Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

-Dua Puluh Tiga-

"[Name]-kun, ada yang ingin kuminta darimu...."

"Ada apa, Bos?"

[Name] kini berdiri berhadapan dengan bos mafia yang satu ini dengan kedua tangannya yang ia letakkan di belakang.

Ini bukan pertemuan yang biasa, pasalnya sang bos mafia, Mori Ougai, sampai ikut memanggil dua eksekutif andalannya.

Sementara [Name] berada di tengah, Chuuya dan Dazai di belakangnya saling melirik tajam.

"Apa kau tahu Akasaka Mei?" tanya bos mafia itu, senyum tetap terpatri pada wajahnya.

"Pengguna kemampuan tinggat tinggi. Dia bisa memanipulasi orang lain melalui suaranya," [Name] menjelaskan.

Sementara Dazai dan Chuuya masih saling melirik tajam tanda tak suka, Mori Ougai tersenyum kemenangan dengan santai.

"Dia orang yang tidak terlalu dikenal, tapi kemampuannya sangat berharga."

"Apa Anda ingin saya membawanya ke sini, Bos?" tanya [Name] memastikan.

Tanpa perlu dijelaskan pun sudah pasti Mori menginginakan orang bernama Mei ini segera bergabung. Pasti dalam agen inteligen khusus, pikir [Name].

"Begitulah," Mori menjawab ringan sambil memejamkan matanya dan tersenyum, dia menggidikkan bahunya. "Sayangnya, ini bukan tugas yang mudah. Banyak organisasi lain yang mengincarnya, bukan karena kemampuannya tapi informasinya."

"Kalau tidak salah, saya sempat mendengar tentang sosok seorang 'tikus dalam', apa maksudnya adalah dia?"

"Sesuai ekspetasiku, kau memang luar biasa, [Name]-kun." Mori kembali menyunggingkan senyuman. Kedua tangannya ia satukan di depan wakah dengan sikut yang bertumpu pada meja di depannya. "Dia bukan orang yang mudah dibujuk, jadi aku akan menunggu kabar baiknya."

Artinya, Mori ingin segera misi ini menjadi misi yang sukses tanpa hambatan.

Sesaat [Name] berpikir, walaupun tampak seperti orang baik-baik, Mori Ougai mengeluarkan aura yang bisa menekannya.

Ia mengakui itu.

[Name] lantas menunduk sopan, tapi tetiba Mori menambahkan, "kau boleh membawa salah satu eksekutif disini untuk membantumu. Berdua lebih baik daripada sendiri, 'kan?"

Mendengar ucapan Mori, lantas Dazai dan Chuuya segera mengalihkan eksistensinya.

"Kalau begitu-" "Dengan senang hati-" "-aku yang akan-" "-aku akan bersamanya." "-menemaninya!"

Dazai dan Chuuya sesaat terdiam, saling melirik tajam dan berdecih. Sementara [Name] dan Mori yang menyaksikan itu hanya terdiam.

Sepertinya mereka berdua sudah biasa melihat pertunjukan pertengkaran kekanak-kanakan ini.

Mori tertawa kecil, membuat [Name] memutar lehernya kembali ke arah sang bos.

"Ya, hal ini sering terjadi," katanya. "Bagaimana, [Name]-kun?"

"Eh ...?" [Name] menoleh ke belakang, melihat kedua teman mafianya yang memberikan tatapan seolah berkata "pilih aku!" itu.

Setelah berpikir secepat mungkin, [Name] kembali menoleh ke arah Mori dan berkata, "sebaiknya saya sendiri saja, Bos."

"[Name]-chan!" "Jangan bercanda, itu berbahaya!" "Ada apa denganmu? Selalu saja...."

"Iya, kalian tolong berhenti berbicara bersamaan seperti itu ...!" [Name] membuka suara akhirnya.

"Iya, iya." Mori hanya tersenyum, sama sekali tidak meladeni. Namun terlihat lebih pasrah. "Aku tidak melarang kalian jika ingin ikut, tapi kalau sampai aku mendengar misi ini gagal karena kalian bertengkar...."

Mori menahan kalimatnya, membuat ketegangan diantara Dazai dan Chuuya. Sambil tersenyum ringan, dia melanjutkan, "... kalian tahu apa artinya, 'kan?"

[Name] kembali merasakan sebuah tekanan saat Mori mengatakan hal terkait. Terdapat aura dingin tak kasat mata menyebar bersumber dari bos mafia yang satu ini.

Walaupun begitu, [Name] bisa melihat Dazai dan Chuuya yang tampak enggan mendengar kata-kata yang terdengar mengancam itu.

Seolah mereka tidak peduli dan ini tidak penting.

Namun akhirnya, mereka serempak menjawab, "... iya."

Senyuman Mori kembali berubah menjadi senyuman yang terlihat lebih lembut.

🔫🔫🔫

Yang satu keras kepala dan satunya tidak ingin kalah, bagus sudah formasi saat ini.

Kini [Name] tengah bersiap dengan menyelundupkan beberapa senjata sebagai pelindung di dalam mobilnya.

Setelah selesai, dia mulai menyalahkan mesin kendaraan itu dan keluar untuk menemui dua rekan mafianya.

"Kalian serius akan ikut?"

"Iya," keduanya serempak menjawab.

[Name] menghela nafas pasrah, memang tidak ada pilihan lain lagi dan dia tidak keberatan dengan keberadaan jikalau mereka memang ingin ikut.

Karena kalau boleh dikatakan dengan jujur, [Name] sendiri merasa malah membebani mereka.

Lagi pula, apa alasan Mori Ougai memintanya menyelesaikan misi ini? Bahkan dengan santainya dia berkata boleh membawa salah satu eksekutif?

Ini... aneh!

Seakan merasakan apa yang dirasakan [Name], Dazai bertanya, "ada apa, [Name]-chan?"

[Name] melirik ke arah Dazai lantas membalas, "iie, aku merasa janggal saja."

"Begitu... ya?"

🔫🔫🔫

Bukan hanya Dazai, Chuuya pun merasakan hal yang sama dengan [Name]. Memang ada yang aneh.

Sudah hampir tiga puluh menit perjalanan mereka tempuh dengan kendaraan roda empat ini, belum ada tanda-tanda kemunculan apa pun.

Namun, tak lama setelah berpikir seperti itu, Chuuya baru menyadari sesuatu. "Kenapa aku yang menjadi sopirnya, Oi!?"

"Yare, yare. Kau baru menyadarinya, Chibi-kun?" Dazai mulai kembali menyulutkan api. "Karena kau anjingku, jadi kau harus menurut dengan tidak mengganggu majikanmu ini."

"Dasar Bajingan Licik!" Chuuya naik piktam. Kesal antara menyadari niat terselubung Dazai atau karena ejekannya itu. "Kau seenaknya saja!"

"Mereka disini," [Name] langsung membuka suara.

Matanya terpincing curiga, terlihat lebih berhati-hati. Bertepatan dengan hal itu, suara senapan yang ditembakan tertangkap inderanya.

Chuuya refleks membelokan mobilnya pada tikungan tajam dan langsung menancap gas dengan kencang.

[Name] segera membuka layar ponselnya dan menghubungkannya pada televisi di mobil.

Televisi itu seketika menunjukkan sebuah jalur dengan titik berwarna biru adalah kendaraan yang ditumpanginya sementara titik merah menunjukkan objek asing.

"Chuuya-san, jangan melawannya," tutur [Name]. "Kita harus sebisa mungkin mengurangi perkelahian. Ini akan jadi lebih berbahaya."

Chuuya berdecih sementara Dazai tersenyum santai. Chuuya memang paling tidak bisa kalau disuruh untuk duduk tenang saat keadaan menjadi seperti ini.

Suara senapan yang ditembakkan kembali terdengar membentur bodi mobil.

[Name] bersyukur dia mendapat mobil ganti rugi karena kejadian waktu itu dengan yang lebih baik walaupun dirasa berlebihan.

Saat tetiba sebuah kendaraan datang dari arah samping dan memotong jalur di depan, Chuuya sekali lagi langsung membanting setir mobil ke arah kiri tanpa mengurangi kecepatan.

[Name] lantas terpelanting hingga memasuki sela bagian dalam mobil yang berada di tengah.

"Kau tidak apa, [Name]!?" Chuuya bertanya dengan sedikit berteriak.

"Aku baik-baik saja. Dazai-san?"

"Tetap menunduklah, [Name]-chan!"

Tangan [Name] menelusuri bagian bawah jok mobil samping sopir dan menekan sebuah tombol di bawahnya.

Jok segera terlipat ke depan dan tepat di bawahnya beberapa pistol sudah tersedia lengkap dengan isinya.

Dazai mengambil salah satu pistol itu pun dengan isinya. [Name] juga melakukan hal yang sama setelahnya ia membuka kunci pada pistolnya.

Sesuai dugaan, para pengejar itu berhasil menyamai kecepatan berkendara Chuuya.

Begitu jendela terbuka sedikit, [Name] mengarahkan moncong pistol ke arah luar dan menembakannya.

Satu penembak sudah lumpuh, tetiba kendaraan itu berbelok dan membanting setir ke arahnya, bermaksud menghantamkan bodi mobilnya dengan mobil yang ditumpangi [Name].

Mengetahui hal itu, Chuuya langsung menginjak rem dan seketika mobil yang berniat ingin menubruknya malah terpelanting dan mengenai mobil di sisi lainnya. Begitu jalan terbuka, Chuuya menancap kembali gasnya dengan cepat.

Kejar-kejaran ini tidak berlangsung cepat, seketika saat mobil [Name] menghindari pengejar itu dengan memasuki jalan sempit, sebuah kendaraan kontraktor memotong jalannya.

Bagian depan mobil lantas menabrak bodi kendaraan kontraktor itu dan hancur.

[Name] dengan cepat keluar bersamaan dengan Dazai dan Chuuya seraya membawa beberapa senjata api.

Begitu sampai pada lapangan yang terbuka, tanpa [Name] sadari seorang sniper berhasil menembakan satu peluru ke arah bahunya.

"[Name]-chan!" "[Name]!"

Sambil menahan sakit, [Name] berkata, "aku baik-baik saja, hanya luka tembakan."

Chuuya berdecih, tangannya mengepal kuat dan kepalanya mengadah ke atas tepat melirik tajam ke arah sniper itu.

Saat sniper itu menembakkan kembali peluruhnya ke arah Chuuya, hanya dengan menaikkan sebelah tangannya, gravitasi pada peluru itu melambat dan berhenti di depannya.

Lalu dengan satu sentilan kecil, peluru itu berbalik ke arah sang sniper dan mengenai kepalanya. Tubuhnya terjatuh dari atap bangunan dengan kepala yang lebih dulu menyentuh tanah.

"Kita harus cepat!" [Name] kembali membuka suara, mendesak. "Aku sudah mendapatkan posisinya. Akasaka-san ada di atas puncak menara itu!"

Namun saat menyatakan hal demikian pada Dazai dan Chuuya, tak ada salah seorang dari mereka menyadari sebuah peledak yang bergulir ke arahnya.

Napas [Name] tercekat di kerongkongan. Sebelum memperingati kedua rekan mafianya, sebuah cahaya putih yang sudah lebih dulu menyerangnya disusul dengan suara ledakan yang kuat.

Satu-satunya yang gadis itu dengar hanya suara kedua rekannya yang menyerukan namanya dengan lantang.

"[NAME]!?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro