekarang ikutan bergerak. Tanpa terasa kami sudah menempuh perjalanan cukup lama dan sudah sampai di Brebes. Ya, kami lewat jalur Pantura.

"Mau makan gak?"

"Tentu dong."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Pak Andro menepikan mobilnya, dan mematikan mesin. Dia lalu menoleh ke arahku. Kini posisi kami saling berhadapan.

Aku pun ikut menatap ke arah Pak Andro.

"Turun! Ngapain lihat saya?"

"Kirain Bapak mau ngajak saya tatap-tatapan biar kesannya romantis kayak orang pacaran gitu."

"Mau kamu."

"Emang."

"Ck. Turun!"

Aku pun memilih turun dan mengikuti langkah Pak Andro. Selesai makan, kami memilih beristirahat sambil mengobrol. Banyak hal yang kami orbolkan. Dari obrolanku dengan Pak Andro, aku bisa menangkap kalau Pak Andro walau tampilannya terkesan cool dan pendiam. Namun ternyata ketika kita sudah ngobrol dan akrab. Pak Andro adalah pribadi yang hangat dan nyambungan banget. Pantas, di usia muda udah bisa jadi manajer. Memang dah jiwa kepemimpinan, maupun olah katanya bagus banget. TOP BGT pokoknya buat Pak Manajer. Bahkan aku sudah mendapat cerita dari Shelomita yang pinter nyari info, kalau Pak Manajer rupanya memang bekerja di MJS dari bawah. Dulunya beliau bagian sales marketing sambil menyelesaikan kuliah S1-nya. Kemudian beliau resign karena mendapat beasiswa ke Inggris dan kembali ke MJS dan memulai karirnya kembali hingga sampai menjadi manajer. Wow. Keren.

"Lanjut?"

"Kania mah, santuy. Kan Bapak yang nyetir."

Setelah membayar makan, perjalanan kami lanjutkan. Selama perjalanan aku benar-benar menemani Pak Andro. Pokoknya aku bagai kaset non stereo yang terus saja mengoceh.

"Kirain hobi tidur doang. Ternyata bisa melek juga."

"Tergantung, Pak. Kalau lagi ngantuk tidur. Kalau enggak ya bisa begadang. Lagian, Kania takut Pak Andro ngantuk terus ... ya pokoknya gitu."

Hampir pukul empat pagi, kami sudah hampir sampai di kost-ku. Pak Andro menghentikan mobilnya. Setelah mobil berhenti, aku hendak membuka pintu mobil. Namun aksiku dicegah oleh Pak Andro.

"Tunggu."

Aku pun berbalik ke arah Pak Andro. Rupanya posisi Pak Andro pun sedang menghadap ke arahku. Kami pun bertatapan.

Cukup lama kami saling menatap dalam keterdiaman. Benar-benar deh! Ini sungguh siksaan karena dengan posisi seperti ini dan sedekat ini, aku semakin yakin kalau ketampanan Pak Andro itu asli alias original no Kawe-Kawe.

"Pak."

"Kania."

Kami sama-sama saling memanggil nama. Membuat kami berdua terdiam.

"Bapak dulu."

"Kamu dulu."

"Bapak aja kan lelaki pemimpin."

"Wanita dulu, lelaki sejati kan gak mau egois."

"Ck. Baiklah. Kania cuma mau nanya kenapa sikap Bapak aneh banget seminggu ini?"

"Saya gak aneh. Memang keanehan saya apa?"

"Kenapa Bapak seolah-olah deketin Kania? Pocecip lagi."

"Ck. Perasaan kamu aja!"

"Justru itu, Kania takut cuma perasaan Kania saja."

Hening. Kami terdiam. Karena tak ada suara aku memutuskan berbalik dan hendak membuka pintu.

"Kalau saya bilang saya sedikit tertarik sama kamu. Kamu percaya?"

Aku berbalik dan menatap Pak Andro dengan tatapan tak percaya. Kucoba mengamati tatapannya. Tatapan yang tajam dan tak ada keraguan.

Aih, kenapa aku jadi berdebar-debar ya?

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Hai semua, kemarin Mamak memang sengaja gak up. Karena mau meng-cut ending Kania biar bikin kalian semua gemesh sama Mamak.😂😂😂

Mohon maaf ya, untuk kelanjutannya nanti kita sambung di novel, KBM ebook atau di Karya Karya, ketik aja judulnya atau nama pena mamak bai_nara.

Alhamdulillah, akhirnya mamak bisa menyelesaikan 25 hari tantangan nulis bareng bersama SamuderaPrinting

Terima kasih karena sudah mau mengikuti cerita mamak yang gajenya luar biasa. Tungguin Kania yak! Yang suka cetak ditunggu cetaknya, yang suka versi ebook ditunggu ebooknya. Yang mau ke kbm aplikasi, tunguin aja. Mamak up kapan-kapan kalau udah kelar.

Salam sayang dari mamak, si penulis abal-abal tukang gaje.

Kibas rambut panjang habis shampoan.

Zzzrttt zak!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro