Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

-Delapan-

"Otsukaresama deshita."

Chuuya menggeram kecil sambil meneguk sekaleng kopi miliknya. "Rasanya aku seperti membawa lie detector berjalan."

[Name] terkekeh. "Apa itu pujian?"

Chuuya meremas kaleng kosong itu, lantas membuangnya ke tempat sampah yang tak jauh di belakannya.

Pria bersurai senja itu melangkah pergi sambil memasukkan kedua tangannya dalam saku, sementara [Name] mengikuti di belakang.

"Tapi sungguh, kelebihanmu itu benar-benar luar biasa. Hanya dari suaranya saja, kau tahu kalau itu kebohongan."

"Terimakasih pujiannya, Nakahara-san." [Name] tersenyum tipis sambil menghentikan langkahnya tepat di samping pintu kemudi mobil hitamnya.

"Kali ini aku yang akan mengendarainya sendiri, kau duduk saja di sampingku."

"Eh?! Tidak masalah?"

Chuuua mengangguk sambil melempar senyuman percaya dirinya. Sekilas [Name] mengerti kalau Chuuya memang tengah memamerkan kehebatan dirinya dalam berkendara.

Walaupun begitu, [Name] menuruti dengan memutar badan mobil dan duduk di samping kursi kemudi.

Usai memasang seat beltnya, Chuuya bertanya, "kau masih menjauhi Dazai, ya?"

[Name] sesaat terdiam. "Apa aku terlihat seperti itu?"

Chuuya mengangguk. "Sangat terlihat," jawabnya. "Ya, aku mengerti kalau kau terkejut melihatnya yang seperti itu."

"Kalau aku boleh bertanya, kenapa Dazai-san bisa seperti itu?"

Chuuya terdiam. Begitu mesin mobil dinyalahkannya, mobil mulai melaju perlahan.

"Saat aku bertemu dengannya, dia sudah seperti itu. Aku tidak tahu bagaimana dia sebelum bertemu denganku, tapi kudengar itu karena seseorang."

"Seseorang?" [Name] akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap Chuuya.

Chuuya menggidikkan bahunya tidak tahu. "Aku tidak tahu pasti apa yang dilakukan orang itu pada Dazai sampai mengubahnya seperti ini. Tapi yang jelas, itu mempengaruhi dirinya yang sekarang."

🔫🔫🔫

Dazai menghela mafas berat. Sudah hampir setengah jam pria itu hanya berdiam diri di depan pintu, tapi tak punya keberanian untuk membukanya.

Setiap kali dia mengangkat tangannya, bayangan-bayangan yang mungkin tidak terjadi selalu menyerangnya. Padahal prediksinya absolut, tapi kenapa dia ragu begini?

"Aish!" Dazai mengacak rambutnya frustasi. "Kalau begini, kesempatanku akan hilang."

Setelah menguatkan hatinya, Dazai membuka pintu di depannya. Namun saat ingin membuka mulutnya, suaranya tertahan di kerongkongan.

[Name] memang ada di sana... tentunya tengah tertidur dengan dihadapkan layar komputer yang masih menyala.

Dazai mendengus dan tersenyum kecil. Begitu matanya terpaku pada layar komputer di sana, komputer itu memang sedang mentransfer beberapa dokumen penting ke komputer pusat.

Dazai melepas jas hitamnya, lantas menyampirkannya pada tubuh [Name]. Matanya terpaku pada satu file tebal yang sedikit tertutup tangan gadis itu.

Alis Dazai terangkat dan tangannya menggeser pelan file binder dengan cover hitam.

Mulutnya sedikit terbuka mengetahui apa yang sepertinya memang sedang [Name] teliti. Buku Hitamnya.

"Kau sampai seperti ini, ya?" Dazai menyelipkan helaian rambut [hair color] [Name] ke belakang telinganya. "Tidak perlu memaksakan dirimu, [Name]. Mungkin Chuuya benar, aku yang harus menghilangkan kebiasaanku yang satu itu."

🔫🔫🔫

"Acho!"

[Name] mengucek matanya yang sedikit rabun. Untuk sesaat, gadis itu masih mencerna semua yang ada di sekelilingnya.

"Oh, iya... aku tertidur, ya?"

Pandangannya berangsur-angsur menjelas. Begitu matanya terpaku pada layar komputer di hadapannya, sebuah tulisan yang menandakan semua file sudah terkirim muncul.

[Name] lantas segera menutup seluruh tab pada layar komputernya lalu menonaktifkannya dan membereskan semua peralatannya termasuk dokumen-dokumen yang dia pinjam.

Tangannya meraba-raba meja di depannya, mencari satu dokumen yang seingatnya dia letakkan di bawah tangannya.

Begitu matanya berputar pada meja di sampingnya, dokumen itu tergeletak sempurna dengan sekaleng minuman isotonik di sana.

[Name] meraih file itu dan minuman di sana. Alisnya terangkat heran, siapa gerangan orang yang berbaik hati meletakkannya di sana?

[Name] menggidikkan bahunya tidak peduli. Diambilnya kaleng minuman itu serta dokumen di bawahnya.

Ia membuka kembali halaman terakhir yang dia teliti sambil menyesap minuman isotoniknya.

"Data tahun kemarin, ya?" [Name] menggeser halaman berikutnya. Wajahnya terpaku bingung dengan apa yang tertulis di sana. "135 keterlibatan pembunuhan, 215 kasus pemerasan, 325 kasus penipuan lalu...."

Suaranya menghilang seketika. Deretan tiga angka ini tidak kecil! Bagaimana bisa orang serampangan seperti Dazai bisa melakukan hal segelap ini?!

"Dan lagi... kenapa aku bisa berurusan dengan orang sejenis dia?!" [Name] mengacak-acak rambutnya frustasi.

Begitu dirasakan sesuatu jatuh dari bahunya, dia menoleh ke belakang. Sebuah jas hitam panjang. Alisnya terangkat sebelah.

Diraihnya jas itu. Dari ukurannya, jelas ini bukan punya seorang wanita terlebih ukuran bahunya sebesar ini.

"Ini punya siapa?" pertanyaan itu yang sedari tadi terngiang di dalam kepalanya.

Tidak ingin ambil pusing, [Name] mengabaikan kepemilikan jas itu dan menarik dirinya kembali meneliti seorang Dazai Osamu.

Namun begitu lembaran demi lembaran dia pindahkan, tidak ada tulisan yang mengatakan kenapa Dazai menjadi seperti yang sekarang ini.

Hanya ada tulisan tentang keterlibatan dirinya tentang kasus-kasus entah itu kasus pembunuhan, penipuan, keterlibatan, pengendapan, dan tuntutan kejahatan lainnya.

Tapi sebuah kaset menarik perhatiannya. Tertulis di sana: Rekam Medis Dazai Osamu.

[Name] mengeluarkan kaset itu seraya mengeluarkan laptopnya dari dalam tas di sampingnya.

Begitu kaset itu dimasukkan ke dalam CD Rom laptopnya, sebuah file muncul di sana. [Name] membuka file berupa data dan foto-foto di sana.

Pergelangan tangannya terasa ngilu mengetahui apa yang terdapat dalam foto itu.

Tulang rusuk, tulang punggung, tangan, kaki, bahkan leher—dalam keadaan patah dengan serpihan-serpihannya yang menyebar.

[Name] memang tidak pernah melihat foto X-ray seperti ini terlebih secara langsung, tapi kalau fotonya sangat jelas—seperti pada tulang—tentunya mudah untuk dibaca.

Begitu [Name] memutar bola matanya ke arah sudut pada foto X-ray itu, dia menyadari kalau ini hasil X-ray 4 tahun yang lalu dan dokter yang menanganinya....

Mori Ougai.

"Bos?" [Name] berbicara entah pada siapa. "Apa hubungannya Dazai-san dengan Bos?"

[Name] menggeser foto berikutnya, semuanya hanya foto-foto X-ray. Kemudian dia beralih pada sebuah file dokumen di sana.

Begitu dokumen itu memunculkan deretan tulisan panjang, satu kalimat tertulis: kasus bunuh diri dengan melompat dari gedung.

File itu pun, tertanda dibuat empat tahun yang lalu.

Empat tahun lalu. Usia Dazai 14 tahun. Kasus bubuh diri dengan melompat dari gedung. Foto X-ray kenampakan tulang-tulang milik Dazai.

Begitu [Name] menscroll down dokumen itu, sebuah foto tertera jelas di sana. Foto Mori Ougai dengan Dazai dan seorang anak laki-laki yang tampak menutup dirinya tengah memeluk boneka.

Mata anak itu tampak aneh, warna rambutnya pun sedikit unik dengan dua sisi hitam dan putih yang berbeda.

Seolah teringat sesuatu, [Name] sedikit tersentak. "Bukankah ini sama saja aku memegang rahasia Port Mafia?" gumamnya. "Kalau aku bisa menyerahkan Buku Hitam ini, anggota eksekutif pasti akan ditahan atau terburuknya... eksekusi mati."

Walaupun berpikir begitu, [Name] seolah tidak puas. Padahal seluruh rahasia Port Mafia kini ada di tangannya, hanya tinggal membuat laporan singkat dan mengirimkannya ke Kementrian Berkemampuan Khusus, semuanya selesai.

Tapi kenapa... sesuatu ada yang mengganjal hati dan perasaannya?

[Name] menggenggam erat Buku Hitam itu lalu menutupnya. Gadis itu sesaat tersadar, menyerang antek-anteknya bukan berarti berhasil melumpuhkan sampai ke akarnya.

"... Aku tidak tahu bagaimana dia sebelum bertemu denganku, tapi kudengar itu karena seseorang."

Kata-kata Chuuya kembali berputar di kepalanya. Seseorang? Dia yang mengubah Dazai sampai seperti ini? Siapa? Apa ada hubungannya dengan Dazai yang membunuh dirinya 4 tahun lalu?

🔫🔫🔫

[Name] menutup pintu di depannya setelah dia sempurna keluar dari ruangan itu.

Begitu tiga langkah terlewati, tepat di depannya Dazai dengan Odasaku tengah berbicara.

Dazai begitu ringan tengah berbicara pada pria yang waktu itu bertemu dengannya saat [Name] berada di divisi yang sama dengan Ango.

Bahkan melihat tawa dan senyuman pria itu, seakan sesuatu menerpa dirinya.

Melihat Dazai bisa tersenyum seperti itu, sesuatu meremas perut dan dadanya hingga sulit bernafas.

[Name] ragu sesaat. Apa dia harus mengirimkan soal Buku Hitam ini lalu menahan semua anggota eksekutif? Lalu jika kelak dia melakukan itu, apa dia masih bisa bertemu dengan Dazai?

Namun eksistensinya segera teralihkan begitu menyadari Dazai tidak mengenakan jas hitam yang biasanya hanya dia sampirkan begitu saja.

Alisnya bertautan bingung, matanya menggerling ke arah jas hitam yang di bawanya dan kembali melihat ke arah Dazai.

Wajahnya seketika seperti terbakar, kepalanya seperti mengeluarkan asap.

"Aduh, bagaimana ini?! Berarti Dazai-san tahu kalau aku sedang mencari tahu soal dirinya?" [Name] menggigit bibir bawahnya. "Dan lagi...."

Bagaimana aku mengembalikan ini pada dia?




🔜 To Be Continued 🔜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro