-Delapan Belas-
"[Name]-chan, lihatlah! Betapa serasinya kita!"
[Name] kini tengah mematut dirinya di depan cermin sambil merapikan kemeja putih yang dikenakannya.
Dazai menarik tubuh kecil gadis itu lantas menempelkannya dengan tubuhnya. Tangannya melingkari pinggang [Name].
Kedua insan ini melirik pantulan bayangan mereka di cermin. Kalau Dazai memperban mata kanannya, [Name] kirinya. Sisi yang berlawanannya pun sama-sama diberi perban.
Bahkan kedua tangan [Name] juga dilapisi perban. Sejujurnya gadis itu dari kemarin sudah menolak Dazai melakukan ini, tapi pria itu memaksa dengan alasan demi kesembuhannya.
Tapi sesungguhnya bukan itu.
"[Name], aku bawa—"
Chuuya menghentikan ucapannya ketika dia memasuki ruangan perawatan [Name].
"Oh, Chuuya~" Mata Dazai berbinar, dia bersemangat. "Lihatlah! Kami begitu serasi, 'kan?"
"Serasi apanya, Bodoh!?" Chuuya menarik kerah Dazai, kesal. "Jangan sembarangan membuatnya jadi terlihat seperti dirimu. Itu menyebalkan."
Mendengarnya, [Name] sedikit terkesiap. Segitu tidak sukanya kah Chuuya dengan Dazai bahkan sampai penampilannya pun dibencinya?
"Nakahara-san... tidak menyukainya, ya?" [Name] bergumam.
Chuuya dan Dazai melirik ke arah gadis itu. [Name] yang tak menyangka gumamannya akan di dengar, segera menjelaskan sambil tersenyum kecil, "bukan itu maksudku, tapi...."
"Ya, aku tidak menyukainya," Chuuya memotong. "Karena perban busuk ini seenaknya melakukan apa pun seolah kau bonekanya."
"Hee... padahal aku berusaha baik, lho~"
Sementara kedua orang itu kembali berdebat yang tak ada akhirnya, [Name] kembali memutar lehernya ke arah cermin.
Ketika itu, dia masih bisa melihat tanda merah itu di lehernya. [Name] refleks menyentuhnya. Walaupun sudah di perban, sepertinya tanda itu pun masih saja belum tertutup sempurna dan kadang ia merasakan sakit melihatnya.
Dazai yang menyadari itu, menyudahi perdebatannya dengan Chuuya dan malah beralih pada [Name].
Dia menarik tubuh gadis itu. [Name] yang tak tahu apa yang akan dilakukan Dazai, menahan jarak tubuhnya dengan tangannya.
"Apa yang ingin kau lakukan, Dazai-san!?"
"Menghilangkan kuman itu."
Eh? Dazai menarik tangan [Name] dengan kuat, membuat tubuhnya terjatuh di dadanya.
Saat bibirnya semakin mendekati leher [Name], Chuuya langsung menarik kerah belakang Dazai bak seekor kucing lantas mengeluarkannya dari ruangan itu.
Memang hanya Chuuya yang bisa melakukan hal itu. Bahkan setelah seakan membuang Dazai bak kucing liar itu, Chuuya mengunci pintunya!
Lalu sekarang, di luar sana, Dazai tengah memukul pintu sambil berteriak, "oi, Pendek! Buka pintunya! Siput lambat! Kau dengar tidak!?"
Chuuya mendekati [Name] dan menatapnya lurus. Yang ditatap malah kebingungan dengan memiringkan kepalanya.
Begitu wajah Chuuya mendekat, [Name] hampir saja refleks ingin mendorongnya. Namun nyatanya pria itu tidak melakukan apa-apa.
Karena terlalu gugup, [Name] hanya menutup matanya. Begitu ia membukanya, Chuuya memasangkan coker yang sama dengannya hanya saja terdapat bandul berbentuk [favorite animal].
"Kawaii~" [Name] tersipu sambil melihatnya ke arah cermin. Dia memutar tubuhnya dan menoleh ke arah Chuuya sambil membungkuk. "Arigatou gozaimasu, Nakahara-san."
"Iie." Chuuya mengangkat tangan, lantas menyentuh pucuk kepala [Name]. "Harusnya aku yang berterimakasih."
Alis [Name] naik sebelah. "Terimakasih untuk apa?"
"Terimakasih... untuk tetap hidup."
Tubuh gadis itu seakan mati rasa begitu Chuuya mengecup kepalanya dengan lembut.
Perlakuannya dan ucapannya saat ini sangat berbeda. Pria bersurai senja ini seolah... khawatir padanya.
"Sebaiknya aku segera membuka pintu itu atau akan benar-benar rusak."
Ah, benar. Mungkin saja Dazai akan membawa 20 orang bersenjata api di sekelilignya dan mulai menembakkannya ke arah pintu hanya untuk membukanya.
🔫🔫🔫
"Aku senang kau kembali dengan selamat, [Name]-kun." [Name] mengangkat kepala, menatap lurus bos di depannya. "Boleh aku bertanya?"
"... iya."
"Ini soal... Dazai-kun. Aku tidak pernah melihat sikapnya yang aneh seperti ini sebelumnya," jelas bos mafia itu. "Apa kau tahu sesuatu, [Name]-kun?"
[Name] berpikir, memutar otak. Aneh? Dazai? Menurutnya Dazai memang sedari awal dia kenal aneh. Lantas apa yang salah?
Ya, dari gadis itu mulai dibuntuti saat hampir tengah malam usai urusannya dalam Bar Lupin.
Lalu sekarang? Malah dengan mudahnya mengumumkan kalau [Name] adalah asisten pribadinya (atau tepatnya, pesuruh).
Aneh juga... menyebalkan.
"Itu... maaf sebelumnya, saya tidak mengerti dengan pertanyaan Anda."
Mori menaikkan sebelah alisnya lantas tersenyum miring dan tertawa kecil. "Ya, tidak perlu dipikirkan," ujarnya. "Aku hanya penasaran kenapa dia bisa membangkang seperti itu. Tetiba keluar dengan membawa seorang eksekutif lain dan seorang komandan lengkap dengan 50 bawahan yang tunduk padanya."
Sebetulnya, [Name] tahu kalau Dazai membawa Nakahara Chuuya dan Hirotsu Ryurou bersamanya waktu itu, tapi soal bawahannya....
Gadis itu tidak menghitungnya sama sekali. Tapi mendengarnya dari Mori Ougai seperti ini, [Name] rasanya seperti tengah diintrogasi.
Ada apa?
"Saya minta maaf atas kerepotan waktu itu, Bos," ujar gadis itu sambil menunduk dalam.
"Ya, tidak masalah." Mori berdiri dan memandang langit dengan tangannya yang ia belakangi. "... selama Dazai-kun tidak membuatku khawatir."
Ketika itu, tubuh [Name] serasa tertindih sesuatu. Sesuatu yang begitu berat. Ucapan—bukan, tapi senyuman dan sorot mata Mori Ougai, begitu menekannya.
Sorot mata gelap ditambah senyuman misterius yang belakangan ini gadis itu lihat kalau tengah membicarakan seorang Dazai Osamu.
"Aku memgandalkanmu untuk menjaganya, [Name]-kun."
"Dimengerti."
🔫🔫🔫
"Aku selalu tahu kalau Mori-san selalu mengancamnya seperti itu. Berlagak seperti Ayahku, itu benar-benar menjijikkan."
Laki-laki itu memberikan tatapan jijik ke arah gelas whiskynya yang sudah terisi kembali.
Dalam ruangan bawah tanah yang sempit ini, tetiba dua orang—seperti sepasang kekasih—memasuki bar dan duduk dengan jarak dua kursi dari laki-laki itu.
"Paman! Dua gelas vodka!" pinta pria yang baru sampai itu.
Sang Bartender segera menyiapkan pesanan pria itu, sementara laki-laki itu terus menatapi segelas whiskynya dalam diam.
"Paman, sekaleng kepitingnya, ya?"
"Silahkan tunggu."
🔫🔫🔫
Dazai bersenandung riang dengan dua sikutnya yang bertumpu di atas meja. Sepertinya badai sudah sedikit mereda melihat pria itu tersenyum seperti itu.
Melihat itu, [Name] hanya menghela nafas dan mengabaikannya lantas kembali pada kegiatan memasaknya.
Seperti pemikirannya kala itu. Pekerjaan mafia tingkat rendah memang aneh. Bahkan, walaupun sekarang dia menjadi asisten Dazai si eksekutif, dia tidak luput dari permintaan atasannya yang aneh.
Membuatkan makan malam dan makan bersama.
Itu alasannya kenapa hari ini [Name] pulang akan begitu larut hari ini (itu pun kalau Dazai mengizinkannya pulang).
Memasak nasi kari dan menghangatkan kepiting kaleng, ini detail permintaan Dazai hari ini.
"Ne, Dazai-san. Aku melakukan ini karena kau bilang ingin mengatakan sesuatu, lho." [Name] meletakkan semangkuk nasi di hadapan Dazai. "Jangan sampai kau lupa itu."
"Iya~" Dazai terus bersenandung. [Name] memghela pasrah lantas kembali ke dapur dan mengambil masakannya yang lain.
Begitu meletakkannya di atas meja, gadis itu duduk di hadapan Dazai. "Apa yang ingin kau katakan?" tanya [Name]. Gadis itu ingin segera mengakhiri kegiatannya hari ini karena terlalu lelah.
"Bisa kita makan dulu? Aku tidak bisa konsentrasi kalau belum makan dulu," jelas Dazai.
"Sambil makan."
"Itu tidak baik, [Name]-chan." [Name] merengut sebal.
Dia menghela nafas sekali lagi. Kali ini terdengar lebih pasrah. Malam ini sepertinya akan ia habiskan di sini.
"Aku ganti pertanyaanku. Kau ingin berbicara tentang apa?"
Dazai mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar sambil menatap lurus gadis di hadapannya.
"Sedikit bernostalgia tentang pertemuan pertama kita. Ingin mendengarnya?"
🔜 To Be Continud 🔜
ANJER AWOKAWOKAWOKA 😂😂😂 Udah berapa abad gak ke sini Mikajehnya 🤣 ???
Ini cerita apa aja acu ampe lupa dong wwwww 😆 tapi santuy, ini udah kelar ampe tamat acu tulisnya, jadi tinggal revisi doang 😌👌🏻
Sebelumnya Mikajeh mo bilang terimakasih banget yang sering vote, yang masih nunggu cerita ini update, masih anu dan anu lainnya 😭
Gatau kenapa males banget buka wattpad, bawaannya pen baca buku sama cari-cari referensi buat nulis tapi gada samsek yang bener-bener narik minat acu 😔 sekalinya ketemu, ceritanya gak logika banget, jadi keliatan aneh 😂 kalo gak pengembangan karakternya yang terlalu cepet anu jadi acunya bingung si A bisa gitu gegara apa 😭
Kenapa? Mikajeh pemilih banget, ya? Eh, ini bukan pemilih namanya lho 😗 tapi selektif 😂 //dihantam dahal kalo masih suka baca cerita lama sendiri, acu sadar kalo ceritanya freak, gak logika, aneh 🤣
Udah, ah... nanti jadi kepanjangan 😂 terimakasih sekali lagi kepada Reader-tachi setia dan dukungan dari kalian yang berharga 😭😭😭
xoxo,
Mikajeh-kun
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro